A. Latar Belakang Masalah
Kemahiran seseorang dalam suatu Bahasa tidak menjamin kemahirannya mengajarkan Bahasa tersebut kepada orang lain. Mahir berbahasa adalah satu hal dan mahir mengajarkan Bahasa adalah hal yang lain. Seorang guru Bahasa Arab harus mengusai setidak-tidaknya tiga hal yaitu (1) Kemahiran Berbahasa Arab, (2) Pengetahuan Tentang bahasa Arab dan Budaya Arab, (3) Keterampilan mengajarkan Bahasa Arab.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru paling tidak dapat menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran.
Dalam dunia pendidikan, seorang guru muslim seyogyanya menjadikan Al Qur’an dan Hadits sebagai pedoman dalam mengajar. Menjadikannya sebagai referensi awal dalam segala hal yang akan ia ajarkan. Karena sesungguhnya Al Qur’an merupakan sebuah kitab yang universal dalam menerangkan segala persoalan, termasuk didalamnya mengenai media dalam pendidikan. Media pembelajran itu sendiri, sebenarnya sudah ada dan diaplikasikan sejak zaman Rasulullah saw. Beliau dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada sahabat-sahabatnya tidak lepas dari adanya media sebagai sarana penyampaian materi ajarannya.
Pandangan al-Qur’an terhadap media dan alat pembelajaran, antara lain dapat dilihat dalam kandungan surat al-Maidah ayat 31.
فَبَعَثَ ٱللَّهُ غُرَابٗا يَبۡحَثُ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُرِيَهُۥ كَيۡفَ يُوَٰرِي سَوۡءَةَ أَخِيهِۚ قَالَ يَٰوَيۡلَتَىٰٓ أَعَجَزۡتُ أَنۡ أَكُونَ مِثۡلَ هَٰذَا ٱلۡغُرَابِ فَأُوَٰرِيَ سَوۡءَةَ أَخِيۖ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلنَّٰدِمِينَ ٣١
Artinya: “Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.”
Sebagian mufassir menjelaskan bahwa setelah “Qobil” mengamati apa yang dilakukan oleh burung gagak dan mendapatkan pelajaran darinya, dia berkata:” Aduhai celaka besar, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak itu, lalu menguburkan mayat saudaraku (untuk menutupi bau busuk yang ditimbulkannya). Karena itu dia menjadi orang yang menyesal akibat kebodohannya, kecuali sesudah belajar dari peristiwa gagak. Peristiwa ini menjadi indikasi bahwa telah terjadi proses pembelajaran yang menggunakan media belajar berupa fenomena alam, dengan pengetahuan mengenali sifat, karakteristik dan perilaku alam.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa sejak masa Nabi Adam as. (manusia pada saat awal kehadirannya) proses pembelajaran sudah menggunakan media belajar yang telah sampai pada tahap praeksplorasi fenomena alam, dengan pengetahuan mengenali sifat, karakteristik dan perilaku alam.
Hintzman (1978) dalam bukunya The Psichology of learning and memory berpendapat bahwa “learnig is a change in organism due to experience vich can affectthe organism’s behavior”, suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism tersebut.
Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul Psikologi belajar Mengajar (1992), penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapatmembangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi siswa.
Media pembelajaran memiliki tiga peranan, yaitu peran sebagai penarik perhatian (attentional role), peran komunikasi (communication role), dan peran (retention role). Media pembelajaran penting dalam pembelajaran bahasa asing, termasuk pembelajaran bahasa Arab.
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas penulis berpendapat bahwa media adalah alat bantu dalam kegiatan belajar untuk mempermudah siswa dalam menerima pelajaran, dan media Audio Visual flim kartun yang lebih mudah diterima dan berpengaruh dalam keseharian siswa.
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Gambut adalah lembaga pendidikan formal Negeri di tingkat lanjutan atas yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dan Madrasah yang cukup banyak memiliki siswa karena madrasah ini adalah Madrasah pertama dan cukup diminati tekhusus untuk daerah Kecamatan Gambut.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa siswa yang belajar pada mata pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Gambut ini, hampir dari setiap siswa kelas VII kesulitan memahami dan menerima meteri mata pelajaran Bahasa Arab, penyebabnya adalah karena kurang maksimalnya penggunaan Media pembelajaran saat proses Belajar dan mengajar dalam mata pelajaran Bahasa Arab.
Maka dari itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian yang berjudul:
“Efektivitas Media Audio Visual Film Kartun Berbahasa Arab Dalam Meningkatkan Keterampilan menyimak dan berbicara di Sekolah Kelas VII MTsN 1 Gambut Kabupaten Banjar”