Kondisi masyarakat di zaman ini terlihat sangat memprihatinkan, di zaman modern ini teknologi semakin maju akan tetapi pendidikan karakter semakin rapuh dan cenderung di tinggalkan, banyak hal yang semestinya tidak layak dilakukan namun sampai sekarang masih saja terjadi. Perkelahian, perampokan, pembunuhan, korupsi, kolusi nepotisme, penipuan, bahkan sampai pelecehan seksual pun sampai sekarang masih saja terlihat. Yang palimg parah yakni permainan kata seperti fitnah ada dimana – mana, adu domba hanya untuk kepentingan sepihak. Hal seperti dengan mudah dapat kita ketahui entah itu lewat media cetak ( Koran, majalah, dan artikel ), ataupun media media elektronik ( TV, Radio). Bahkan tidak jarang juga kondisi seperti itu dapat kita saksikan secara langsung dengan mata telanjang ditengah masyarakat.
Keprihatinan terhadap kondisi masyarakat yang demikian itu mendorong munculnya semangat untuk meneliti dan mengkaji sebab muasal mengapa itu bias terjadi dan mencari jalan keluar pemecahan masalah tersebut. Banyak hal yang dilakukan sebagai wujud rasa kepedulianya terhadap masalah itu. Penelitian secara langsung ataupun tak langsung telah banyak dilakukan, survey dengan masyarakat, sampai pengadaan seminar baik itu oleh instansa pemerintahan ataupun swasta. Ujungnya adalah persamaan persepsi akan pentingnya menggalakkan pendidikan karakteryang semakin hari semakin menunjukkan penurunan kualitas.
Negara yang telah kehilangan karakter bangsanya tidak akan pernah bias menjadi Negara yang kuat, karena mereka hanya mengikuti alur saja. Sebaliknya, semakin kuat pendidikan karakter yang ditanamkan semakin kuat bangsa itu
Respon masyarakat terhadap pendidikan karakter sangat beragam. Seperti halnya dalam bahasa filsafat material boleh sama akan tetapi objek formal yang digunakan bias bermacam – macam.karena satu pihak dengan pihak lainya mempunyai sudut pandang masing – masing tergantung pemahamanya ( Pangangan Dunia ). Mungkin di kalangan pendidik akan muncul pendapat tentang perlunya budi pekerti, sedangkan kaum agamawan memandang perlunya penguatan pendidikan agama yang akan lebih mendekatkan dirinya dengan Tuhan-nya.
Dan mereka yang barkecimpung di dunia politik akan mengusulkan tentang revitalisasi pendidikan pancasila. Selanjutnya para seniman akan menganggap bahwa belum adanya suatu kreasi seni yang dapat mempersatukan jiwa mereka. Para guru terutama guru Bahasa Dan Sastra Indonesia sebagai ujung tombak pendidikan di Indonesia ingin mengekpresikan pemikiranya dengan mengatakan “ Pentingnya Bahasa Dan Sastra Galam Pembentukan Karakter Bangsa “.
Dengan beragamnya persepsi dalam pemecahan masalah pendidikan karakter ini harus ada pihak yang merespon berbagai persepsi itu. Dalam hal ini adalah tugas Negara sebagaimana fungsinya yakni sebagai stabilisator.