Setelah Gowa resmi menjadi sebuah k

Setelah Gowa resmi menjadi sebuah kerajaan dan telah mempunyai Raja atau Somba, maka Paccallaya bersama Bate Salapanga (Kasuwiang Salapanga) membangun sebuah Istana yang terdiri dari sembilan petak di taka’ Bassia untuk Tumanurunga Putri Ratu Karaeng Bainea Somba ri Gowa. Istana itu diberi nama “Tamalate” (tidak layu) karena daun-daun dari kayu katangka yang dijadikan tiang istana belum layu sewaktu istana tersebut selesai dibangun dan ditempati.
Istana Tamalate merupakan singgasana Tumanurunga yang dipersunting oleh Karaeng Bayo atas dukungan Paccallaya dan Bate Salapanga sebagai alternatif daripada kelangsungan turunan raja-raja dan para bangsawan serta masyarakat Gowa yang sampai saat ini tersurat dalam naskah Lontara’Patturioloanga ri Gowa dan naskah yang ditulis dalam bahasa Belanda dan Inggris yang telah berhasil ditranskripsi.

Hasil (Inggris) 1:

After officially became a Kingdom of Gowa and had Kings or Paccallaya, then the Somba along Bate Salapanga (Kasuwiang Salapanga) built a palace which consists of nine compartments in the taka ' Daughter Queen Tumanurunga to Bassia Karaeng Bainea Somba ri Gowa. The Palace was named "Tamalate" (not wilted) because leaves of wood katangka to be the pillar of the Palace has not wilted when the Palace was completed and occupied. The Palace of Tamalate is the Tumanurunga throne and by Bayo Karaeng Paccallaya support and Bate Salapanga as an alternative rather than derivative continuity of Kings and nobles as well as the community of Gowa who until recently expressed in the paper Lontara'Patturioloanga ri Gowa and texts written in the language of the Netherlands and the United Kingdom have been transcribed.