“Hai, Bidadari cantik! Kenapa kamu bersedih begitu?” tanya Jilumoto de terjemahan - “Hai, Bidadari cantik! Kenapa kamu bersedih begitu?” tanya Jilumoto de Prancis Bagaimana mengatakan

“Hai, Bidadari cantik! Kenapa kamu

“Hai, Bidadari cantik! Kenapa kamu bersedih begitu?” tanya Jilumoto dengan berpura-pura tidak mengetahui keadaan sebenarnya.
“Sayapku hilang, Bang! Adik tidak bisa lagi kembali ke Kahyangan,” jawab Mbu`i Bungale.
Mendengar jawaban itu, tanpa berpikir panjang Jilumoto segera mengajak Mbu`i Bungale untuk menikah. Bidadari yang malang itu pun bersedia menikah dengan Jilumoto. Setelah menikah, mereka memutuskan untuk tinggal bersama di bumi. Mereka pun mencari tanah untuk bercocok tanam. Setelah berapa lama mencari, akhirnya sepasang suami-istri itu menemukan sebuah bukit yang terletak tidak jauh dari Mata Air Tupalo. Di atas bukit itulah mereka mendirikan sebuah rumah sederhana dan berladang dengan menanam berbagai macam jenis tanaman yang dapat dimakan. Mereka menamai bukit itu Huntu lo Ti`opo atau Bukit Kapas..
Pada suatu hari, Mbu`i Bungali mendapat kiriman Bimelula, yaitu sebuah mustika sebesar telur itik dari Kahyangan. Bimelula itu ia simpan di dekat mata air Tupalo dan menutupinya dengan sehelai tolu atau tudung. Beberapa hari kemudian, ada empat pelancong dari daerah timur yang melintas dan melihat mati air Tupalo tersebut. Begitu melihat air yang jernih dan dingin itu, mereka segera meminumnya karena kehausan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Usai minum, salah seorang di antara mereka melihat ada tudung tergeletak di dekat mata air Tupalo.
“Hai, kawan-kawan! Lihatlah benda itu! Bukankah itu tudung?” seru salah seorang dari pelancong itu.
“Benar, kawan! Itu adalah tudung,” kata seorang pelancong lainnya.
“Aneh, kenapa ada tudung di tengah hutan yang sepi ini?” sahut pelancong yang lainnya dengan heran.
Oleh Karena penasaran, mereka segera mendekati tudung itu dan bermaksud untuk menangkatnya. Namun, begitu mereka ingin menyentuh tudung itu, tiba-tiba badai dan angin topan sangat dahsyat datang menerjang, kemudian disusul dengan hujan yang sangat deras. Keempat pelancong itu pun berlarian mencari perlindungan agar terhindar dari marabahaya. Untungnya, badai dan angin topan tersebut tidak berlangsung lama, sehingga mereka dapat selamat.
Setelah badai dan hujan berhenti, keempat pelancong itu kembali ke mata air Tupalo. Mereka melihat tudung itu masih terletak pada tempatnya semula. Oleh karena masih penasaran ingin mengetahui benda yang ditutupi tudung itu, mereka pun bermaksud ingin mengangkat tudung itu. Sebelum mengangkatnya, mereka meludahi bagian atas tudung itu dengan sepah pinang yang sudah dimantrai agar badai dan topan tidak kembali terjadi. Betapa terkejutnya mereka ketika mengangkat tudung itu. Mereka melihat sebuah benda bulat, yang tak lain adalah mustika Bimelula. Mereka pun tertarik dan berkeinginan untuk memiliki mustika itu. Namun begitu mereka akang mengambil mustika Bimelula itu, tiba-tiba Mbu`i Bungale datang bersama suaminya, Jilumoto.
“Maaf, Tuan-Tuan! Tolong jangan sentuh mustika itu! Izinkanlah kami untuk mengambilnya, karena benda itu milik kami!” pinta Mbu`i Bungale.
“Hei, siapa kalian berdua ini? Berani sekali mengaku sebagai pemilik mustika ini!” seru seorang pemimpin pelancong.
“Saya Mbu`i Bungale datang bersama suamiku, Jilumoto, ingin mengambil mustika itu,” jawab Mbu`i Bungale dengan tenang.
“Hai, Mbu`i Bungale! Tempat ini adalah milik kami. Jadi, tak seorang pun yang boleh mengambil barang-barang yang ada di sini, termasuk mustika ini!” bentak pemimpin pelancong itu.
“Apa buktinya bahwa tempat ini dan mustika itu milik kalian?” tanya Mbui`i Bungale.
Pemimpin pelancong itu pun menjawab:
“Kalian mau lihat buktinya? Lihatlah sepah pinang di atas tudung itu! Kamilah yang telah memberinya,” ujar pemimpin pelancong.
Mendengar pengakuan para pelancong tersebut, Mbu`i Bungale hanya tersenyum.
“Hai, aku ingatkan kalian semua! Kawasan mata air ini diturunkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa kepada orang-orang yang suka berbudi baik antarsesama makhluk di dunia ini. Bukan diberikan kepada orang-orang tamak dan rakus seperti kalian. Tapi, jika memang benar kalian pemilik dan penguasa di tempat ini, perluaslah mata air ini! Keluarkanlah seluruh kemampuan kalian, aku siap untuk menantang kalian!” seru Mbu`i Bungale.
Keempat pelancong itu pun bersedia menerima tantangan Mbu`i Bungale. Si pemimpin pelancong segera membaca mantradan mengeluarkan seluruh kemampuannya.
“Wei mata air Kami! Meluas dan membesarlah,” demikian bunyi mantranya.
Berkali-kali pemimpin pelancong itu membaca mantranya, namun tak sedikit pun menunjukkan adanya tanda-tanda mata air itu akan meluas dan membesar. Melihat pemimpin mereka sudah mulai kehabisan tenaga, tiga anak buah pelancong tersebut segera membantu. Meski mereka telah menyatukan kekuatan dan kesaktian, namun mata air Tupalo tidak berubah sedikit pun. Lama-kelamaan keempat pelancong pun tersebut kehabisan tenaga. Melihat mereka kelelahan dan bercucuran keringat, Mbu`i Bungale kembali tersenyum.
“Hai, kenapa kalian berhenti! Tunjukkanlah kepada kami bahwa mata air itu milik kalian! Atau jangan-jangan kalian sudah menyerah!” seru Mbu`i Bungale.
“Diam kau, hai perempuan cerewet! Jangan hanya pandai bicara!” sergah pemimpin pelancong itu balik menantang Mbu`i Bungale. “Jika kamu pemilik mata air ini, buktikan pula kepada kami!”
“Baiklah, Tuan-Tuan! Ketahuilah bahwa Tuhan Maha Tahu mana hambanya yang benar, permintaannya akan dikabulkan!” ujar jawab Mbu`i Bungale dengan penuh keyakinan.
Usai berkata begitu, Mbu`i Bungale segera duduk bersila di samping suaminya seraya bersedekap. Mulutnya pun komat-kamit membaca doa.
“Woyi, air kehidupan, mata air sakti, mata air yang memiliki berkah. Melebar dan meluaslah wahai mata air para bidadari.... membesarlah....!!!” demikian doa Mbu`i Bungale.
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Prancis) 1: [Salinan]
Disalin!
“Hai, Bidadari cantik! Kenapa kamu bersedih begitu?” tanya Jilumoto dengan berpura-pura tidak mengetahui keadaan sebenarnya.“Sayapku hilang, Bang! Adik tidak bisa lagi kembali ke Kahyangan,” jawab Mbu`i Bungale.Mendengar jawaban itu, tanpa berpikir panjang Jilumoto segera mengajak Mbu`i Bungale untuk menikah. Bidadari yang malang itu pun bersedia menikah dengan Jilumoto. Setelah menikah, mereka memutuskan untuk tinggal bersama di bumi. Mereka pun mencari tanah untuk bercocok tanam. Setelah berapa lama mencari, akhirnya sepasang suami-istri itu menemukan sebuah bukit yang terletak tidak jauh dari Mata Air Tupalo. Di atas bukit itulah mereka mendirikan sebuah rumah sederhana dan berladang dengan menanam berbagai macam jenis tanaman yang dapat dimakan. Mereka menamai bukit itu Huntu lo Ti`opo atau Bukit Kapas..Pada suatu hari, Mbu`i Bungali mendapat kiriman Bimelula, yaitu sebuah mustika sebesar telur itik dari Kahyangan. Bimelula itu ia simpan di dekat mata air Tupalo dan menutupinya dengan sehelai tolu atau tudung. Beberapa hari kemudian, ada empat pelancong dari daerah timur yang melintas dan melihat mati air Tupalo tersebut. Begitu melihat air yang jernih dan dingin itu, mereka segera meminumnya karena kehausan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Usai minum, salah seorang di antara mereka melihat ada tudung tergeletak di dekat mata air Tupalo.“Hai, kawan-kawan! Lihatlah benda itu! Bukankah itu tudung?” seru salah seorang dari pelancong itu.“Benar, kawan! Itu adalah tudung,” kata seorang pelancong lainnya.“Aneh, kenapa ada tudung di tengah hutan yang sepi ini?” sahut pelancong yang lainnya dengan heran.Oleh Karena penasaran, mereka segera mendekati tudung itu dan bermaksud untuk menangkatnya. Namun, begitu mereka ingin menyentuh tudung itu, tiba-tiba badai dan angin topan sangat dahsyat datang menerjang, kemudian disusul dengan hujan yang sangat deras. Keempat pelancong itu pun berlarian mencari perlindungan agar terhindar dari marabahaya. Untungnya, badai dan angin topan tersebut tidak berlangsung lama, sehingga mereka dapat selamat.Setelah badai dan hujan berhenti, keempat pelancong itu kembali ke mata air Tupalo. Mereka melihat tudung itu masih terletak pada tempatnya semula. Oleh karena masih penasaran ingin mengetahui benda yang ditutupi tudung itu, mereka pun bermaksud ingin mengangkat tudung itu. Sebelum mengangkatnya, mereka meludahi bagian atas tudung itu dengan sepah pinang yang sudah dimantrai agar badai dan topan tidak kembali terjadi. Betapa terkejutnya mereka ketika mengangkat tudung itu. Mereka melihat sebuah benda bulat, yang tak lain adalah mustika Bimelula. Mereka pun tertarik dan berkeinginan untuk memiliki mustika itu. Namun begitu mereka akang mengambil mustika Bimelula itu, tiba-tiba Mbu`i Bungale datang bersama suaminya, Jilumoto.“Maaf, Tuan-Tuan! Tolong jangan sentuh mustika itu! Izinkanlah kami untuk mengambilnya, karena benda itu milik kami!” pinta Mbu`i Bungale.“Hei, siapa kalian berdua ini? Berani sekali mengaku sebagai pemilik mustika ini!” seru seorang pemimpin pelancong.“Saya Mbu`i Bungale datang bersama suamiku, Jilumoto, ingin mengambil mustika itu,” jawab Mbu`i Bungale dengan tenang.“Hai, Mbu`i Bungale! Tempat ini adalah milik kami. Jadi, tak seorang pun yang boleh mengambil barang-barang yang ada di sini, termasuk mustika ini!” bentak pemimpin pelancong itu.“Apa buktinya bahwa tempat ini dan mustika itu milik kalian?” tanya Mbui`i Bungale.Pemimpin pelancong itu pun menjawab:“Kalian mau lihat buktinya? Lihatlah sepah pinang di atas tudung itu! Kamilah yang telah memberinya,” ujar pemimpin pelancong.Mendengar pengakuan para pelancong tersebut, Mbu`i Bungale hanya tersenyum.“Hai, aku ingatkan kalian semua! Kawasan mata air ini diturunkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa kepada orang-orang yang suka berbudi baik antarsesama makhluk di dunia ini. Bukan diberikan kepada orang-orang tamak dan rakus seperti kalian. Tapi, jika memang benar kalian pemilik dan penguasa di tempat ini, perluaslah mata air ini! Keluarkanlah seluruh kemampuan kalian, aku siap untuk menantang kalian!” seru Mbu`i Bungale.Keempat pelancong itu pun bersedia menerima tantangan Mbu`i Bungale. Si pemimpin pelancong segera membaca mantradan mengeluarkan seluruh kemampuannya.“Wei mata air Kami! Meluas dan membesarlah,” demikian bunyi mantranya.Berkali-kali pemimpin pelancong itu membaca mantranya, namun tak sedikit pun menunjukkan adanya tanda-tanda mata air itu akan meluas dan membesar. Melihat pemimpin mereka sudah mulai kehabisan tenaga, tiga anak buah pelancong tersebut segera membantu. Meski mereka telah menyatukan kekuatan dan kesaktian, namun mata air Tupalo tidak berubah sedikit pun. Lama-kelamaan keempat pelancong pun tersebut kehabisan tenaga. Melihat mereka kelelahan dan bercucuran keringat, Mbu`i Bungale kembali tersenyum.“Hai, kenapa kalian berhenti! Tunjukkanlah kepada kami bahwa mata air itu milik kalian! Atau jangan-jangan kalian sudah menyerah!” seru Mbu`i Bungale.“Diam kau, hai perempuan cerewet! Jangan hanya pandai bicara!” sergah pemimpin pelancong itu balik menantang Mbu`i Bungale. “Jika kamu pemilik mata air ini, buktikan pula kepada kami!”“Baiklah, Tuan-Tuan! Ketahuilah bahwa Tuhan Maha Tahu mana hambanya yang benar, permintaannya akan dikabulkan!” ujar jawab Mbu`i Bungale dengan penuh keyakinan.Usai berkata begitu, Mbu`i Bungale segera duduk bersila di samping suaminya seraya bersedekap. Mulutnya pun komat-kamit membaca doa.“Woyi, air kehidupan, mata air sakti, mata air yang memiliki berkah. Melebar dan meluaslah wahai mata air para bidadari.... membesarlah....!!!” demikian doa Mbu`i Bungale.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
Hasil (Prancis) 2:[Salinan]
Disalin!
"Salut, bel ange! Pourquoi êtes-vous si triste? "Question Jilumoto en faisant semblant de ne pas connaître la vraie
situation." Mes ailes manquants, Bang! Sœur ne peut plus retourner au ciel ", a déclaré Mbu`i Bungale.
Entendre la réponse, sans penser Jilumoto inviter immédiatement Mbu`i Bungale de se marier. Le pauvre ange était prêt à se marier Jilumoto. Après le mariage, ils ont décidé de vivre ensemble sur la terre. Ils étaient à la recherche de terres à cultiver. Après combien de temps la recherche, couple a finalement épousé a été trouvé une colline non loin de la fontaine Tupalo. Au sommet de la colline qu'ils mettent en place une maison simple et ferme en plantant des différents types de plantes qui peuvent être mangés. Ils ont appelé la colline était Huntu lo Ti`opo ou Mount Cotton ..
Un jour, Mbu`i Bungali obtenu un envoi Bimelula, un mustika des œufs de canard du ciel. Bimelula qu'il gardait dans près ressorts Tupalo et le couvrir avec un morceau de Tolu ou le capot. Quelques jours plus tard, il y avait quatre voyageurs de toute la région de l'Est et ont vu l'eau Tupalo morts. Un regard sur le froid, l'eau claire, ils boivent immédiatement en raison de la soif après un long voyage. Après avoir bu, l'un d'eux a vu un capot allongé Tupalo printemps.
"Salut, les gars! Regardez cette chose! Est pas que le capot? »Dit l'un des
voyageurs." Oui, camarade! Il était le capot ", a déclaré un autre
voyageur." Etrange, pourquoi y at-il une hotte au milieu d'une forêt déserte cela? ", A déclaré les autres voyageurs par surprise.
Par curiosité, ils ont immédiatement approché le capot et a l'intention de menangkatnya. Cependant, une fois qu'ils veulent toucher le capot, les tempêtes soudaines et très puissant ouragan vient écraser, suivie par des pluies torrentielles. Le quatrième voyageur courait également pour la couverture pour éviter la détresse. Heureusement, la tempête et l'orage n'a pas duré longtemps, afin qu'ils puissent survivre.
Après la tempête et la pluie a cessé, les quatre voyageurs revenaient aux ressorts Tupalo. Ils voient le capot, il se trouve toujours à sa position d'origine. Par conséquent, toujours curieux de connaître les objets qui recouvraient le capot, ils a également l'intention de lever le voile. Avant de soulever, ils crachent sur ​​le dessus de la hotte avec l'ordure écrou qui a charmé afin tempêtes et des ouragans ne se reproduisent pas. Leur surprise lorsque vous soulevez le capot. Ils ont vu un objet rond, qui est nul autre que mustika Bimelula. Ils étaient intéressés et désireux d'avoir mustika il. Mais une fois qu'ils Akang prendre mustika Bimelula il, soudain Mbu`i Bungale venue avec son mari, Jilumoto.
"Désolé, messieurs! Mustika s'il vous plaît ne le touchez pas! Laissez-nous pour le ramasser, car il appartient à nous! "Plaidé Mbu`i Bungale." Hey, qui êtes-vous deux avez?
Brave fois prétendu être le propriétaire de cette mustika! "Cria un chef
voyageurs." Je suis venu avec mon mari Mbu`i Bungale, Jilumoto, MUSTIKA veulent prendre ", a déclaré Mbu`i Bungale
tranquillement." Salut, Mbu`i Bungale! Cet endroit est le nôtre. Donc, personne ne devrait prendre les choses qui sont ici, y compris mustika! "Snapped le chef des
voyageurs." Quelle est la preuve que cet endroit et MUSTIKA il vous appartient? »Demanda Mbui`i Bungale.
Le chef des voyageurs a répondu :
"Vous voulez voir la preuve? Regardez l'écrou de la malbouffe sur le dessus de la hotte! Il est nous qui lui ont donné ", a déclaré le chef du voyageur.
Heard des voyageurs, Mbu`i Bungale tout
sourit." Salut, je rappelle à tous! Région ce printemps révélée par Dieu Tout-Puissant pour les gens qui aiment la bonne antarsesama créature vertueuse en ce monde. Pas accordée aux personnes avides et cupides comme vous. Mais, si en effet vous êtes le propriétaire et la règle en ce lieu, d'élargir ce printemps! Prenez toutes les capacités que vous les gars, je suis prêt à vous mettre au défi! "Cried Mbu`i Bungale.
Les quatre voyageurs étaient également prêts à accepter le défi Mbu`i Bungale. Les voyageurs leader mantradan émis immédiatement lire toutes ses capacités.
"Wei-nous Springs! Généralisée et membesarlah, "le sort.
Beaucoup de dirigeants de fois que les voyageurs lisent le sort, mais non les moindres montrent des signes de printemps sera agrandie et élargie. Voyant leur chef a commencé à manquer de vapeur, les trois hommes aider immédiatement les voyageurs. Bien qu'ils aient eu à unir la force et la magie, mais ressorts Tupalo pas changé d'un iota. Finalement, les quatre voyageurs ont été épuisés. En les voyant épuisés et en sueur, Mbu`i Bungale un sourire.
"Hey, pourquoi avez-vous arrêté? Montrez-nous que le printemps est le vôtre! Ou peut-être vous avez abandonné! "Cried Mbu`i
Bungale." Tais-toi, femme bourrin! Ne vous contentez pas d'articuler! "A déclaré le chef des voyageurs derrière Mbu`i Bungale difficiles. "Si vous êtes le propriétaire de ce printemps, prouver à nous aussi!"
"Très bien, messieurs! Sachez que Dieu sait où les fonctionnaires étaient vraies, sa demande sera accordée! "Saïd Mbu`i Bungale répondu avec confiance.
Après avoir dit oui, Mbu`i Bungale immédiatement assis jambes croisées à côté de lui alors qu'il traversait. Sa bouche prononçait une prière.
"Woyi, eau de vie, sources sacrées, les ressorts qui ont la bénédiction. Ressorts élargi et meluaslah O des anges .... membesarlah .... !!! "la prière Mbu`i Bungale.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2024 I Love Translation. All reserved.

E-mail: