Menguak Sejarah Nyai Subang LarangSubang Larang bernama asli Kubang Ke terjemahan - Menguak Sejarah Nyai Subang LarangSubang Larang bernama asli Kubang Ke Inggris Bagaimana mengatakan

Menguak Sejarah Nyai Subang LarangS

Menguak Sejarah Nyai Subang Larang

Subang Larang bernama asli Kubang Kencana Ningrum, beliau lahir tahun 1404 dari ayah yang bernama Ki Gedeng Tapa yang merupakan syahbandar pelabuhan Muara Jati, sebuah pelabuhan penting di utara Jawa Barat yang termasuk kekuasaan nagari / kerajaan kecil Singapura.

Sedangkan Prabu Siliwangi awalnya bernama Pamanahrasa putra dari Prabu Anggalarang dari kerajaan Galuh. Ketika itu Jawa Barat dikuasai oleh 2 Kerajaan besar yang masih berkerabat yaitu Galuh yang berpusat di Ciamis dan Kerajaan Sunda yang berpusat di Pakuan Pajajaran (Bogor). Kerajaan Sunda dipimpin oleh Raja Susuk Tunggal yang masih bersaudara dengan prabu Anggalarang. Dua kerajaan besar ini menguasai beberapa nagari / kerajaan kecil seperti Singapura, Japura, Wanagiri dan lainnya.

Sekitar tahun 1415 datanglah rombongan armada Cina yang dipimpin Laksamana Zheng He (Cheng Ho) yang beragama Islam di Muara Jati, saat inilah Islam mulai dikenal di sana. Pada tahun 1418 tiba pula seorang ulama Islam bernama Syekh Hasanuddin bin Yusuf Sidik yang menumpang perahu dagang dari Campa (kini termasuk wilayah Vietnam dan sebagian Kamboja). Ada pula yang berpendapat keduanya datang dalam rombongan yang sama. Syekh Hasanuddin kemudian akrab dengan Ki Gedeng Tapa, di saat inilah kemungkinan Ki Gendeng Tapa memeluk agama Islam.

Kemudian Syekh Hasanudin pergi ke Karawang dan mendirikan pasantren di daerah Pura, Desa Talagasari, Karawang, dengan nama Pesantren Quro, maka dari itu kemudian ia lebih dikenal dengan nama Syekh Quro. Ki Gendeng Tapa menitipkan Nyai Subang Larang untuk belajar Islam kepada Syekh Quro di sana. Nyai Subang Larang belajar Islam di sana selama 2 tahun. Di tempat inilah Syeh Quro memberikan gelar Sub Ang larang (Pahlawan berkuda) kepadanya. Sekitar tahun 1420 Subang Larang Kembali ke Muara Jati.

Sekitar tahun 1420-an Ki Gedeng Tapa menyelenggarakan sayembara tarung satria, sebagai pemenangnya berhak memperistri Nyai Subang Larang, putrinya. Dalam sayembara itu, Pamanah Rasa tampil sebagai pemenang dan berhak memperistri Nyai Subang Larang. Konon lawan terberat Pamanah Rasa adalah Amuk Marugul putra Prabu Susuk Tunggal (Kerajaan Sunda) yang ternyata masih ada hubungan saudara dengannya.

Kemudian menikahlah Pamanah Rasa dengan Subang Larang di pesantren Syekh Quro. Sumber lain menyebutkan, Pamanah Rasa jatuh cinta kepada Subang Larang setelah ia mendengar suara Subang Larang mengaji di pesantren Syekh Quro bukan karena memenangkan sayembara. Di tahun yang sama terjadi peperangan antara nagari Singapura yang dipimpin Pamanah Rasa dan nagari Japura yang dipimpin Amuk Marugul, Pamanah Rasa kembali memenangkan peperangan tersebut.

Pamanah Rasa kemudian pergi ke Pakuan, kerajaan Sunda, di sana ia bertemu dengan Kentring Manik Mayang Sunda adik Amuk Marugul yang juga putri dari prabu Susuk Tunggal yang tak lain adalah ua-nya sendiri. Meskipun sudah menikahi Subang Larang, ia juga kemudian menikahi Kentring Manik Mayang Sunda.

Setelah pernikahannya ini Pamanah Rasa kemudian diangkat menjadi putra mahkota oleh Susuk Tunggal karena dianggap lebih cakap daripada Amuk Marugul. Pamanah Rasa kemudian memboyong Subang Larang untuk tinggal di keraton Pakuan Pajajaran (Bogor) bersama Istri yang lain. Di kemudian hari Pamanah Rasa diangkat menjadi raja dan bergelar Prabu Siliwangi.

Semasa hidupnya Subang Larang dipercaya mendirikan pesantren dengan nama “Kobong Amparan Alit” di Teluk Agung yg kini berada di Desa Nanggerang Kecamatan, Binong. Nama “Kobong Amparan Alit” ini diperkirakan berubah menjadi daerah yang kini disebut “Babakan Alit” yang juga di sekitar kawasan Teluk Agung, desa Nanggerang.

Sekitar tahun 1441 Nyai Subang Larang wafat di keraton Pakuan, kemudian jenazahnya dibawa oleh abdi dalemnya untuk dimakamkan di Muara Jati. Salah satu abdi dalemnya dikenal dengan nama Eyang Gelok yang dimakamkan di kampung Cipicung, desa Kosambi, kecamatan Cipunagara.
Hutan Jati di Muara Jati, tempat ditemukannya makam Subang Larang di desa Nanggerang, Binong

Subang Larang memiliki 3 orang anak yaitu Raden Walangsungsang (1423), Nyai Lara Santang (1426), dan Raja Sangara (1428). Sepeninggalnya Subang Larang anak-anaknya keluar dari Keraton Pakuan untuk memperdalam agama Islam. Ketiga anaknya inilah yang kemudian memegang peranan penting mengubah Jawa Bagian Barat menjadi daerah penyebaran Islam.

Pangeran Walangsungsang /Pangeran Cakrabuana kemudian menjadi penguasa Cirebon (Pendiri Kesultanan Cirebon). Larasantang kemudian memiliki anak bernama Syarif Hidayatullah yang kemudian dikenal sebagai Sunan Gunungjati. Rajasangara kemudian dikenal dengan nama Kiansantang. Konon menurut sebuah legenda, Prabu Siliwangi memilih pergi meninggalkan keraton Pakuan dan menghilang di Hutan Sancang di selatan Garut dari pada masuk Islam dihadapan anaknya sendiri Kian Santang.
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Inggris) 1: [Salinan]
Disalin!
A Detailed History Of Nyai Subang LarangSubang Larang whose original Kubang Kencana Dralfoldman, he was born in 1404 from father named Ki Gedeng penance is the harbour of the port mouth of Teak, an important port in the North of West Java which includes power nagari/Singapore small kingdoms.While King Siliwangi was originally named Pamanahrasa son of Anggalarang King of Galuh Kingdom. When it was captured by the West Java 2 great empire that still House namely Ciamis, centered on Galuh and Sunda Kingdom based in Pakuan Pajajaran (Bogor). The Sunda Kingdom led by King Susuk Tunggal are still brothers with prabu Anggalarang. Two great Kingdom controls some small kingdoms such as nagari/Singapore, Japura, Wanagiri and others.Around the year 1415 came groups of the Chinese fleet led by Admiral Zheng He (Cheng Ho) a Muslim Identity on the estuary, while this is the Islam began to be known there. In 1418 arrived also a Islamic cleric named Sheik Yusuf bin Hasanuddin Yout aboard merchant from Champa (now including the territory of Viet Nam and parts of Cambodia). Others argue both come in groups of the same. Shaykh Hasanuddin then familiar with the Gedeng Ki Tapasya, when this is likely Ki Oblique Tapa converted to Islam.Then Shaykh Hasanudin went to Karachi and founded the pasantren Temple in the area, village Talagasari, Karawang, under the name of Pesantren Quro, therefore he is more known as Sheik Quro. Ki Oblique Tapa deposit Nyai Subang Discourage to study Islam to Shaikh Quro there. Nyai Subang Larang studied Islam there for 2 years. In place of this is Sheikh Quro gives the title of Sub servant Ang (Hero riding) to him. Around the year 1420 Subang Larang returned to the mouth of the teak.Circa 1420-an Ki Gedeng Tapa organized a competition for a showdown, as the Knights of the winner entitled Lord of Nyai Subang Larang, his daughter. In that contest, the Pamanah taste of the show as the winner and is entitled Lord of Nyai Subang Larang. It is said that the toughest opponents Pamanah taste is running amok Marugul son Prabu Susuk Tunggal (Sunda Kingdom) that there are still relatives with him.Then menikahlah Pamanah Taste with Subang forbidden pesantren Shaykh Quro. Other sources mention, Pamanah Flavor fell in love with Her after he heard the Ring sounds Ring in the Koran Forbid pesantren Shaykh Quro not because of winning the competition. In the same year took place the battle between nagari Singapore led Pamanah taste and nagari Japura led Marugul running amok, Pamanah Taste again won the battle.Pamanah Flavor then go to Pakuan, the Sunda Kingdom, where he met with Kentring Beads Mayang Sunda sister running amok Marugul who is also the daughter of prabu Susuk Tunggal who is ua. Although already married Her Earrings, she later married Kentring Bead Mayang Sunda.After his marriage this Pamanah Flavor was subsequently appointed Crown Prince by Susuk Tunggal because considered more ably than Marugul running amok. Pamanah Sense then brought Her Earrings to stay in the Royal Palace of Pakuan Pajajaran (Bogor) with his wife to another. Later on Pamanah Sense was made King Prabu Siliwangi and had the title.During his lifetime Subang Larang is believed to have founded the boarding school with the name "Kobong Amparan Alit" at Bay Great yg is now in the village of Nanggerang Sub-district, Binong. The name "Kobong Amparan Alit" is expected to turn into an area now called "Babakan Alit" around the Bay area, the village of Nanggerang.Around the year 1441 Nyai Subang Larang Palace in Pakuan died, then his body was taken by the man of the people to be buried in the estuary. One man of the people known as Grandparents buried in kampung Gelok Cipicung, village Cipunagara, district Kosambi.Teak teak forest in Muara, where the discovery of the tomb of the servant in the village Nanggerang of Subang, BinongSubang Larang has three children namely Raden Walangsungsang (1423), Nyai Lara Santang (1426), and King Sangara (1428). After her children out of Her Earrings Keraton Pakuan to deepen the Islamic religion. His three sons which later played an important role change to the West Java became the spread of Islam.Prince Walangsungsang/Pangeran Cakrabuana then became ruler of Cirebon (Cirebon, founder of). Larasantang had a son named Syarif Hidayatullah became known as Sunan Gunungjati. Rajasangara later became known by the name Kiansantang. It is said that according to a legend, Prabu Siliwangi vote left the Palace and disappears in the forest Pakuan Sancang South of Garut on converted to Islam before his own son Kian Santang.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
Hasil (Inggris) 2:[Salinan]
Disalin!
Reveals History Nyai Subang Disallow Subang Ban called the original Kubang Kencana Ningrum, he was born in 1404 from a father named Ki Gedeng Tapa which is harbormaster harbor estuary Teak, an important port in the north of West Java including the power village / small kingdoms Singapore. While King Siliwangi originally named Pamanahrasa son of King Anggalarang of royal Galuh. West Java when it is controlled by two large kingdom that is related is Galuh based in Ciamis and the Kingdom of Sunda centered pakuan pajajaran (Bogor). Sunda kingdom led by King Implant Single which was related to prabu Anggalarang. Two great kingdom's control of several villages / small kingdoms such as Singapore, Japura, Wanagiri and others. Around the year 1415 came the group Chinese fleet led by Admiral Zheng He (Cheng Ho) Moslems in Muara Teak, this time Islam began to be known there. In 1418 came also a Muslim cleric named Sheikh Hasanuddin Yusuf bin Sidik who boarded the boat trade of Campa (now including Vietnam and parts of Cambodian territory). There is also argued both come within the same group. Sheikh Hasanuddin then familiar with Ki Gedeng Tapa, at this moment the possibility Ki Gendeng Tapa converted to Islam. Then the sheikh Hasanuddin go to Falkirk and establish Pasantren in the temple, village Talagasari, Falkirk, with the name of Pesantren Quro, therefore then he is better known with the name of Sheikh Quro. Ki Gendeng Tapa deposit Nyai Subang Disallow to learn Islam to Sheikh Quro there. Nyai Subang Disallow studied Islam there for 2 years. This is where Sheikh Quro give the title Sub Ang prohibited (Heroes riding) to him. Around 1420 Subang Disallow Back to Muara Teak, circa 1420s Ki Gedeng Tapa knight fighting organized contest, the winner has the right to marry Nyai Disallow Subang, daughter. In that contest, Pamanah Sense emerged as the winner and the right to marry Nyai Subang bans. It is said that the toughest opponent Pamanah Marugul Rage Sense is the son of King Implant Single (Kingdom of Sunda) that there was still a relationship with her ​​brother. Then marry Pamanah Sense with Subang ban on boarding Sheikh Quro. Another source said, Pamanah Rasa fell in love with Subang ban after he heard Subang ban the Koran in schools Sheikh Quro not for winning the contest. In the same year there was fighting between the villages of Singapore led Pamanah Sense and villages Japura led Amok Marugul, Pamanah Sense back to win the war. Pamanah Sense then go to Pakuan, Sundanese kingdom, where he met with Kentring Manik Mayang Sunda sister Amok Marugul who is also the daughter of prabu Implant Single ua is none other than his own. Although already married Subang ban, he also later married Kentring Mayang Manik Sunda. After this marriage Pamanah Rasa later appointed as crown prince by single implant because it is considered more capable than Marugul Amok. Pamanah Sense then bring Subang Disallow to stay in the palace pakuan pajajaran (Bogor) together with the other wife. At a later Pamanah Sense was made ​​king and the title King Siliwangi. During his lifetime bans Subang trusted establish schools under the name "Amparan Kobong Alit" in the Great Gulf that is now in the village of Nanggerang Districts, Binong. The name "Kobong Amparan Alit" is expected to turn into the area that is now called "Babakan Alit" which is also around the Gulf region Agung, village Nanggerang. Around the year 1441 Nyai Subang Disallow died in the palace Pakuan, then his body was taken by the man dalemnya to be buried in Muara Teak. One servant dalemnya known as Grandmother Gelok buried in the village Cipicung, village Kosambi, district Cipunagara. Teak Forest in Muara Jati, where the discovery of the tomb of Subang bans in the village Nanggerang, Binong Subang Disallow has 3 children Raden Walangsungsang (1423), nyai Santang Lara (1426), and King Sangara (1428). After his death Subang Disallow children out of the palace Pakuan to deepen the Islamic religion. The third child is then plays an important role change Western Java into regional spread of Islam. Prince Walangsungsang / Prince Cakrabuana then became ruler of Cirebon (Cirebon Sultanate Founder). Larasantang later had a son named Syarif Hidayatullah which became known as Sunan Gunungjati. Rajasangara then known as Kiansantang. It is said that according to a legend, King Siliwangi choose to leave the palace Pakuan and disappearing forests in the southern Garut Sancang of the conversion to Islam before his own son Kian Santang.
























Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2024 I Love Translation. All reserved.

E-mail: