Berita Kedokteran Masyarakat
Vol. 27, No. 1, Maret 2011 halaman 10 - 17
14 z Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 27, No. 1, Maret 2011
Proporsi kandungan total coliform yang buruk
pada kasus maupun kontrol besar yaitu 74,4% pada
kasus dan 61,6% pada kontrol. Hal ini
mengindikasikan bahwa sebagian besar sumber air
bersih (sumur) di Kecamatan Umbulharjo dan
Kotagede sudah tercemar. Pada analisis bivariat juga
menunjukkan bahwa ada hubungan antara total
coliform dengan terjadinya diare pada balita dengan
risiko untuk terjadinya diare sebesar 1,81 kali. Untuk
selanjutnya kandungan coliform diikutsertakan dalam
analisis multivariat, tetapi pada analisis multivariat
total coliform bukan merupakan faktor yang paling
dominan menyebabkan diare pada balita. Hal ini
karena bakteri coliform bukan merupakan penyebab
sakit. Keberadaan coliform dalam sampel air bersih
mengindikasikan adanya kuman patogen dalam
sistem penyediaan air bersih.21
Berbeda dengan kandungan total coliform dalam
sampel air bersih, kandungan E. coli dalam sampel
air bersih tidak berhubungan dengan kejadian diare
akut pada balita. Secara statistik tidak ada hubungan
bermakna antara indikator bakteri dengan penyakit
gastrointestinal akut.20, 22
Kandungan E. coli (1000 E. coli/100 ml)
berhubungan dengan peningkatan kasus diare,8
ada
hubungan yang positif antara kandungan E. coli
dalam sampel air bersih dengan diare dan disentri,
walaupun hubungannya lemah dan risiko penyakit
diare tidak bertambah secara progresif dengan
peningkatan kandungan E. coli dalam air bersih.23
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
(93,6%) kasus diare akut pada balita adalah diare
akut. Penyebab diare akut cair sebagian besar (40%
– 70%) adalah Rotavirus. Penyebab lainnya bakteri
patogen seperti E. coli, Shigella, Campylobacter dan
Salmonella serta V. cholera pada saat KLB.24
Penularan Rotavirus adalah secara oro-fecal melalui
kontak, udara dan air. 25
E. coli merupakan subgroup dari fecal coliform.
Sebagian besar bakteri E. coli tidak berbahaya dan
banyak ditemukan dalam usus manusia dan hewan
berdarah panas. Beberapa strain dapat
menyebabkan sakit. Keberadaan E. coli dalam
sampel air bersih mengindikasikan adanya
pencemaran yang berasal dari feses. Kejadian luar
biasa (KLB) E. coli jenis O157:H7 sering terjadi.
Memasak air sampai mendidih dan disinfeksi
dapat membunuh semua jenis E. coli termasuk
O157:H7.21 Upaya untuk menurunkan kandungan
fecal coliform dalam sampel air bersih dapat
dilakukan dengan pemakaian saringan pasir lambat.
Rumah tangga yang menggunakan saringan pasir
lambat lebih baik dari kontrol (fecal coliform
geometric mean, 30.0 CFU versus 89.0 CFU/100 ml,
P < 0.001). Dilaporkan juga lamanya sakit diare
berkurang (86 hari pada 626 anak dalam seminggu)
dibandingkan dengan kontrol (203 hari pada 558
anak dalam seminggu).26
Higiene Perorangan
Proporsi perilaku mencuci tangan yang buruk
pada kasus (65,7%) lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kontrol (34,7%). Berdasarkan uji statistik
perilaku mencuci tangan ibu/pengasuh balita yang
buruk beresiko menyebabkan diare akut pada balita
sebesar 2,45 kali jika dibandingkan dengan perilaku
mencuci tangan ibu/pengasuh yang baik, nilai p = 0,003.
Pada analisis multivariat perilaku cuci tangan
pakai sabun ini merupakan faktor paling dominan
menyebabkan diare akut pada balita.17 Anak yang
kebiasaan ibunya mencuci tangan setelah BAB tanpa
sabun, kemungkinan terjadi diare akut 2,7 kali
dibanding dengan anak yang kebiasaan ibunya
mencuci tangan pakai sabun, p = 0,01. Anak berumur
kurang dari 15 tahun yang menerima paket promosi
cuci tangan dan sabun menderita diare hanya
setengah dari anak tetangganya sebagai kontrol.27
Pengaruh cuci tangan pakai sabun dapat
menurunkan insiden diare sebesar 48%. Hasil ini
membuat cuci tangan pakai sabun lebih efektif dari
penyediaan sarana air bersih, pengawasan lalat atau
peningkatan sanitasi dalam mencegah penyakit
diare. Perusahaan sabun mengetahui bagaimana
mempromosikan alat-alat pembersih dan
bekerjasama dalam upaya masyarakat dunia untuk
meningkatkan persentase cuci tangan pakai sabun
yang sekarang baru sekitar 10% – 20%.28
Perilaku mencuci tangan merupakan salah satu
bagian dari higiene perorangan seorang ibu. Higiene
perorangan yang baik dapat mencegah terjadinya
insiden diare. Beberapa cara dapat dilakukan
diantaranya adalah cuci tangan setelah buang air
besar, cuci tangan sebelum menyiapkan makanan,
cuci tangan setelah menangani feces anak, dan yang
paling penting setiap akan makan atau memberikan
makan pada anak ibu/pengasuh balita harus cuci
tangan dengan sabun atau desinfektan.16 Oleh
karena itu, perilaku mencuci tangan merupakan
variabel penting yang harus disosialisasikan kepada
masyarakat untuk mencegah terjadinya diare.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
