URGENSI BUDAYA DALAM KEPEMIMPINAN MENGHADAPI DINAMIKA UKM PENGEMBANGAN terjemahan - URGENSI BUDAYA DALAM KEPEMIMPINAN MENGHADAPI DINAMIKA UKM PENGEMBANGAN Inggris Bagaimana mengatakan

URGENSI BUDAYA DALAM KEPEMIMPINAN M

URGENSI BUDAYA DALAM KEPEMIMPINAN MENGHADAPI DINAMIKA UKM PENGEMBANGAN BAHASA ASING
Bahasa asing merupakan sebuah sarana mutlak yang harus kita kuasai ditengah kultur masyarakat global. Kampus sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa dari berbagai jurusan juga harus memperhatikan penguasaan bahasa sebagai alat untuk memudahkannya menjalin komunikasi baik dengan masyarakat lokal maupun internasional. Untuk mewadahi mahasiswa/mahasiswi yang ingin mengembangkan kemampuan berbahasanya, maka perlu sekali didirikan sebuah UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) bahasa asing.
Terlepas dari pengembangan berbahasa, kita tidak bisa mengabaikan yang namanya organisasi. Sebuah perkumpulan atau organisasi pastinya memiliki tujuan bersama yang hendak dicapai. Tujuan utama dari UKM bahasa asing tentu saja untuk memelihara dan mengembangkan keterampilan bahasa yang dimilikinya. Namun problematika organisasi dan pengembangan bahasa tidak bisa dipisahkan. Walaupun tidak menutup kemungkinan keterampilan bahasa kian melejit, namun memang bila kita melihat kondisi organisasi UKM di kampus pastilah terlihat bahwa permainan organisasi lebih mendominasi. Perbandingan pengembangan skill bahasa dan organisasi bisa mencapai 3:7.
Nah, lalu disini diperlukan suatu cara untuk mengatur suatu organisasi agar bisa mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah jawaban yang niscaya. Fakor kepemimpinan tak lepas pula dengan kendali, nah siapakah sang pemegang kendali? Tak lain adalah seorang pemimpin. Di tangan seorang pemimpin, suatu organisasi akan lebih hidup dan terarah. Pimpinan merupakan motor penggerak yang harus mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, terutama dalam pengambilan keputusan dan kebijaksanaan untuk mempermudah tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Selain itu seorang pemimpin diharapkan mampu tampil sebagai pemberi ilham dalam masa-masa sulit.
Leadership skill, terpancar dalam tindakannya seperti menyeleksi, memotivasi, mengembangkan sampai dengan mengukuhkan anggota. Keprofesioanalan harus juga di junjung tinggi. Walaupun memang terkadang dalam suatu organisasi masih ditemukan sejumlah permasalahan yang melibatkan emosional. Namun ketika emosi mulai merajai dan tak terkendali, kepentingan pribadi menjadi yang tertinggi diatas kepentingan golongan menjadikannya hancur perlahan. Peran pemimpin disini harus tegas dan jelas menyikapi hal yang demikian, baik itu terjadi pada tubuh anggotanya maupun dirinya sendiri.
Setiap pemilihan kepengurusan baru, tentulah ada sebuah program kerja baru. Namun yang menjadi titik disini bukanlah kebaruan dan kehebatan program kerja tersebut. Penanaman dan proses pembudayaan sikap menjadi hal tertinggi yang musti dipikirkan cara pengeksekusiannya, bukan kehebatan program kerja semata. Apalagi sebuah UKM bahasa.
Istilah “Siap memimpin dan dipimpin” merupakan suatu motto yang ideal menurut saya karena tidak ada arogansi di dalamnya, ia menerima masukan pun juga memberi masukan. Apalagi dalam sebuah organisasi kecil kampus yang dinamakan UKM (unit Kegiatan Mahasiswa) tentu hal ini merupakan sarana persuasi yang sangat memanusiakan manusia.
Gaya kepemimpinan juga harus berjalan seimbang dengan kondisi anggota-anggota organisasi, karena seorang pemimpin merupakan kepala dari tubuh organisasi. Bukan anggota saja yang harus patuh menurut pada pemimpin, namun pemimpin pula diatur oleh anggota orgnisasi. Dengan gaya kepemimpinan yang memperhatikan kondisi anggota-anggotanya akan lebih Pentingnya gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi anggota-anggota membuat organisasi yang kita ikuti terasa lebih damai dan nyaman. Gaya kepemimpinan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW memberi andil yang cukup dahsyat apabila di internalisasikan kedalam ruh organisasi.
1. Hubungan (dicintai), jadi seorang pemimpin harus mampu menampilkan sosok leader yang arif dan bijaksana yang bisa menumbuhkan kecintaan orang lain kepadanya.
2. Integritas (dipercaya), sikap dan attitude menjadi hal utama dalam meraih integritas. Sikap jujur membawa kita pada jalan yang benar dan terarah.
3. Pembimbing (kader), sosok yang dijadikan panutan (role model) harus mampu memberikan contoh yang baik.
Leave Legacy (pemimpin yang abadi) adalah pemimpin yang meninggalkan pengaruh baik. Menurut riset yang dikemukakan oleh Ary Ginanjar dalam pembukaan pelatihan ESQ Leadership di Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2014 lalu mengatakan bahwa: “Konsep kepemimpinan itu ada 3, yaitu Knowledge, Skill, dan attitude yang semua itu merupakan potensi manusia.” Realita sekarang ini kebanyakan seorang pemimpin hanya mengedepankan knowledge maupun skill saja, namun mereka terkadang lupa dengan Attitude yang merupakan kunci keberhasilan organisasi. Keberhasilan organisasi bukan hanya terfokus pada ranah strategi, struktur maupun konsep brilliant namun yang paling penting adalah implementasinya. Disini pentingnya attitude dalam proses pembudayaan sebuah organisasi.
Budaya yang kita maknai sebagai kumpulan values dapat memberikan dampak yang besar dalam sebuah organisasi. Terkadang mungkin kita hanya berpikir bahwa budaya hanyalah seni, padahal budaya adalah juga berupa kumpulan karakter. Karakter seperti apakah yang dikehendaki suatu organisasi, 3 unsur kebudayaan : belive system, values, behavior. Pemimpin dunia bahkan menagtakan bahwa “92% said a positive focus on culture and people improved performance.”
Saya melihat betapa banyak pemimpin-pemimpin yang gagal menjalankan visi misinya, karena mereka hanya terfokus pada high-level strategy agar terlihat hebat tetapi tidak benar-benar memperhatikan implementasinya. Menurut Larry Bossidi dan Ram Charan, kegagalan strategi disebabkan oleh “Poor execution of leadership”. Kebanyakan dari kita adalah pandai sekali dalam membuat proposal namun hanya beberapa persen saja yang dieksekusi. Kita bisa saja punya strategi dan program-program yang hebat, namun ketika kita tidak bisa melaksanakannya dan tidak ada kemauan yang kuat untuk menindaklanjutinya maka itu tidak ada artinya sama sekali. Bila kita melihat organisasi yang baik maka kita akan melihat betapa bukan hanya dalam ranah strategi yang baik tapi juga pemimpin yang antusias konsen dalam pelaksanaannya.
Konsep Heart of change by john kotter: “banyak organisasi ingin berubah dalam menghadapi tantangan. 70 % transformasi yang pernah dilakukan gagal karena hanya menggunakan kepala (Head) tanpa “Hati” (Heart). Pemimpin yang berhasil dalam melakukan transformasi adalah mereka yang melibatkan aspek hati (heart).
Why culture matters?
Dampak bila kita membangun kultur dalam organisasi akan nampak jelas pada struktur dan dinamika organisasi yang terlihat rapi dan nyaman. Dengan kultur yang jelas sudah tentu suatu organisasi itu akan memiliki visi dan misi yang jelas pula. Dampak terhadap para anggota organisasi juga akan terlihat bagus karena pendekatan yang digunakan pendekatan secara emosional yang baik.
Budaya dalam suatu organisasi harus tetap dipegang teguh, salah satunya adalah lesson learned that are important to pass on the next generation. Ex: Jepang have a hakama (baju) ada beberapa lipatan yang bermakna: baik, jujur, tulus, ikhlas, dst. Dan itu terus diturunkan ke generasi berikutnya oleh samurai, lalu budaya seperti itupun tetap mendarah daging pada jiwa-jiwa masyarakat Jepang. Terbukti ketika bencana tsunami di miyabi datang, masyarakat Jepang tetap memegang budaya jujur tidak ada yg menaikkan harga, tidak ada yang berbuat curang. China, juga membangun budaya yang bagus yaitu jujur, kerjasama. Valuenya Jepang lebih bangga melakukan hara-kiri bila terbukti tidak jujur, China akan menarik diri dari pergaulan bila terbukti tidak jujur. So, valuesnya adalah bagaimana sebuah pembudayaan dalam organisasi itu untuk membangun karakter, culture and struktur society yang membangun karakter.
So, the conclusion is when leaders change their beliefs and values, their behaviors change, the influences the culture of the group, which in turn changes the behaviors of the group.
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Inggris) 1: [Salinan]
Disalin!
LEADERSHIP CULTURE IN THE FACE OF THE URGENCY OF THE DYNAMICS OF SMES DEVELOPMENT IN FOREIGN LANGUAGEA foreign language is an absolute means that we have to tackle in the middle of the culture of the global community. The campus as a gathering place for students of various departments should also pay attention to the mastery of the language as a tool for interweaving of communication makes it well with the local and international community. To accomodate mahasiswa/mahasiswi who want to develop the ability of berbahasanya, it is necessary once established an SME (Student activity units) foreign languages. Regardless of the development language, we cannot ignore the name of the organization. An association or organization certainly have common goals to achieve. The main objective of SME'S foreign language course to maintain and develop their language skills. But its language organization and development are inseparable. Although it does not cover the possibility of language skills are increasingly popular, however it is when we look at the condition of SME organizations on campus must have seen that more organizations dominate the game. Comparison of the development of language skills and the Organization could achieve 3:7.Well, then here needed a way to set up an organization in order to achieve the goal. Leadership is the answer necessarily. Fakor leadership cannot control also loose-leaf, well who is the holder of a control? Is a leader. In the hands of a leader, an organization will be more lively and directional. The leadership is its driving force that must be able to carry out management functions, particularly in decision-making and the wisdom to make the purpose of the Organization effectively and efficiently. In addition a leader expected to appear as a giver of inspiration in tough times. Leadership skill, radiated in his actions such as selecting, motivating, developing up to confirmed members. Keprofesioanalan should also in cherish. Although it is sometimes in an organization still found a number of problems involving emotional. But when the emotions start to dominate and uncontrolled, the highest being the personal interests above the interests of the make it crumble slowly. The role of leaders here must be firmly and clearly addressing such matters, whether it happens on the body of its members as well as himself. Every election management is new, of course, there is a new work programme. But the point here is not the novelty and the greatness of the work programme. Cultivation of the pembudayaan process and attitude became the highest regard that must think about how to pengeksekusiannya, not the greatness of sheer work program. Let alone a SME. The term "Ready to lead and led" is a motto that is ideal in my opinion because there is no arrogance in them, he accepts any input also give input. Moreover, in a small organization called SME campus (Student activity units) of course this is a means of persuasion that is very humanizing mankind. Leadership style also had to walk in balance with the condition of the members of the Organization, because a leader is the head of the body of the organization. Non-members only have to dutifully obey the leader, but the leader also arranged by members of the orgnisasi. With a leadership style that pays attention to the condition of its members will further the importance of leadership styles to suit the condition of the members of the organizations that we follow feels more at peace and comfortable. The leadership style he was taught by the Prophet Muhammad gave a pretty terrible if participation in internalisasikan into the spirit of the organization. 1. Relationships (loved), so a leader should be capable of showing the figure of a wise and sensible leader who can foster a love of others to him.2. The integrity of the (trusted), the attitude and the attitude to become the main thing in grab integrity. Honest attitude leads us on the right path and directional.3. The supervisor (cadres), a figure that was made into a role model (role model) must be able to provide a good example. Leave a Legacy (the eternal leader) was the leader who left the good influence. According to research presented by Ary Ginanjar ESQ Leadership training in the opening at the State University of Yogyakarta by 2014 and then says that: "the concept of leadership that there is 3, i.e. the Knowledge, Skill, and attitude are all that is human potential." The reality now is mostly a leader just puts the knowledge or skill alone, but they sometimes forget with the Attitude which is the key to the success of the organization. The success of the organization is not just focused on the realm of strategy, structure as well as the concept of a brilliant but the most important is the implementation. Here the importance of attitude in the process pembudayaan an organization. Our cultural maknai as a collection of values can provide a great impact in an organization. Sometimes we might just think that the culture is just the art, but culture is also in the form of a collection of characters. If the desired character as an organization, 3 elements of culture: belive system, values, behavior. World leaders even menagtakan that "92% said a positive focus on the culture and people improved performance."I saw how many leaders who failed to run vision mission, because they only focused on high level strategy to look great but didn't really pay attention to implementation. According to Larry Bossidi and Ram Charan, failure is caused by the strategy of "Poor execution of leadership". Most of us are good at all in making the proposal but only a few percent are executed. We could just have strategies and programs are great, but when we can't do and no willingness to follow up then it is meaningless at all. When we look at an organization that is good then we will see how not just in the realm of a good strategy but also the enthusiastic leaders concentrated in its execution. The concept of Heart of change by john kotter: "many organizations want to change in the face of challenges. 70% transformation has failed because simply using heads (Head) without the "heart" (Heart). Leaders who succeed in doing the transformation are those that involve the aspects of heart (heart).Why culture matters?The impact when we build a culture within the Organization will appear clearly on the structure and dynamics of organizations that look neat and comfortable. With a clear culture is certainly an organization that will have a clear vision and mission. Impact on the members of the Organization will also look good because the approach used emotionally is a good approach.Culture within an organization must remain held, one of which is the lesson learned that are important to pass on the next generation. Ex: Japan have a hakama (shirt) there are several folds of meaning: good, honest, heartfelt, sincere, etc. And it kept lowered to the next generation by samurai, and culture like that remains ingrained in the souls of Japan's society. Evident when the tsunami disaster in miyabi come, Japan Society kept the culture to be honest no one is raising the price, no one is cheating. China, also build a great culture that is honest, cooperation. All valuenya Japan more proud to perform Hara-Kiri when proven to be dishonest, China will withdraw from the Association when proven to be dishonest. So, valuesnya is how a pembudayaan in that organization to build character, culture and structure of the society that build character.So, the conclusion is when leaders change their beliefs and values, their behaviors change, the influences the culture of the group, which in turn changes the behaviors of the group.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2025 I Love Translation. All reserved.

E-mail: