Pendidikan karakter dalam konteks kekinian sangat relevan dan penting  terjemahan - Pendidikan karakter dalam konteks kekinian sangat relevan dan penting  Arab Bagaimana mengatakan

Pendidikan karakter dalam konteks k

Pendidikan karakter dalam konteks kekinian sangat relevan dan penting untuk mengantasi krisis moral yang terjadi di Indonesia. Diakui atau tidak diakui saat ini terjadi krisis nyata dan mengkhawatirkan karena telah berimbas kepada anak-anak dan remaja usia sekolah. Krisis tersebut berupa tawuran antar pelajar, menurunnya kejujuran, kehilangan daya kreatif (kreatifitas), tanggungjawab, dan sebagainya yang sudah menjadi masalah sosial dan ikut memberi andil terjadinya konflik ditingkat rakyat bawah (akar rumput).
Pendidikan sebagai suatu upaya sadar mengembangkan potensi peserta didik (siswa), tidak dapat dilepaskan dari lingkungan mereka berada, utamanya lingkungan budaya, karena pendidikan yang tidak dilandasi prinsip budaya menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya, dan ketika hal itu terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya dan akan menjadi asing dalam lingkungan budaya (masyarakat) nya, kondisi demikian menjadikan siswa cepat terpangaruh oleh budaya luar. Kecenderungan itu terjadi karena ia tidak memiliki norma dan nilai budaya yang dapat digunakan untuk melkukan pertimbangan (valueing). (Kemendiknas, 2010:5).
Dalam kaitan tersebut, pendidikan nilai kebangsaan atau dewasa ini dikenal dengan pendidikan karakter menjadi amat penting. Karena melalui kegiatan tersebut nilai-nilai kebangsaan akan tersosialisasi sistimatis dan diterima semua kalangan utamanya peserta didik (siswa) sebagai generasi muda bangsa; pendidikan karakter sebagai wujud implementasi sosialisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa, adalah format penguatan yang sistematis dan terencana. Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan nilai kebangsaan, semakin kuat pula kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga masyarakat yang baik, dan pada titik kulminasinya secara individual maupun kolektif akan memegang teguh nilai budaya. Hal tersebut sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, yaitu “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam angka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa.
Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting, kesadaan tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui pencerahan masa lalu, masa kini dan akan datang tentang bangsanya. (Kemendiknas, 2010:6)
Pendidikan karakter sejatinya merupakan bagian esensial tugas sekolah dalam hal ini sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Zubaedi (2011) menyatakan pendidikan karakter adalah:
Upaya penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antarsesama, dan lingkungannya. Nilai luhur tersebut antara lain kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berfikir logis. Pendidikan memiliki beberapa tujuan utama yaitu; pengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia sekaligus warga bangsa; mengembangkan kebiasaan dan perlaku peserta didik yang terpuji, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab, mengembangkan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, mengembangkan lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan.

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan karakter, sangat dibutuhkan peran guru dalam pengelolaan pendidikan karakter yang benar-benar memiliki kekuatan dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuh kembangnya nilai-nilai karakter yang diharapkan, bukan sekedar konsep yang ditempelkan pada mata pelajaran tertentu untuk mendapatkan pengakuan bahwa pendidikan karakter sudah dilaksanakan, sehingga tidak memberikan dampak yang berarti terhadap kepribadian peserta didik.
Pada studi awal lapangan ditemukan sekitar 79 persen guru SMP 1 Biromaru menyatakan bahwa pendidikan karakter sudah dilaksanakan, hal tersebut dibenarkan Wakasek Kesiswaan Drs. Amir saudo (diwawancarai, 26/03/2012) yang menyatakan telah dilaksanakan aktifitas sebagai bentuk pendidikan karakter yakni: pembiasaan perilaku siswa yang mengarah kepada peningkatan kesadaran diri dan lingkungan (akhlak mulia) dengan wujud : tiap-tiap siswa datang ke sekolah pagi hari memunguti rumput dan membuangnya ke tong sampah; berbaris tertib saat masuk dan keluar ruang belajar; menghormati guru yang dijumpai dengan menjabat tangan sang guru tak peduli apakah mengajar di kelasnya atau tidak. Pembiasaan tersebut sudah dilakukan sejak tahun pelajaran 2000 – 2001 hingga sekarang.
Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter yang disosialisasikan ke sekolah SMP 1 Biromaru menjelang tahun pelajaran 2010 – 2011, dalam tinjauan perilaku pembiasaan tampaknya sama dengan apa yang sudah dilakukan selama ini, namun apabila bertitik tolak pada pengelolaan yang sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang diterbitkan Kemendiknas (2011:26) yakni : menyusun analisis konteks, menyusun Rencana Akasi Sekolah (RKS) yang berintikan penyusunan dokumen tentang nilai-nilai yang akan dikembangkan secara terstruktur dan terprogram dalam visi, misi serta prinsip pengembangan; pembelajaran, inovatif, kreatif , adaptif dan proaktif berbudaya lingkungan sampai kepada kurikulum yang adaptif, belum dilaksanakan secara penuh, maka sesuai dengan penelitian awal yang dilaksanakan di SMP 1 Biromaru, hanya 12 persen dari seluruh guru yang menyatakan sudah dilaksanakan pengelolaan pendidikan karakter, selebihnya yakni 88 persen menyatakan belum dilakukan pendidikan karakter.
Memperhatikan temuan tersebut dan dihubungkan dengan informasi Ibu Dra. Hayatun Nufus salah seorang guru (diwawancarai, 28/03/2012) bahwa sesuai dengan informasi dari pihak Pengawas sekolah yang ditugaskan melakukan sosialisasi pendidikan karakter di SMP 1 Biromaru, maka pendidikan karakter dilakukan melalui pencantuman nilai-nilai karakter tertentu ditiap-tiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu pada setiap Kompetensi Dasar (KD). Nilai pendidikan karakter dianggap tercapai apabila KD yang diajarkan tuntas, yang dinilai melalui penilaian atau tes formatif. Ditambahkan pula bahwa proses penanaman nilai-nilai karakter dianggap satu bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran yang dilakukan, walaupun kurikulum yang digunakan belum dilakukan penyesuaian dengan kurikulum khusus untuk mendukung pelaksanaan pendidikan karakter.
Menurut Kepala Tata Usaha (KTU) SMP 1 Biromaru (01/04/2012) pendidikan karakter di SMP 1 Biromaru benar sudah dilaksanakan sudah dilaksanakan sebagaimana dikemukakan oleh guru-guru, baik itu mengatur perilaku siswa maupun melakukan pembinaan di kelas dan pembinaan ketakwaan di mesjid serta pembinaan lainnya melalui Pramuka dan Palang Merah Remaja (PMR), namun hal-hal yang berhubungan dengan administrasi pembelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter seperti kurikulum, sarana, cara-cara mengajar apalagi dalam hal menegakan disiplin terhadap siswa pada pagi hari sampai waktu pulang sekolah masih jadi masalah , karena bukan kendalanya bukan saja pada siswa; tetapi guru juga sendiri masih jauh dari sikap disiplin dalam melaksanakan tugasnya; mereka belum bisa memberikan keteladanan yang sungguh-sungguh, lebih banyak menuntut hak daripada melaksanakan kewajibannya sebagai guru. Sehingga tidak mengherankan kalau disiplin yang harapkan belum bejalan baik, demikian pula kejujuran, sopan santun, kratifitas dan kemandirian belum bisa diwujudkan secara maksimal di sekolah, apalagi di rumah.
Kondisi obyektif lapangan yang ditemukan, apabila dihubungkan dengan pelaksanaan pendidikan karakter sesuai dengan pedoman Kemendikbud (2011:13) yang menyatakan pelaksanaan pendidikan karakter dimulai dari tahap perencanaan visi, misi dan tujuan sekolah, tahap pelaksanaan, tahap pengkondisian pendidikan karakter, tahap penilaian keberhasilan dan tindak lanjut, maka hasil temuan lapangan mengidikasikan pengelolaan pendidikan karakter di SMP 1 Biromaru belum sesuai sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan Desain Induk Pendidikan Karakter (2011) ataupun Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pendidikan Karakter SMP (2011).
Dengan kasus yang tampak tersebut, peneliti tertarik dan terdorong mengungkap dan mempelajari lebih jauh tentang bagaimana sesungguhnya implementtasi pengelolaan pendidikan karakter di SMP Negeri 1 Biromaru sehingga benar-benar mampu berkontribusi dalam proses pembentukan karakter peserta didik yang konsisten, sehingga pemahaman siswa terhadap nilai-nilai kehidupan yang terpuji (akhlak mulia), tidak lagi hanya melalui proses pembiasaan dan pencantuman nilai-nilai dalam program pembelajaran semata, tetapi dilakukan secara holistik multi jalan dan multi program, mengingat SMP 1 Baromaru adalah satu-satunya SMP Standar Nasional (SSN) dari 44 SMP yang ada di Kabupaten Sigi, dan menjadi salah satu sekolah yang berada di kawasan konflik Sigi, meskipun demikian tidak pernah terlibat dalam konflik.
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Arab) 1: [Salinan]
Disalin!
الطابع التعليم في السياق الحاضر ذات الصلة للغاية وهامة إلى مينجانتاسي الأزمة الأخلاقية التي تحدث في إندونيسيا. الاعتراف أو عدم الاعتراف عند هذه الأزمة حقيقي ويبعث على القلق نظراً لأنها روجت للأطفال والمراهقين في سن الدراسة. الأزمة في شكل شجار بين الطلاب، وتتناقص الصدق، وفقدان الطاقة الإبداعية (الإبداع) والمسؤولية وغيرها التي قد أصبحت بالفعل مشكلة اجتماعية وإعطاء حصة حدوث الصراعات الشعب الحالي في ظل (الشعبية).التعليم حسب جهدا واعيا لتطوير إمكانات المتعلمين (الطلاب)، ولا يفرج عن بيئاتها، هي البيئة الثقافية أساسا، نظراً لأن التعليم لا يقوم على مبدأ الثقافية يسبب المتعلمين موصول من جذورها الثقافية، وعندما يكون هذا الحال ثم أنها لن تحصل على معرفة الثقافة وسيكون الأجانب في الثقافة (المجتمع)، وهذه الظروف تجعل الطلاب بسرعة تيربانجاروه بالثقافة ومن خارجها. اتجاه ما يحدث لأنه لا يملك بالأعراف الثقافية والقيم التي يمكن استخدامها للنظر في ميلكوكان (فالوينج). (كيمينديكناس, 2010-12:5).وفي هذا الصدد، وتعليم القيم الوطنية أو تعليم الكبار هو معروف لطابعها أصبحت هامة جداً. لأنه من خلال أنشطة القيم الوطنية سوف تكون تيرسوسياليساسي طريقة منهجية وتلقى كل من له الأولية بين المتعلمين (الطلاب) كأمة فتية؛ حرف التعليم كشكل من أشكال تنفيذ التنشئة الاجتماعية للقيم الثقافية سامية للأمة، وهو تنسيق تعزيز منهجية ومخططة جيدا. واحد أقوى بدراسة أساسية للقيم الوطنية، أقوى الميل إلى كما تنمو وتتطور إلى مواطنين صالحين، وعند نقطة كولميناسينيا على حدة، فضلا عن تعقد جماعي سريع للقيم الثقافية. أنها وفقا لأهم وظيفة التعليم مكلف في التشريع سيسديكناس رقم 20 في عام 2003، إلا وهي "لتطوير القدرة على شكل الحرف والحضارة للأمة شخصية كريمة في الحياة الفكرية للأمة. ولذلك، توفر القواعد الأساسية التي تحكم التعليم الوطنية (الدستور والقانون سيسديكناس) الفعل أساسا متينا لتطوير الشاملة المحتملة واحد النفس كعضو في المجتمع والأمة.Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting, kesadaan tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui pencerahan masa lalu, masa kini dan akan datang tentang bangsanya. (Kemendiknas, 2010:6)Pendidikan karakter sejatinya merupakan bagian esensial tugas sekolah dalam hal ini sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.Zubaedi (2011) menyatakan pendidikan karakter adalah: زراعة الجهود في الاستخبارات بينغاياتان التفكير في تشكيل المواقف والممارسة في شكل السلوك الذي يتوافق مع قيمة سامية التي أصبحت هويته الحقيقية، المجسدة في التفاعل مع الله، النفس، أنتارسيساما، والبيئة. قيم سامية، بين أمور أخرى، الصدق، الاعتماد على الذات، والآداب، والمجد الاجتماعي، تعتقد الاستخبارات وستشمل كيبيناساران المفكرين، والتفكير المنطقي. التعليم له عدة أهداف رئيسية، هي: تطوير إمكانات المتعلمين القلب/الضمير/العاطفية كبشر في مرة من المواطنين للأمة؛ تطوير عادات والمتعلمين بيرلاكو جديرة بالثناء، غرس القيادة والمسؤوليات، ووضع المتعلمين تصبح الأمة المستقلة والإبداعية، والبشرية والثاقبة، تطوير بيئة تعليمية آمنة وصادقة ومليئة بالإبداع والصداقة.في تحقيق الهدف المتمثل في الطابع تشتد التعليم، دور المعلم في إدارة التعليم من المتوقع الأحرف التي لديها القدرة على تهيئة مناخ يفضي إلى تزايد قيم الأحرف هامة حقاً، لا مجرد مفهوم الملصقة على مواضيع معينة للحصول على الاعتراف بأنه تم تنفيذ الطابع التربية والتعليم، حيث أنه لا يوفر لها تأثير مفيد ضد شخصية المتعلمين.Pada studi awal lapangan ditemukan sekitar 79 persen guru SMP 1 Biromaru menyatakan bahwa pendidikan karakter sudah dilaksanakan, hal tersebut dibenarkan Wakasek Kesiswaan Drs. Amir saudo (diwawancarai, 26/03/2012) yang menyatakan telah dilaksanakan aktifitas sebagai bentuk pendidikan karakter yakni: pembiasaan perilaku siswa yang mengarah kepada peningkatan kesadaran diri dan lingkungan (akhlak mulia) dengan wujud : tiap-tiap siswa datang ke sekolah pagi hari memunguti rumput dan membuangnya ke tong sampah; berbaris tertib saat masuk dan keluar ruang belajar; menghormati guru yang dijumpai dengan menjabat tangan sang guru tak peduli apakah mengajar di kelasnya atau tidak. Pembiasaan tersebut sudah dilakukan sejak tahun pelajaran 2000 – 2001 hingga sekarang.Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter yang disosialisasikan ke sekolah SMP 1 Biromaru menjelang tahun pelajaran 2010 – 2011, dalam tinjauan perilaku pembiasaan tampaknya sama dengan apa yang sudah dilakukan selama ini, namun apabila bertitik tolak pada pengelolaan yang sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang diterbitkan Kemendiknas (2011:26) yakni : menyusun analisis konteks, menyusun Rencana Akasi Sekolah (RKS) yang berintikan penyusunan dokumen tentang nilai-nilai yang akan dikembangkan secara terstruktur dan terprogram dalam visi, misi serta prinsip pengembangan; pembelajaran, inovatif, kreatif , adaptif dan proaktif berbudaya lingkungan sampai kepada kurikulum yang adaptif, belum dilaksanakan secara penuh, maka sesuai dengan penelitian awal yang dilaksanakan di SMP 1 Biromaru, hanya 12 persen dari seluruh guru yang menyatakan sudah dilaksanakan pengelolaan pendidikan karakter, selebihnya yakni 88 persen menyatakan belum dilakukan pendidikan karakter.Memperhatikan temuan tersebut dan dihubungkan dengan informasi Ibu Dra. Hayatun Nufus salah seorang guru (diwawancarai, 28/03/2012) bahwa sesuai dengan informasi dari pihak Pengawas sekolah yang ditugaskan melakukan sosialisasi pendidikan karakter di SMP 1 Biromaru, maka pendidikan karakter dilakukan melalui pencantuman nilai-nilai karakter tertentu ditiap-tiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu pada setiap Kompetensi Dasar (KD). Nilai pendidikan karakter dianggap tercapai apabila KD yang diajarkan tuntas, yang dinilai melalui penilaian atau tes formatif. Ditambahkan pula bahwa proses penanaman nilai-nilai karakter dianggap satu bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran yang dilakukan, walaupun kurikulum yang digunakan belum dilakukan penyesuaian dengan kurikulum khusus untuk mendukung pelaksanaan pendidikan karakter.Menurut Kepala Tata Usaha (KTU) SMP 1 Biromaru (01/04/2012) pendidikan karakter di SMP 1 Biromaru benar sudah dilaksanakan sudah dilaksanakan sebagaimana dikemukakan oleh guru-guru, baik itu mengatur perilaku siswa maupun melakukan pembinaan di kelas dan pembinaan ketakwaan di mesjid serta pembinaan lainnya melalui Pramuka dan Palang Merah Remaja (PMR), namun hal-hal yang berhubungan dengan administrasi pembelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter seperti kurikulum, sarana, cara-cara mengajar apalagi dalam hal menegakan disiplin terhadap siswa pada pagi hari sampai waktu pulang sekolah masih jadi masalah , karena bukan kendalanya bukan saja pada siswa; tetapi guru juga sendiri masih jauh dari sikap disiplin dalam melaksanakan tugasnya; mereka belum bisa memberikan keteladanan yang sungguh-sungguh, lebih banyak menuntut hak daripada melaksanakan kewajibannya sebagai guru. Sehingga tidak mengherankan kalau disiplin yang harapkan belum bejalan baik, demikian pula kejujuran, sopan santun, kratifitas dan kemandirian belum bisa diwujudkan secara maksimal di sekolah, apalagi di rumah.Kondisi obyektif lapangan yang ditemukan, apabila dihubungkan dengan pelaksanaan pendidikan karakter sesuai dengan pedoman Kemendikbud (2011:13) yang menyatakan pelaksanaan pendidikan karakter dimulai dari tahap perencanaan visi, misi dan tujuan sekolah, tahap pelaksanaan, tahap pengkondisian pendidikan karakter, tahap penilaian keberhasilan dan tindak lanjut, maka hasil temuan lapangan mengidikasikan pengelolaan pendidikan karakter di SMP 1 Biromaru belum sesuai sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan Desain Induk Pendidikan Karakter (2011) ataupun Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pendidikan Karakter SMP (2011). Dengan kasus yang tampak tersebut, peneliti tertarik dan terdorong mengungkap dan mempelajari lebih jauh tentang bagaimana sesungguhnya implementtasi pengelolaan pendidikan karakter di SMP Negeri 1 Biromaru sehingga benar-benar mampu berkontribusi dalam proses pembentukan karakter peserta didik yang konsisten, sehingga pemahaman siswa terhadap nilai-nilai kehidupan yang terpuji (akhlak mulia), tidak lagi hanya melalui proses pembiasaan dan pencantuman nilai-nilai dalam program pembelajaran semata, tetapi dilakukan secara holistik multi jalan dan multi program, mengingat SMP 1 Baromaru adalah satu-satunya SMP Standar Nasional (SSN) dari 44 SMP yang ada di Kabupaten Sigi, dan menjadi salah satu sekolah yang berada di kawasan konflik Sigi, meskipun demikian tidak pernah terlibat dalam konflik.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
Hasil (Arab) 2:[Salinan]
Disalin!
التعليم حرف في السياق الحالي هو مهم جدا ومهم للسيطرة على الأزمة الأخلاقية التي وقعت في إندونيسيا. معترف بها أو غير معترف بها في هذا الوقت من الأزمة هو حقيقي ومثير للقلق لأنها أثرت على الأطفال والمراهقين في سن المدرسة. الأزمة في شكل القتال بين الطلاب، وخفض الصدق، وفقدان الطاقة الإبداعية (الإبداع)، والمسؤولية، وما إلى ذلك، والتي أصبحت مشكلة اجتماعية وأخذت تساهم في مستوى الصراع، القاعدة (القاعدة).
التعليم باعتباره جهدا واعيا لتطوير قدرات المتعلمين ( طلاب)، لا يمكن فصلها عن البيئة المحيطة بها، والبيئة الثقافية الرئيسية، لأن التعليم لا يقوم على مبدأ المتعلمين القضية الثقافية اقتلعوا من جذورهم الثقافية، وعندما يحدث ذلك، لن يعرفوا ثقافة وستكون غريبة على البيئة الثقافية (المجتمع ) ذلك، وهذا الشرط يجعل الطلاب بسرعة terpangaruh من قبل الثقافات الأجنبية. الاتجاه كان يحدث لأنه ليس لديه المعايير والقيم الثقافية التي يمكن استخدامها لmelkukan نظر (valueing). (MONE، 2010: 5).
وفي هذا الصدد، ومن المعروف القيم أو الكبار الوطنية والتعليم أن يكون التعليم طابع هام جدا. لأنه من خلال أنشطة القيم الوطنية لترسل ومنهجية وقبلت جميع الرئيسية بين المتعلمين (الطلاب)، وشباب الأمة. تنفيذ التعليم الطابع كشكل من أشكال التنشئة الاجتماعية من القيم النبيلة للثقافة الوطنية، هو الشكل الذي هو التعزيز المنهجي والمخطط له. أقوى شخص لديه اعتبار أساسي من القيم الوطنية، وأقوى الميل إلى النمو والتطور إلى مواطنين صالحين، وعند نقطة تتويجا فرديا وجماعيا ستتمسك القيم الثقافية. وهذا يتفق مع الوظيفة الأساسية للتعليم منصوص عليه في قانون التعليم الوطني رقم 20 لسنة 2003، والذي هو "لتطوير القدرة وتنمية الشخصية وحضارة أمة كريمة في التهديف تثقيف الأمة. ولذلك، فإن القواعد الأساسية التي تحكم التربية الوطنية (UUD 1945 وقانون التعليم) توفر بالفعل أساسا متينا لتطوير الإمكانات العامة للشخص بصفته عضوا في المجتمع والأمة.
إن عملية تطوير القيم التي تشكل أساس الحرف الذي يتطلب عملية مستمرة ، نفذت من خلال مجموعة متنوعة من الموضوعات في المناهج الدراسية. في تطوير الطابع الوطني للتعليم والتوعية من نفسه وشعبه الذين هم جزء من أعظم أهمية، kesadaan لا يمكن إلا أن استيقظ التنوير من خلال الماضي والحاضر ومستقبل الأمة. (MONE، 2010: 6)
التعليم الأحرف هو في الواقع جزء أساسي من عمل المدرسة في هذه الحالة بأنه عملية التثاقف والتمكين للقيم النبيلة في وحدة البيئة التعليمية (المدرسة)، والبيئة الأسرية والمجتمع.
Zubaedi (2011) ولايات التعليم الطابع هي :
جهود زراعة الاستخبارات في التفكير والتقدير في شكل المواقف والممارسات في شكل من أشكال السلوك وفقا للقيم النبيلة للهوية، والتي تتجسد في التفاعل مع الله، النفس، بين الناس وبيئتهم. وتشمل القيم النبيلة والصدق، والاستقلال، والخلق والكرامة الاجتماعية، والاستخبارات يظن بما في ذلك الفضول الفكري، والتفكير المنطقي. التعليم ديه عدة أهداف رئيسية، وهي: pengembangkan المحتملين القلب / الضمير / المتعلم الوجداني الإنساني فضلا عن مواطني الأمة؛ تطوير عادات والمتعلمين perlaku كانت جديرة بالثناء، غرس روح القيادة والمسؤولية، وتطوير المتعلمين إلى الجنسية مستقلة وخلاقة، والثاقبة الإنسان، وتطوير بيئة تعليمية آمنة ونزيهة، والكامل من الإبداع والصداقة. ولتحقيق هدف التعليم الطابع، وهو الدور الذي تشتد الحاجة إليه المعلمين في إدارة التعليم الطابع التي لديها بالفعل القدرة على خلق جو يفضي إلى نمو شخصية المتوقع، وليس مجرد مفهوم القيم التي كان عالقا على مواضيع محددة للحصول على الاعتراف بأن التعليم الطابع نفذت، لذلك لا يوفر لها تأثير كبير على شخصية الطلاب. وفي بداية جدت دراسة ميدانية عن 79 في المئة من معلمي المدارس الثانوية 1 Biromaru مشيرا إلى أن التعليم الطابع نفذت، فمن مبرر نائب المدير من الدكاترة شؤون الطلاب. أمير saudo (مقابلتهم، 26/03/2012) الذي ادعى أنه قام بأنشطة كشكل من أشكال التعليم الطابع وهي: سلوك التعود الطلاب مما يؤدي إلى زيادة وعي الذات والبيئة (حرف النبيل) إلى النموذج: كل طالب أن يأتي إلى المدرسة لالتقاط الصباح العشب ورميها في سلة المهملات. سار منظم لأنها دخول والخروج من غرفة الدراسة. احترام المعلمين الذين اجتمعوا لمصافحة بغض النظر عن ما يدرس المعلم في الصف أم لا. وقد تم ذلك التعود منذ العام الدراسي 2000 - 2001 وحتى الوقت الحاضر فيما يتعلق بتنفيذ التعليم الطابع واجتماعيا إلى المدرسة الثانوية 1 Biromaru قبل العام الدراسي 2010-2011، في مراجعة التعود السلوكي يبدو أن نفس ما تم إنجازه حتى الآن، ولكن إذا كان يبدأ إدارة وفقا للمبادئ التوجيهية للحرف التعليم نشرت Kemendiknas (2011: 26)، وهي: إعداد تحليل السياق، وضعت مدرسة akasi خطة (ركس) مع إعداد الأساسية من الوثائق حول القيم التي سيتم تطويرها في منظمة ومبرمجة في الرؤية والرسالة و مبدأ التنمية؛ التعلم ومبتكرة وخلاقة، التكيف وبيئة عمل محفزة مثقف حتى المنهج هو التكيف، لم تنفذ بعد بالكامل، ثم وفقا لدراسة أولية أجريت في SMP 1 Biromaru، 12 في المئة فقط من جميع المعلمين الدول التي نفذت إدارة تعليم الحرف، وبقية وقالت 88 في المئة لم يجر التعليم الطابع بها. مع الأخذ بعين الاعتبار هذه النتائج والمعلومات المرتبطة ذراع. Hayatun Nufus أحد المعلمين (مقابلتهم، 28/03/2012) أنه وفقا للمعلومات الواردة من مدير المدرسة المخصصة التنشئة الاجتماعية للتعليم الحرف في صغار 1 Biromaru، ويتم تعليم الحرف من خلال إدراج قيم بعض الأحرف خطة كل درس (RPP) في كل الكفاءات الأساسية (KD). يعتبر قيمة التعليم الطابع يتحقق إذا تدرس بدقة دينار كويتي، تقييمها من خلال التقييم التكويني أو الاختبار. وتضيف أن تعتبر عملية زراعة القيم الشخصية ويتم جزءا لا يتجزأ من عملية التعلم بها، على الرغم من أن المناهج المستخدمة لم يتم تعديل مع منهج دراسي خاص لدعم تنفيذ التعليم الطابع. ووفقا لرئيس الإدارة (KTU) SMP 1 Biromaru (4/1 / 2012) للتعليم الحرف في صغار 1 Biromaru فعلا نفذت نفذت وقدمت من قبل المعلمين، سواء كانت تنظيم سلوك الطلاب وتوفير التوجيه في الفصول الدراسية والتدريب التقوى في المسجد وكذلك تدريب الآخرين من خلال الكشافة وشباب الصليب الأحمر (PMR)، ولكن المسائل المتعلقة بإدارة الدراسة المتعلقة بالتعليم شخصية مثل المناهج الدراسية ووسائل وطرق التدريس خصوصا من حيث فرض الانضباط ضد الطلاب في الصباح حتى بعد المدرسة لا يزال يمثل مشكلة، لأنه لا يوجد الحواجز ليس فقط في الطلاب. ولكن أيضا المعلمين أنفسهم لا تزال بعيدة عن الانضباط في أداء واجباتهم. أنها لم تكن قادرة على توفير جدي المثالي، أكثر تطلبا من الحق في أداء واجبه كمدرس. لذلك ليس من المستغرب أن الانضباط نتوقع بعد عمل أفضل، وكذلك الصدق والمجاملة، kratifitas ولا يمكن أن تتحقق الاستقلالية أمثل في المدرسة، وخاصة في المنزل. وجدت الظروف الموضوعية الميدان، عندما ترتبط مع تنفيذ التعليم الطابع وفقا للمبادئ التوجيهية Kemendikbud ( 2011: 13) تنص على تنفيذ التعليم الطابع بدءا من مرحلة التخطيط من رؤية ورسالة وأهداف المدرسة، ومرحلة التنفيذ، فإن الخطوة تكييف التعليم الطابع، ومرحلة تقييم النجاح والمتابعة، والنتائج الميدانية إلى إدارة التعليم الحرف في صغار 1 Biromaru لا يصلح تماما نفذت وفقا لتصميم شخصية ماستر التربية والتعليم (2011) أو المبادئ التوجيهية للتعليم الأحرف التعليم جديد (2011). وفي قضية التي بدت عليه، والباحثين المهتمين والمتحمسين لكشف ومعرفة المزيد حول كيفية بالضبط إدارة implementtasi التعليم حرف في SMP نيجيري 1 Biromaru ذلك صحيح قادرة اليمين إلى المساهمة في عملية تشكيل شخصية الطلاب بحيث تكون متسقة وبحيث فهم الطلاب لقيم الحياة جديرة بالثناء (حرف النبيل)، لم يعد إلا من خلال عملية التعود وإدراج القيم في برنامج التعلم في حد ذاته، ولكن القيام به في كلي المسار المتعدد ومتعددة البرنامج، معتبرا SMP 1 Baromaru هو الوحيد المعايير الوطنية جونيور (SSN) 44 المدرسة الثانوية في منطقة سيجي، وأصبحت واحدة من المدارس في منطقة سيجي الصراع، وإن لم يكن المتورطة في الصراع.








Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2025 I Love Translation. All reserved.

E-mail: