Di dalam komponen komunikasi terdapat akronim SPEAKING yang konsepnya bisa diterapkan dalam masyrakat Tiongdoa. Berikut adalah pembahasan dari akronim tersebut:
S = Situation
Orang Tionghoa ketika mereka melakukan komunikasi, mereka melihat latar dan suasana dimana mereka berkomunikasi. Mereka bisa bertindak sesuai dengan situasi yang ada. Tidak menyamakan semuanya harus dikomunikasikan sama.
P = Participation
Biasanya orang Tionghoa melakukan pembicaraan dengan siapa saja. Yang menjadi parsipannya adalah orang sesama suku, antar suku yag lain seperti Hakka dan warga setempat yaitu golongan orang-orang Jawa.
E = End
Orang Tionghoa biasanya melakukan pembicaraan atau berkomunikasi langsung pada tujuannya. Namun dikala situasi yang santai tujuannya pun berubah menjadi pembicaraan yang santai pula.
A = Act Sequence
Bentuk pesan yang sampaikan oleh orang Tionghoa sangat sopan dan memiliki sususan yang cukup rapi. Sedangkan isi dari pesan tersebut biasanya berupa hal-hal yang sangat penting.
K = Key
Kebanyakan orang Tionghoa di Surabaya dalam menyampaikan suatu Komunikasi mengacu pada hal yang santai dan lucu tapi terkadang dijumpai juga penyampaian yang sangat sinis, mereka biasanya adalah para wanita.
I = Instrumentalities
Hal ini mencakup saluran dalam berkomunikasi. Orang Tionghoa dalam berkomunikasi kebanyakan lisan karena mereka adalah orang yang to the point dan sedikit yang melakukan itu secara tertulis.
N = Norms
Orang Tionghoa memiliki norma dalam berdoa atau bersembahyang. Adanya aturan-aturan ketika bersembayang seperti tidak boleh kotor untuk masuk dedalam kelenteng atau berkata sembarangan di dalam klenteng merupakan salah satu contoh dari norma orang Tionghoa.
5. Nilai di Balik Komunikasi Etnis Tionghoa di Surabaya
Sering dikatakan bahwa komunitas etnis Tionghoa dalam segala aspek kehidupannya memiliki hal-hal yang bersifat spesifik termasuk dalam bahasa. Dengan spesifiknya bahasa tersebut maka terdapat suatu unsur nilai dalam komunikasi. Nilai yang terkandung dari komunikasi ini membuat kita sadar bahwa komunikasi yang dilakukan oleh orang Tionghoa di kota Surabaya sudah bisa diterima dalam budaya Indonesia sendiri karena dalam percakapanya bahasa yang digunakan orang Tionghoa tidak lagi semata-mata bahasa Hokkian saja, melainkan bahasa campuran antara Jawa dan Tionghoa itu sendiri.