Aku harap kau bisa selalu tersenyum di sampingnya," Akashi menutup kedua matanya, menahan air mata yang mungkin saja bisa terjatuh kapan saja.
"Aku tidak bisa, Akashi-kun," suara lembut Kuroko menginterupsi pendengaran Akashi.
Jemari Kuroko menuntun kepala Akashi untuk bangkit dan menatapnya. Kuroko tersenyum tipis menatap Akashi. Akashi menatap Kuroko bingung. Jemari-jemari milik Kuroko membelai lembut pipinya.
"Akashi-kun, apa kau tidak tahu? Aku dan Kagami-kun hanya bersahabat."
"..."
"Aku berpelukan dengan Kagami-kun karena aku ingin ia berhenti bersedih ditinggalkan kekasihnya, Himuro-kun."
"..."
"Jika Midorima-kun mengatakan bahwa aku berpacaran dengan Kagami-kun, mungkin karena ia sering melihat kami pergi bersama. Tapi..."
"..."
"Aku dan Kagami-kun tidak memiliki hubungan apa-apa. Aku hanya menganggap Kagami-kun seperti seorang kakak untukku. Selain itu Kagami-kun sudah menikah dengan Himuro-kun."
"..."
"Akashi-kun, kau tahu? Meskipun aku meninggalkanmu, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Aku masih menyayangimu, Akashi-kun."
"Tetsuya..." mata Akashi berkaca-kaca, ia hampir mengira ini semua ilusi atau bahkan ia merasa saat ini ia sedang bermimpi indah tentang Tetsuya-nya.
"Kau tidak sedang bermimpi, Akashi-kun. Aku hanya berharap, saat aku pergi kau akan menemukan penggantiku yang mungkin bisa bertahan bersamamu. Tapi aku tidak bisa mengharapkan itu, karena aku tidak bisa menerima siapapun yang mendekatimu," Kuroko tersenyum manis masih dengan kedua tangannya yang menangkup kedua pipi Akashi
"Kau bodoh, Tetsuya."
"Akashi-kun?"
"Aku tidak bisa menggantikanmu dari hidupku, Tetsuya. Aku bahkan tidak pernah bisa membayangkan bagaimana aku akan hidup tanpamu."
"..."
"Karena itu Tetsuya, jangan pergi lagi dari hidupku. Aku berjanji akan selalu menjadi Akashi yang kau kenal. Bukan Akashi Seijuurou yang egois seperti saat itu."
"Ha'i, Akashi-kun."
Akashi menarik wajah Kuroko untuk semakin mendekat dengan wajahnya. Jarak kedua bibir itu semakin mendekat. Deru nafas keduanya terasa di kulit wajah mereka masing-masing. Dan...
Kecupan manis nan lembut itu terasa menenangkan hati masing-masing. Di balik tumpukan buku-buku di ruang baca itu, tak ada yang menyadari bahwa ada dua orang manusia yang sudah siap untuk mengulangi kehidupan mereka menjadi lebih baik mulai sekarang.