GLOBALISASI PENDIDIKAN BILINGUAL DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP EKSISTEN terjemahan - GLOBALISASI PENDIDIKAN BILINGUAL DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP EKSISTEN Jerman Bagaimana mengatakan

GLOBALISASI PENDIDIKAN BILINGUAL DA

GLOBALISASI PENDIDIKAN BILINGUAL DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP EKSISTENSI BAHASA INDONESIA


Zaman sekarang yang hanya bisa menggunakan satu bahasa saja sangatlah sulit untuk bisa masukdalam kompetisi global. Apalagi posisi negara kita yaitu sebagai negara berkembang yang masih memerlukan bantuan dan kontribusi dari negara lain khususnya negara maju. Perkembangan bahasa banyak dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan dari berbagai banyak pihak dan negara. Pihak – pihak tersebut ingin mengembangkan dan mendeterminasikan bahasanya sebagai suatu bahasayang dapat dikenal oleh semua pihak diseluruh belahan dunia dan berikut adanya penulisan ini agarmasyarakat dapat mengetahui peran serta pengaruh bahasa asing dalam bahasa Indonesia. Setiap negara mempunyai media komunikasi yang mana dapat meperlancar suatu hubungan antar individu. Alat komunikasi ini kita sebut bahasa. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri.

Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya. Bahasa Indonesia merupakan media komunikasi yang digunakan oleh rakyat Indonesia dalam berbahasa antar daerah. Bahasa Indonesia juga bisa disebut sebagai jati diri bangsa Indonesia itu sendiri. Bahasa Indonesia sudah dikenal dari anak-anak hingga dewasa karena merupakan suatu media yang nasional. Keadaan ini sungguh memprihatinkan. Jika generasi penerus masa depan bangsa Indonesia sudah tidak bisa menghargai bahasa sendiri maka bahasa Indonesia tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai bahasa Nasional. Sudah saatnya pemerintah bertindak dalam menyelamatkan bahasa Indonesia dari keterpinggiran. Setidaknya penyelamatan ini dimulai dari pemerintah uang mengeluarkan kebijakan agar Bahasa Indonesia tetap dapat menjalankan fungsinya walaupun terdapat sekolah yang di anggap memenuhi standar internasional. Namun tidak dapat dipungkuri bukan hanya pemerintah tetapi masyarakat yang berpendidikan harus membantu atau berkontribusi nyata dalam menyelamatkan bahasa Indonesia, agar bahasa Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Sehingga Bangsa Indonesia bisa maju dengan tetap menghargai bahasa sendiri.

Seperti kita ketahui bersama bahwa sekolah di Indonesia dibagi menjadi beberapa jenis, beberapa di antaranya terdapat sekolah nasional dan sekolah internasional. Sekolah nasional baik negeri maupun swasta menggunakan kurikulum Indonesia secara utuh. Para siswa yang lulus dari sekolah nasional akan mendapatkan ijazah sesuai standar Indonesia, sehingga dapat melanjutkan pendidikan sesuai jenjang dan standar Indonesia. Sedangkan sekolah internasional merupakan suatu sekolah yang memiliki hubungan dengan negara tertentu, kurikulum yang diterapkan pun sesuai dengan negara yang dianut. Sekolah internasional tidak memberikan ijazah sesuai ketentuan standar nasional, melainkan memperolah ijazah atau sertifikat kelulusan sesuai dengan negara terkait, sehingga memudahkan para siswa jika ingin melanjutkan pendidikan di negara tersebut.

Keberadaan sekolah internasional semakin menjamur di Indonesia, terutama di kota metropolitan seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. Berdasarkan informasi dari populer.giewahyudi.com terdaftar 50 lebih sekolah internasional elite di Indonesia. Hal ini menandakan semakin banyak orang tua yang berminat menyekolahkan anak-anaknya di sekolah internasional. Sekolah internasional yang dikenal sebagai sekolah dengan kurikulum yang mengacu pada negara-negara asing, tak jarang pendirinya bukanlah seorang pribumi. Karena kurikulumnya mengacu pada kurikulum negara yang dianut, maka bahasa pengantar yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar bukanlah bahasa Indonesia, melainkan bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Korea, bahasa Jepang, dsb. Intensitas berbicara bahasa Indonesia sangat sedikit bahkan ada yang dilarang menggunakannya di lingkungan sekolah.

Jika realitas yang terjadi dilihat secara ekonomi politik, pertama, bertambahnya keberadaan sekolah internasional menjadikan sekolah-sekolah nasional semakin tergerus. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya memberi batasan mendirikan sekolah internasional di suatu wilayah yang seharusnya hanya diperuntukkan untuk warga asing yang berada di Indonesia justru diperuntukkan pula untuk warga pribumi, selain kurangnya memberi batasan juga mudahnya prosedur mendapatkan izin mendirikan sekolah internasional, belum lagi praktik suap-menyuap yang masih marak di Indonesia akan semakin menggerus keberadaan sekolah nasional.

Kedua, keberadaan sekolah-sekolah internasional menjadi komoditas baru yang ditawarkan pihak-pihak asing ketika masyarakat Indonesia berada dalam “kegalauan” akan identitasnya dan tidak percaya diri terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Keberadaan sekolah internasional kini menjadi barang dagangan yang sangat menguntungkan pihak asing mengingat keadaan masyarakat Indonesia yang sedang mengalami krisis identitas akibat kurangnya proteksi terhadap tempaan arus globalisasi. Pihak asing memanfaatkan keadaan tersebut dengan menawarkan sekolah internasional kepada masyarakat Indonesia yang ragu terhadap sistem pendidikan di negara sendiri, dalam hal ini masyarakat takut jika generasi selanjutnya tidak akan mampu bersaing di masa depan jika tidak bersekolah di sekolah internasional, padahal keberhasilan generasi muda tidak bergantung di sana. Kekuatan dan konsistensi untuk memperbaiki sistem pendidikan di negeri sendiri lah yang akan membuat generasi muda dapat bertahan di era global, bukan justru berpindah kepada sistem asing yang hanya bertujuan meraup keuntungan berkedok pendidikan.

Salah satu faktor yang membuat pihak-pihak tertentu memanfaatkan kondisi di Indonesia untuk mengeruk keuntungan adalah mindset orang Indonesia yang sangat latah dan pragmatif. Mayoritas masyarakat Indonesia belum memiliki kekuatan untuk mendefinisikan identitas diri sehingga sangat mudah dipengaruhi dan membuat mereka keliru dalam memprioritaskan mana yang lebih penting untuk dilakukan, memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia sendiri atau menganut sistem asing yang belum tentu sesuai dengan kebudayaan masyarakat Indonesia.

Namun tidak dapat kita pungkiri bahwa sesungguhnya bahasa asing juga memiliki banyak manfaat khsuusnya dalam pengebangan ataupun perkembangan bangsa Indonesia untuk melawan ketertinggalan Indonesia terhadap jaman era globalisasi saat ini. Karna seperti kita tahu bahwa bahasa merupakan salah satu hal terpenting yang harus diterapkan dalam berkomunikasi khususnya dalam lingkup antar negara. Namun sangat disayangkan jika para orang tua atau siswa itu sendiri tidak menyadari identitas negaranya itu sendiri yaitu bahasa Indonesia yang sangat penting dan memang harus dikuasai sebelum memperdalam bahasa selain bahasa Indonesia.

Salah satu dampak yang akan ditimbulkan apabila keberadaan sekolah internasional terus bertambah adalah penggunaan bahasa Indonesia yang semakin berkurang. Bahasa adalah cerminan pemahaman pemakai bahasa tentang kebudayaannya, masa silam dan masa sekarang. Adanya kemungkinan hubungan antara bahasa dan budaya telah dirumuskan ke dalam suatu hipotesis oleh dua ahli linguistik, Sapir dan Whorf. Menurut Sapir, manusia tidak hidup di pusat keseluruhan dunia, tetapi hanya di sebagiannya, bagian yang diberitahukan oleh bahasanya. Hipotesis Sapir-Whorf menyatakan bahwa “The world is perceived differently by members of different linguistic communities and that this perception is transmitted and sustained by language” (dunia ini dipersepsi secara berbeda oleh para anggota komunitas linguistik yang berlainan dan persepsi ini ditransmisikan serta dipertahankan oleh bahasa). Sehingga, apabila penguasaan bahasa asing oleh para generasi muda lebih mendominasi dan kurang mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dan hal ini dibiarkan berkelanjutan, maka eksistensi bahasa Indonesia berpotensi mengalami destruksi. Jika eksistensi bahasa Indonesia terdestruksi, maka kelestarian budaya lokal akan semakin terkikis, masyarakat Indonesia semakin tidak mampu menunjukkan identitas dirinya.



Dengan berlakunya Undang-undang Dasar 1945, bertambah pula kedudukan bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Warga masyarakat pun dalam kegiatan yang berhubungan dengan upacara dan peristiwa kenegaraan harus menggunakan bahasa Indonesia. Untuk melaksanakan fungsi sebagai bahasa negara, bahasa perlu senantiasa dibina dan dikembangkan. Penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan dalam pengembangan ketenagaan, baik dalam penerimaan karyawan atau pagawai baru, kenaikan pangkat, maupun pemberian tugas atau jabatan tertentu pada seseorang. Fungsi ini harus diperjelas dalam pelaksanaannya sehingga dapat menambah kewibawaan bahasa Indonesia.

Solusi yang bisa dilakukan saat ini adalah terus memperbaikai sistem pendidikan di Indonesia. Pemerintah perlu meratakan pendidikan di seluruh wilayah, memberikan fasilitas terbaik untuk generasi muda dalam meningkatkan potensi dirinya disesuaikan dengan wilayah di mana ia tinggal, mengingat geografis negara Indonesia yang beragam sehingga perlu memperhatikan potensi masing-masing daerah. Bukan dengan jalan mendirikan sekolah internasional yang justru akan semakin mengikis budaya lokal. Namun semua kembali terhadap individual itu sendiri untuk selalu menyadari dan mengetahui bahwa penting nya identitas diri bangsa dalam bahasa untuk awal mula kemajuan Indonesia. Saya yakin dan percaya kemajuan negara itu sendiri dimulai dari hal kecil atau kesadaran itu sendiri karna hal kecil akan berubah menjadi besar dan sempurna.
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Jerman) 1: [Salinan]
Disalin!
Globalisierung und Umsetzung der ZWEISPRACHIGEN Unterricht auf Englisch bestehen


Zeit jetzt können die nur Gebrauch einer Sprache es ist sehr schwierig, Masukdalam globalen Wettbewerb. Darüber hinaus unseres Landes Stellung als Entwicklungsland noch brauchen Hilfe und Beiträge aus anderen Ländern, vor allem die Industrieländer. Die Entwicklung der Sprache stark beeinflusst durch die Zeiten und aus verschiedenen Parteien und Ländern. Parteien – die Partei will seine Sprache als eine Mendeterminasikan zu entwickeln und Bahasayang werden von allen Parteien in der ganzen Welt erkannt und folgenden von diesem Schreiben Agarmasyarakat können erfahren Sie mehr über die Rolle und Einfluss von Fremdsprachen in der Sprache der Indonesien. Jedes Land hat ein Kommunikationsmedium der Meperlancar eine Beziehung zwischen den Menschen sein kann. Diese Kommunikations-Tool nennen wir Sprache. Sprache ist ein System der Wappen der Klang durch das Tool Mikenas generiert sagte Menschen und wird von Gemeinschaft Kommunikation, Zusammenarbeit und identifizieren selbst.

mündliche Sprache ist die Hauptsprache, während Englisch die Sprache der sekundären Schriften ist. Mikenas das Fehlen einer Beziehung zwischen dem Klang mit seinem Wappen. Malaiische und indonesische Sprache ist Medium der Kommunikation, die von den Menschen in Indonesien verwendet wird, zwischen den Regionen zu sprechen. Indonesischen Sprache kann auch als Identität des Indonesien selbst bezeichnet werden. Malaiische und indonesische Sprache ist bereits von Kindern zu Erwachsenen bekannt, da es eine nationalen Medien. Diese Situation ist in der Tat besorgniserregend. Wenn die nächste Generation der künftigen Nation Indonesien nicht in der Lage wurde, ihre eigene Sprache zu schätzen konnte dann die Sprache Indonesien nicht seine Funktionen als Nationalsprache durchführen. Es ist höchste Zeit, die die Regierung fungiert in Indonesien Sprache von Keterpinggiran zu retten. Zumindest hat angefangen von der Regierung ausgegebene Malaiische und indonesische Sprache Politik Rettung-Geld fortgesetzt werden kann, seine Aufgaben zu erfüllen, obwohl es gibt Schulen, die anerkannten internationalen Standards erfüllen. Aber es kann nicht sein, Dipungkuri ist nicht nur die Regierung, sondern eine gebildete Gesellschaft muss helfen oder einen Beitrag zu Real in der Indonesien-Sprache speichern Indonesien-Sprache kann ein Host in unserem eigenen Land geworden. So kann die Nation vorankommen mit Indonesien unter Wahrung ihrer eigenen Sprache.

geteilt, wie wir wissen, dass Schulen in Indonesien gliedert sich in mehrere Arten, von die einige nationale Schulen und internationale Schulen sind. Nationale Schulen sowohl im öffentlichen als auch im privaten verwenden Indonesien als eine ganze Curriculum. Studenten, die von der national School studierte erhalten Diplome entsprechend anerkannten Standards, Indonesien, um anhaltende Bildungsniveau und Indonesien-Standard angemessen. Während die internationale Schule eine Schule, eine Beziehung zu einem bestimmten Land ist, umarmte den Lehrplan auch länderweise angewendet, die. Internationale Schulen bieten keine Diplome nach nationalen Standards, aber stattdessen wurde ein Diplom oder Abschluss nach verwandten Ländern, um Studenten weiterhin ihre Ausbildung in einem Land.

die Existenz von internationale Schulen erleichtert werden zunehmend Pilze in Indonesien, vor allem in Metropolen wie Jakarta, Bandung und Surabaya. Basierend auf Informationen von populer.giewahyudi.com aufgeführten 50 mehr Elite international School in Indonesien. Dies bedeutet, dass immer mehr Eltern ihre Kinder zu schicken, die internationale Schulen interessiert sind. Die internationale Schule ist eine Schule mit einem Curriculum, das ins Ausland verweist genannt, oft Gründer kein Eingeborener. Da der Lehrplan bezieht sich auf den staatlichen Lehrplan, die danach die Festlegung der Unterrichtssprache umarmte ist Lehr- und Lernaktivitäten nicht Sprache von Indonesien, aber auch Fremdsprachen wie Englisch Großbritannien, Mandarin-Chinesisch, Englisch, Französisch, Japan, Korea etc.. Die Intensität der Indonesien Sprache sehr wenig dort sind sogar verboten, deren Verwendung im schulischen Umfeld

. Wenn die Realität geschieht als einer politischen Ökonomie, zunächst abzuwarten, die Präsenz von internationale Schulen erhöht stellen Sie nationale Schulen zunehmend ausgehöhlt. Dies kann durch einen Mangel verursacht werden missbilligen Einrichten von internationale Schulen in einer Gegend, die reserviert werden sollten, nur für ausländische Staatsangehörige mit Wohnsitz in Indonesien so zugewiesen indigene Völker, neben mangelnder auch leicht Verfahren verbieten, um die Erlaubnis bekommen, eine internationale Schule einrichten ganz zu schweigen von die Praxis der Suap-Menyuap, die immer noch weit verbreitet in Indonesien ist würde weiter untergraben die Existenz der nationalen Schule.

beide, die Existenz der internationalen Schulen in waren vor kurzem bot ausländische Parteien als Indonesien Gemeinschaft in "Aufruhr war" werden sein, seine Identität und Vertrauen in das System der Ausbildung in Indonesien. Die Existenz der internationalen Schule wird jetzt immer eine lukrative Ware ausländische Parteien angesichts des Zustands der Gemeinschaft, dass Indonesien eine Identitätskrise wegen des Mangels an Schutz gegen Ziele der derzeitigen Globalisierung erfährt. Ausländer nutzen die Situation durch das Angebot der öffentlichen internationalen Schule Indonesien nur ungern auf das Bildungssystem im Land selbst, in diesem Fall die Gemeinschaft hat Angst, wenn die nächste Generation nicht in der Lage, in der Zukunft konkurrieren, wenn es an einer internationalen Schule, ausgebildet wurde, während der Erfolg der jüngeren Generation verlasse dich nicht darauf. Die Macht und die Konsistenz des Bildungssystems im eigenen Land zu beheben, die die jüngere Generation stellen können überleben im Zeitalter der globalen, nicht nur an ein fremdes System, das darauf abzielt, nur Profit imitieren

Bildung wechseln. Einer der Faktoren, die Stellen Sie sicher, dass Parteien nutzen Bedingungen in Indonesien zu den Vorteil ausgraben ist Volkspartei Denkweisen Indonesien sehr gesprächig und Pragmatif. Die Mehrheit der indonesischen Gesellschaft noch keine Befugnis definieren Identität so sehr leicht beeinflusst und sie irren in der Priorisierung, welche Wichtigeres zu tun ist, Das Schulsystem in Indonesien selbst beheben oder hat eine ausländische-nicht unbedingt gemäß der Gemeinschaft Kultur Indonesiens.

Aber nicht Pungkiri, dass wir tatsächlich ausländische Sprachen haben auch viele Vorteile in der Entwicklung oder Weiterentwicklung insbesondere der Nation Indonesien Indonesien konnte nicht zum Kampf gegen das Zeitalter der Globalisierung-Ära können. Denn wie wir wissen, dass Sprache ist eines der wichtigsten Dinge, die vor allem im Bereich der Kommunikation zwischen den Ländern angewendet werden sollte. Allerdings ist es bedauerlich, wenn Eltern oder Schülern selbst nicht die Identität des Landes selbst d.h. kennen die Sprache-Indonesien ist ein sehr wichtiger und in der Tat vor Vertiefung Indonesien Sprache anders als

gemeistert werden muss. Eine der Auswirkungen, die in Anwesenheit von internationale Schulen zugefügt werden, werden weiterhin wachsen ist die Verwendung der Sprache in Indonesien ist im Schwinden begriffen. Sprache ist eine Reflexion über die Sprache des Benutzers Verständnis von Kultur, Vergangenheit und Gegenwart. Es gibt die Möglichkeit, Verbindungen zwischen Sprache und Kultur haben in eine Hypothese von zwei Experten auf Linguistik, Sapir und Whorf formuliert worden. Nach Sapir wohnt Mann nicht im Mittelpunkt der ganzen Welt, aber nur im Teil, den Teil, der durch die Sprache unterrichtet wird. Sapir-Whorf-Hypothese besagt, dass "die Welt wird von Mitgliedern der verschiedenen Sprachgemeinschaften unterschiedlich wahrgenommen und das diese Wahrnehmung wird übertragen und Hurrikanstärke durch Sprache" (die Welt wahrgenommen wird anders von Mitgliedern der verschiedenen Sprachgemeinschaften und die Wahrnehmung es übertragen und von Sprache beibehalten). Also, Wenn die Beherrschung einer Fremdsprache von der jüngeren Generation mehr dominieren ist und weniger in der Lage, die Kommunikation mithilfe eine Sprache von Indonesien und es nachhaltig ist, ermöglichte die Existenz der Sprache, die Indonesien potenziell Zerstörung ausgesetzt. Wenn die Existenz des Terdestruksi Indonesien Sprache, die Erhaltung der einheimischen Kultur zunehmend ausgehöhlt werden wird, Indonesien ist zunehmend Gesellschaft nicht in der Lage, an seiner Identität.



mit der Verabschiedung der Verfassung von 1945, Indonesien Sprache Positionen ebenfalls erhöht, nämlich als die Sprache und die Amtssprache. Bürger in Tätigkeiten im Zusammenhang mit staatlichen Ereignissen und Zeremonien sollten die Sprache der Indonesien verwenden. Zur Wahrnehmung seiner Aufgaben als Staatssprache die Sprache muss ständig gepflegt und entwickelt werden. Beherrschung der Sprache der Indonesien muss einer der entscheidenden Faktoren in der Entwicklung der Belegschaft, beide in den Genuss eines neuen Mitarbeiters oder Pagawai, Förderung, noch die Gewährung einer bestimmten Position oder Aufgabe auf jemanden. Diese Funktion sollte bei der Umsetzung geklärt werden, so dass es stark auf die Indonesien-Sprache hinzufügen kann

. Die Lösung möglich ist, im Moment ist Memperbaikai Bildungssystem in Indonesien zu halten. Regierungen müssen flach Bildung in der gesamten Region, bietet die besten Einrichtungen für die jüngere Generation das Potenzial von ihr zugeschnitten auf die Region, in der er lebte, angesichts Indonesiens vielfältiges Land geographisch so Notwendigkeit, achten Sie auf das Potenzial der einzelnen Regionen zu verbessern. Nicht mit dem internationalen gründete eine Schule, die die lokale Kultur weiter untergraben würde. Aber alles geht zurück auf das Individuum selbst, immer wichtig und wissenden zu verwirklichen, seine Nation Selbstverständnis in Englisch für den Beginn von Indonesien Fortschritt. Ich bin zuversichtlich und glaube an den Fortschritt des Landes selbst beginnt mit Kleinigkeiten oder Bewusstsein Karna Kleinigkeit selbst wird in ein großes und perfekt.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
Hasil (Jerman) 2:[Salinan]
Disalin!
GLOBALISASI PENDIDIKAN BILINGUAL DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP EKSISTENSI BAHASA INDONESIA


Zaman sekarang yang hanya bisa menggunakan satu bahasa saja sangatlah sulit untuk bisa masukdalam kompetisi global. Apalagi posisi negara kita yaitu sebagai negara berkembang yang masih memerlukan bantuan dan kontribusi dari negara lain khususnya negara maju. Perkembangan bahasa banyak dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan dari berbagai banyak pihak dan negara. Pihak – pihak tersebut ingin mengembangkan dan mendeterminasikan bahasanya sebagai suatu bahasayang dapat dikenal oleh semua pihak diseluruh belahan dunia dan berikut adanya penulisan ini agarmasyarakat dapat mengetahui peran serta pengaruh bahasa asing dalam bahasa Indonesia. Setiap negara mempunyai media komunikasi yang mana dapat meperlancar suatu hubungan antar individu. Alat komunikasi ini kita sebut bahasa. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri.

Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya. Bahasa Indonesia merupakan media komunikasi yang digunakan oleh rakyat Indonesia dalam berbahasa antar daerah. Bahasa Indonesia juga bisa disebut sebagai jati diri bangsa Indonesia itu sendiri. Bahasa Indonesia sudah dikenal dari anak-anak hingga dewasa karena merupakan suatu media yang nasional. Keadaan ini sungguh memprihatinkan. Jika generasi penerus masa depan bangsa Indonesia sudah tidak bisa menghargai bahasa sendiri maka bahasa Indonesia tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai bahasa Nasional. Sudah saatnya pemerintah bertindak dalam menyelamatkan bahasa Indonesia dari keterpinggiran. Setidaknya penyelamatan ini dimulai dari pemerintah uang mengeluarkan kebijakan agar Bahasa Indonesia tetap dapat menjalankan fungsinya walaupun terdapat sekolah yang di anggap memenuhi standar internasional. Namun tidak dapat dipungkuri bukan hanya pemerintah tetapi masyarakat yang berpendidikan harus membantu atau berkontribusi nyata dalam menyelamatkan bahasa Indonesia, agar bahasa Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Sehingga Bangsa Indonesia bisa maju dengan tetap menghargai bahasa sendiri.

Seperti kita ketahui bersama bahwa sekolah di Indonesia dibagi menjadi beberapa jenis, beberapa di antaranya terdapat sekolah nasional dan sekolah internasional. Sekolah nasional baik negeri maupun swasta menggunakan kurikulum Indonesia secara utuh. Para siswa yang lulus dari sekolah nasional akan mendapatkan ijazah sesuai standar Indonesia, sehingga dapat melanjutkan pendidikan sesuai jenjang dan standar Indonesia. Sedangkan sekolah internasional merupakan suatu sekolah yang memiliki hubungan dengan negara tertentu, kurikulum yang diterapkan pun sesuai dengan negara yang dianut. Sekolah internasional tidak memberikan ijazah sesuai ketentuan standar nasional, melainkan memperolah ijazah atau sertifikat kelulusan sesuai dengan negara terkait, sehingga memudahkan para siswa jika ingin melanjutkan pendidikan di negara tersebut.

Keberadaan sekolah internasional semakin menjamur di Indonesia, terutama di kota metropolitan seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. Berdasarkan informasi dari populer.giewahyudi.com terdaftar 50 lebih sekolah internasional elite di Indonesia. Hal ini menandakan semakin banyak orang tua yang berminat menyekolahkan anak-anaknya di sekolah internasional. Sekolah internasional yang dikenal sebagai sekolah dengan kurikulum yang mengacu pada negara-negara asing, tak jarang pendirinya bukanlah seorang pribumi. Karena kurikulumnya mengacu pada kurikulum negara yang dianut, maka bahasa pengantar yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar bukanlah bahasa Indonesia, melainkan bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Korea, bahasa Jepang, dsb. Intensitas berbicara bahasa Indonesia sangat sedikit bahkan ada yang dilarang menggunakannya di lingkungan sekolah.

Jika realitas yang terjadi dilihat secara ekonomi politik, pertama, bertambahnya keberadaan sekolah internasional menjadikan sekolah-sekolah nasional semakin tergerus. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya memberi batasan mendirikan sekolah internasional di suatu wilayah yang seharusnya hanya diperuntukkan untuk warga asing yang berada di Indonesia justru diperuntukkan pula untuk warga pribumi, selain kurangnya memberi batasan juga mudahnya prosedur mendapatkan izin mendirikan sekolah internasional, belum lagi praktik suap-menyuap yang masih marak di Indonesia akan semakin menggerus keberadaan sekolah nasional.

Kedua, keberadaan sekolah-sekolah internasional menjadi komoditas baru yang ditawarkan pihak-pihak asing ketika masyarakat Indonesia berada dalam “kegalauan” akan identitasnya dan tidak percaya diri terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Keberadaan sekolah internasional kini menjadi barang dagangan yang sangat menguntungkan pihak asing mengingat keadaan masyarakat Indonesia yang sedang mengalami krisis identitas akibat kurangnya proteksi terhadap tempaan arus globalisasi. Pihak asing memanfaatkan keadaan tersebut dengan menawarkan sekolah internasional kepada masyarakat Indonesia yang ragu terhadap sistem pendidikan di negara sendiri, dalam hal ini masyarakat takut jika generasi selanjutnya tidak akan mampu bersaing di masa depan jika tidak bersekolah di sekolah internasional, padahal keberhasilan generasi muda tidak bergantung di sana. Kekuatan dan konsistensi untuk memperbaiki sistem pendidikan di negeri sendiri lah yang akan membuat generasi muda dapat bertahan di era global, bukan justru berpindah kepada sistem asing yang hanya bertujuan meraup keuntungan berkedok pendidikan.

Salah satu faktor yang membuat pihak-pihak tertentu memanfaatkan kondisi di Indonesia untuk mengeruk keuntungan adalah mindset orang Indonesia yang sangat latah dan pragmatif. Mayoritas masyarakat Indonesia belum memiliki kekuatan untuk mendefinisikan identitas diri sehingga sangat mudah dipengaruhi dan membuat mereka keliru dalam memprioritaskan mana yang lebih penting untuk dilakukan, memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia sendiri atau menganut sistem asing yang belum tentu sesuai dengan kebudayaan masyarakat Indonesia.

Namun tidak dapat kita pungkiri bahwa sesungguhnya bahasa asing juga memiliki banyak manfaat khsuusnya dalam pengebangan ataupun perkembangan bangsa Indonesia untuk melawan ketertinggalan Indonesia terhadap jaman era globalisasi saat ini. Karna seperti kita tahu bahwa bahasa merupakan salah satu hal terpenting yang harus diterapkan dalam berkomunikasi khususnya dalam lingkup antar negara. Namun sangat disayangkan jika para orang tua atau siswa itu sendiri tidak menyadari identitas negaranya itu sendiri yaitu bahasa Indonesia yang sangat penting dan memang harus dikuasai sebelum memperdalam bahasa selain bahasa Indonesia.

Salah satu dampak yang akan ditimbulkan apabila keberadaan sekolah internasional terus bertambah adalah penggunaan bahasa Indonesia yang semakin berkurang. Bahasa adalah cerminan pemahaman pemakai bahasa tentang kebudayaannya, masa silam dan masa sekarang. Adanya kemungkinan hubungan antara bahasa dan budaya telah dirumuskan ke dalam suatu hipotesis oleh dua ahli linguistik, Sapir dan Whorf. Menurut Sapir, manusia tidak hidup di pusat keseluruhan dunia, tetapi hanya di sebagiannya, bagian yang diberitahukan oleh bahasanya. Hipotesis Sapir-Whorf menyatakan bahwa “The world is perceived differently by members of different linguistic communities and that this perception is transmitted and sustained by language” (dunia ini dipersepsi secara berbeda oleh para anggota komunitas linguistik yang berlainan dan persepsi ini ditransmisikan serta dipertahankan oleh bahasa). Sehingga, apabila penguasaan bahasa asing oleh para generasi muda lebih mendominasi dan kurang mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dan hal ini dibiarkan berkelanjutan, maka eksistensi bahasa Indonesia berpotensi mengalami destruksi. Jika eksistensi bahasa Indonesia terdestruksi, maka kelestarian budaya lokal akan semakin terkikis, masyarakat Indonesia semakin tidak mampu menunjukkan identitas dirinya.



Dengan berlakunya Undang-undang Dasar 1945, bertambah pula kedudukan bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Warga masyarakat pun dalam kegiatan yang berhubungan dengan upacara dan peristiwa kenegaraan harus menggunakan bahasa Indonesia. Untuk melaksanakan fungsi sebagai bahasa negara, bahasa perlu senantiasa dibina dan dikembangkan. Penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan dalam pengembangan ketenagaan, baik dalam penerimaan karyawan atau pagawai baru, kenaikan pangkat, maupun pemberian tugas atau jabatan tertentu pada seseorang. Fungsi ini harus diperjelas dalam pelaksanaannya sehingga dapat menambah kewibawaan bahasa Indonesia.

Solusi yang bisa dilakukan saat ini adalah terus memperbaikai sistem pendidikan di Indonesia. Pemerintah perlu meratakan pendidikan di seluruh wilayah, memberikan fasilitas terbaik untuk generasi muda dalam meningkatkan potensi dirinya disesuaikan dengan wilayah di mana ia tinggal, mengingat geografis negara Indonesia yang beragam sehingga perlu memperhatikan potensi masing-masing daerah. Bukan dengan jalan mendirikan sekolah internasional yang justru akan semakin mengikis budaya lokal. Namun semua kembali terhadap individual itu sendiri untuk selalu menyadari dan mengetahui bahwa penting nya identitas diri bangsa dalam bahasa untuk awal mula kemajuan Indonesia. Saya yakin dan percaya kemajuan negara itu sendiri dimulai dari hal kecil atau kesadaran itu sendiri karna hal kecil akan berubah menjadi besar dan sempurna.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2024 I Love Translation. All reserved.

E-mail: