“Hai , ‘Nak!” Panggil seorang tua r

“Hai , ‘Nak!” Panggil seorang tua renta kepada Bujang Aru yang sedang menanam jagung.
“Ya, ada apa , ‘Kek? Apa masih ada yang harus kukerjakan ? “ Sahut Bujang Aru ramah.
“Ah! Tidak! Tidak! Kau sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik! Kau sungguh orang baik.” Ujar pria tua renta itu.
“Ah, aku hanya membantu sebisaku , ‘Kek. Tidak sebaik itu.” Kata Bujang Aru merendah.
“Itu tidak benar, Bujang Aru. Kau memang pemuda yang baik. Karna kau sudah mau membantuku, aku akan memberikanmu empat buah batu yang tadi kita temukan saat sedang mencangkul. Sebagai tanda terimakasih.” Ucap kakek itu sambil menyodorkan empat buah batu unik berbeda warna dan bentuk kepada Bujang Aru.
Bujang Aru terkesiap melihat hal itu, dengan ragu-ragu ia menyahut , “Tapi, ‘Kek..” .
“Tak apa. Ambillah! Sudah sepantasnya keempat batu ini menjadi milikmu.”
Maka, Bujang Aru pun menerima keempat batu itu. “Apa kegunaan batu ini, ‘Kek?”
“Batu ini masing-masing memiliki kekuatan. Yang Biru merupakan batu kesehatan, yang kuning batu kesuksesan, yang merah batu kemakmuran, dan yang hijau adalah batu kesuburan tanah.Gunakanlah batu itu dengan bijaksana dan ketulusan, ‘Nak.”Jelas kakek itu.
Bujang Aru menatap keempat batu ditangannya. Ia kembali tidak yakin ia bisa menjaga dan mempergunakan batu itu. Ia hendak mengembalikan batu-batu itu sebelum ia terperangah melihat sang kakek sudah tak ada.
“Kek, kau dimana ?” Serunya. Matanya menyorot mencari sang tua renta yang menghilang tiba-tiba.
Lalu, didetik berikutnya, Bujang Aru terbangun dari tidurnya. Rupanya yang tadi itu hanya mimpi. Ia menatap tangan kanannya saat merasa ada sesuatu yang tergenggam disana. Mata membelala kala melihat keempat batu itu ada dalam genggamannya. ‘Apa artinya ini?’batinnya.