Assalamualaikum Wr. Wb. All the viewers, attendees and the presence in the room This, I feel blessed to be here, given the task to deliver a speech later that was my speech as well. But because I don't see, so can not read, will be read Wimar Witoelar by brothers. The process put it this way, a few days ago, a brother of Singgih Pioneer Independence Committee came to see me, and request that so I went out with mum Megawati Sukarnoputri, Vice our President, this in TVRI. I said, I agree. But, he reportedly tomorrow morning will go to Bali. Nah, says happened, namely that, MOM Megawati went to Bali. Home straight, heavy flu. So by the doctor not to be out. And yesterday, the Cabinet Council that led the Father Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati's mother, since usually ailing it. The show continued, though there is no he will and later. Wimar Witoelar's brother was read by, order of speech, which became my speech on this night. Its contents with hand made or filed by the mother of SK Trimurti of yesteryear. So what does the host of mother's Trimurti forgot to say that this her age was 90 years old. And, he was once Minister of labour in the We in the Cabinet in the Government of the newly independent. He is a tremendous fighter. And there is still interest is huge to our struggle. Kalau tadi disinggung-singgung dia memukul-mukul dada saya, itu tanda sayangnya, lihat cucunya sudah besar. Kami jarang bertemu. Yah, demikianlah jadinya kalau jarang bertemu. Mudah-mudahan kita masih bisa mendapatkan restu dari beliau untuk bangsa yang damai dan bangsa yang besar serta jaya. Saya percaya akan hal ini dan kita, marilah memulai lembaran baru dalam kehidupan kita berbangsa yang nanti akan dilanjutkan dengan perubahan UUD pada tahun 2002. Sudah jelas setahun lagi lah. Dan juga untuk menjadi bangsa yang bener. Karena sekarang ini terjadi penafsiran bermacam-macam terhadap UUD. Suatu hal yang biasa saja. Maka di negari kita kalau sekarang ini orang lagi ketakutan, bahkan ada yang panik, saya sendiri sih berpendapat bahwa ini merupakan jatuh bangunnya sebuah bangsa. Kalau mau berdiri, mau besar, ya harus begini. Ya, artinya apa? Sebagai pohon yang tinggi, kita harus berani diterpa oleh angin yang kuat. Saya rasa demikianlah. Saya persilakan Saudara Wimar Witoelar membacakan pidato dari presiden. Terima kasih. Berikut isi pidato Gus Dur: Assalamualaikum Wr. Wb. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, pada kesempatan ini, saya ingin mengajak segenap bangsa Indonesia untuk sejenak melihat kembali perjalanan sejarah yang telah kita lalui. Hal ini menjadi sangat penting, agar dalam meniti perjalanan bangsa ke depan, kita tidak terjebak ke dalam perilaku saling menyalahkan, mutually suspicious, pierces each and blasphemous. The history of this nation, the trip begins from the time of the struggle tinged with droplets of blood, sweat and tears. When the nation We live under the oppression of Gentiles, as our civilization the nation's downtrodden. The dignity and dignity we do not have the same once. Our nation become the conquistadores perahan cows in the past time almost 3.5 centuries living in misery. Then rose the spirit to fight, through a long struggle carried out by our predecessors. Our older people. Then by the grace of God Almighty, which is driven by the noble desire, the struggle this nation until such time as the happy, independent, sovereign, unitary State in the container The Republic Of Indonesia. So right on 17 August 1945, Bung Karno and Bung Hatta, on behalf of the people of Indonesia, proclaimed the independence of Indonesian. After Indonesia became independent, Bung Karno becomes President the first in the country. Under the administration of President Sukarno, the nation we are growing by leaps and bounds. It can be evidenced by the quicker Nations Indonesia is in a position equivalent to other peoples in eyes of the world. Bung Karno Stadium always show to the world that we are is a great nation. Compatriots brothers and compatriots, the course of history the nation This, scrolling from time to time. Any shift of leadership terjadi. Dari presiden pertama Soekarno, kepada presiden kedua Soeharto. Pada kancah pemerintahan Presiden Soeharto, bangsa kita juga semakin berkembang. Bahkan sempat mencapai kejayaan. Nama Soeharto pun dikenal oleh dunia. Sayang sekali, seiring dengan kejayaan pemerintahannya, utang luar negeri kita membengkak sedemikian besarnya. Korupsi, kolusi dan nepotisme terjadi di mana-mana. Dan yang lebih menyedihkan, adalah adanya bukti-bukti sejarah yang diputarbalikkan. Perjalanan bangsa ini pun mulai terkotak-kotak dengan yang namanya orde. Pak Harto menamakan pemerintahan Presiden Soekarno sebagai Orde Lama dan menamakan pemerintahannya sebagai Orde Baru. Pada zaman pemerintahan Soeharto, sama sekali tidak terlihat adanya tanda-tanda kehidupan demokratis. Kejayaan pemerintahan Soeharto merupakan kejayaan semu. Kejayaan itu bagaikan fatamorgana. Hanya indah dipandang dari kejauhan. Pak Harto yang berkuasa selama 32 tahun, ternyata hanya menghantar bangsa ini ke jurang kehancuran. Sehingga, mau tidak mau kita harus menerima akibatnya. Menghadapi berbagai krisis dan berbagai permasalahan. Kemudian, melalui gerakan reformasi oleh para mahasiswa, yang menuntut adanya pembaharuan di segala bidang, pemerintahan Presiden Soeharto, yang identik dengan otoriternya, tumbang. Setelah itu terjadilah pemerintahan transisi, dari Presiden Soeharto kepada Wakil Presiden BJ Habibie, yang secara konstitusional berhak menggantikannya. Pemerintah Presiden BJ Habibie tidak bertahan lama. Yang berikutnya, bangsa kita menyelenggarakan euforia pemilihan umum. Dari hasil penghitungan suara terbanyak waktu itu, Pemilu dimenangkan oleh PDIP pimpinan Ibu Megawati Soekarnoputri. Tentunya beliau yang pantas menjadi presiden sekarang ini. Karena apa, karena beliau lah pemimpin partai yang memenangkan Pemilu dengan memperoleh suara jauh lebih besar dibandingkan dengan partai-partai lainnya. Namun, mengingat ketegangan politik sangat memuncak pada saat itu, bangsa kita seakan berada di ambang perpecahan. Kemudian Poros Tengah yang diprakarsai oleh Bapak Amien Rais mencoba mencari jalan keluar dari kemelut yang telah menghimpit bangsa. Dipilihlah saya untuk menjadi presiden, dengan alasan pada waktu itu, saya yang bisa diterima oleh segenap lapisan. Sehingga semua berharap saya mampu menjadi perekat bangsa. Dengan kata lain, saya menjadi presiden ini bukan karena saya orang hebat, tapi karena keadaan. Mungkin yang menjadi pertimbangan lain adalah, saya punya ummat, punya pengikut dan punya rakyat yang bukan hanya sekadar simpatisan partai. Antara saya dengan ummat, antara ummat dengan saya, terjalin hubungan batin yang sangat mahabbah. Arti kata mahabbah di sini adalah cinta. Mereka tersebar di seluruh Indonesia dan merupakan bagian besar dari penduduk bangsa ini. Sehingga kalau saya dipilih untuk menjadi perekat bangsa, mungkin itu dapat dimengerti. Namun yang paling saya hormati pada waktu itu, adalah sikap Ibu Megawati Soekarnoputri yang dengan legowo memberikan kesempatan kepada saya untuk memimpin bangsa ini. Lebih dari itu, beliau juga mampu meredam emosi pendukungnya, yang tentu saja sangat kecewa. Karena, orang yang dibanggakan, yang notabene sebagai pemimpin partai pemenang Pemilu, rela untuk tidak menjadi presiden. Andaikata pada waktu itu, Ibu Megawati bersikap sebagai pemimpin partai, tentu apapun alasannya, tidak akan mau menerima kenyataan itu. Tetapi, karena beliau bersikap sebagai negarawan sejati, di mana di dalam tubuh beliau mengalir darah Bung Karno, tidak ada yang lebih berharga bagi Ibu Megawati, kecuali utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, lestarinya Pancasila dan bersatunya anak bangsa. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, setelah saya menjadi presiden, ternyata yang ada di depan saya, hanyalah puing-puing tajam reruntuhan pemerintah masa lalu, utang luar negeri yang sedemikian besar, perekonomian yang porak-poranda, kesenjangan sosial dan berbagai gejolak serta tuntutan-tuntutan muncul di mana-mana. Kondisi bangsa ini sungguh sangat memprihatinkan. Sekalipun dalam satu tahun, bangsa ini seratus kali ganti presiden, tidak akan ada yang mampu memulihkan perekonomian kita, yang memang sudah sangat terpuruk ini dalam waktu yang singkat. Sebenarnya, saya sedang melakukan langkah-langkah awal dalam menangani berbagai masalah yang sangat sulit dan kompleks ini. Hendaknya jangan terlalu cepat menilai saya tidak mampu menjalankan roda pemerintahan, kemudian berusaha menggulingkan saya dengan mencari kesalahan. Kalau kesalahan yang dicari, saya ini memang manusia biasa, tempatnya salah, tempatnya keliru. Kalau saya dianggap salah atau keliru, ya saya minta dimaklumi dan dimaafkan. Saya berharap kebekuan komunikasi politik seperti sekarang ini
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
