The origin of the proposals Village CiledugUntuk mengamankan daerah Pagedangan dari orang-orang yang tidak mau masuk islam . Ki Bledug Jaya meminta dikirim prajurit tangguh dari Caruban Larang untuk melatih para pemuda dan orang-orang dewasa penduduk Pagedangan. Setelah bantuan pasukan datang, mereka melatih penduduk Pagedangan disuatu tempat, sehingga tempat itu menjadi berdebu (ledug – Bhs Jawa), sampai-sampai air ( Cai – Bhs Sunda) yang akan digunakan untuk mandi, mencuci dan minum bercampur ledug ( debu ). Akhirnya tempat latihan itu terkenal dengan sebutan Ciledug hingga sekarang. Untuk memenuhi kebutuhan Keraton Cerbon, Ki Bledug Jaya diperintahkan oleh Syarif Hidayatullah ( Sunan Gunung Jati ) agar berdiam di Keraton Caruban Larang, tetapi pada hari Senin dan Kamis Ki Bledug Jaya diperkenankan untuk melihat daerahnya. (Orang-orang masih percaya bahwa samapi sekarang KiBledug Jaya pada hari Senin dan kamis berada di Ciledug. Pada hari senin dan Kamis berada di Ciledug. Pada hari Senin dan Kamis banyak orang datang berziarah ke tempat tersebut). Pada abad ke-15, daerah Pagedangan termasuk Wilayah Kerajaan Galuh yang menguasai daerah Jawa barat sampai batas Cipamali (sungai ini sekarang menjadi batas antara Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah). Agama yang dianut oleh masyarakat ketika itu kebanyakan menganut agama Hindu-Budha pengaruh dari luar daerah. Pada saat itu, di Cirebon telah berkembang agama Islam yang dikembangkan oleh Pangeran Walangsungsang ( Mbah Kuwu Cerbon ), putra prabu siliwangi penguasa kerajaan galuh/pajajaran. Dalam rangka mengembangkan / mensiarkan agama islam. P. Walangsungsang dibantu oleh putra Nyai Rarasantang adiknya yang bernama Syarif Hidayatullah yang kemudian terkenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Dengan adanya Pangeran Walangsungsang menyebarkan agama Islam, maka wilayah Kerajaan Galuh/Pajajaran diliputi rasa kekhawatiran. Para sesepuh Galuh yang beragama Sanghiang merasa kehilangan wibawa dan kepercayaan dari masyarakatnya, antara lain Ki Arya Kidang Layaran yang juga sedang kecewa karena salah seorang anaknya yang bernama Raden Layang Kemuning mengundurkan diri sebagai pepatih Kerajaan Galuh, meninggalkan segala kebesaran dan pergi mengembara tanpa pamit, sedangkan tempat tujuannya pun tidak diketahui rimbanya. Untuk mencarinya Ki Arya Kidang Layaran mengutus Nyi Ratu Layang Sari adik Layang Kemuning. Dalam pengembaraannya, Raden layang Kemuning menetap dan berdiam menyendiri disuatu tempat di tepi Sungai Cisanggarung. Ia menyamar sebagai tukang nyarah (mengambil kayu yang hanyut disungai) dan berganti nama dengan nama Ki Malewang. Pada suatu hari, langit mendung, halilintar bergelegar dan turunlah hujan yang sangat deras bagai ditumpahkan dari langit . Akibat hujan lebat Sungai Cisanggarung banjir mendadak. Airnya bergemuruh dan bergulung-gulung menghanyutkan segala yang menghalangi, termasuk tubuh Ki Malewang yang sedang nyarah ikut terhanyut. Dalam keadaan pingsan ia terdampar di daerah Pagedangan. Tiada selembar kainpun yang melekat ditubuhnya, karena waktu nyarah pakaiannya diletakan ditepi sungai. (Tempat terdamparnya Ki Malewang sekarang bernama Pelabuhan) Ratu Layang Sari yang diutus ayahandanya untuk mencari kakaknya yang bernama Raden Layang Kemuning belum dapat menemukannya. Akhirnya sampailah ia ditempat Ki Malewang terdampar. Melihat ada tubuh seorang laki-laki yang tergeletak ditepi sungai dalam keadaan tanpa busana, maka keinginannya untuk menolong diurungkan, tetapi ia melemparkan selendangnya untuk menutupi tubuh yang tergeletak itu. Lalu ia meninggalkan tempat itu dengan tidak mengira bahwa yang tergeletak adalah tubuh kakaknya yang selama ini ia cari. Setelah Ki Malewang sadar dari pingsannya, bukan main terkejutnya berada ditempat itu dalam keadaan telanjang , hanya tertutup selembar selendang. Iapun bertanya-tanya dalam hati, siapakah orang yang telah menutupi badannya dengan selendang itu. Di Pagedangan itu Ki Malewang membuat gubuk untuk tempat tinggal. Dan pepohonan disekitarnya ditebang untuk dijadikan lahan pertanian. Daerah ditepi sungai Cisanggarung tempat kediaman Ki Malewang itu sangat subur, sehingga orang-orang berdatangan ke tempat itu, dan lama kelamaan ramailah daerah Pagedangan karena banyak penghuninya. Beberapa tahun kemudian, datanglah enam orang utusan dari Kerajaan Galuh setelah mendengar keberadaan Raden Layang Kemuning di Pagedangan dengan maksud agar Raden Layang Kemuning mau kembali ke Kerajaan Galuh. Tetapi Raden layang Kemuning ( Ki Malewang ) menolak, bahkan keenam orang utusan itupun ingin menetap di Pagedangan dengan tujuan mengabdi kapada Raden Layang Kemuning mengembangkan pedukuhan.The sixth person is:1. Ki Singalaga Crow (Ki Gatot Singalaga)2. Ki Forced Cybernet3. Ki Cybernet Mercury4. Ki Kokol5. Ki Jala Swamp (Ki Sekar Sari)6. Nyi Godong Lamaranti (called the Mrs)When Mbah Kuwu Cerbon knowing that the area to the East there is a religion that still makes the Sanghiang, then he and his followers menda
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
