Musthafawiyah artinya yang terpilih.
Nama tersebut merupakan nama yang tidak akan pernah kami lupakan selamanya.
Saya berniat menuliskan pengalaman singkat saya selama di pesantren ini. Sebagai pengingat-ingat bagi saya sendiri.
Tulisan-tulisan ini insya Allah saya ceritakan secara singkat. Cerita dari adalah judul setiap cerita yang akan saya tuliskan merujuk pada pengalaman saya pesantren di sumatra. Pada bagian ini saya sedikit menceritakan awal masuk pesantren. Saya hanya tujuh tahun mengalami pendidikan pesantren. Masa yang amat singkat namun membekas. Tujuh tahun yang sangat membahagiakan. Begitu banyak pelajaran hidup yang saya dapat dari pesantren.
Menjadi santri adalah kenangan yang begitu membekas bagi saya. Meskipun hanya 7 tahun di pesantren, mengingat masa-masa tersebut selalu menyenangkan. Bergabung menjadi santri di Asrama quba, Pondok Pesantren Musthafawiyah, mandailing merupakan berkah yang begitu luar biasa. Masuk ke lingkungan pesantren merupakan sesuatu yang menakjubkan. Siapapun yang pernah merasakan menjadi santri pasti mengamini hal tersebut. Kehidupan pesantren berbeda jauh dengan kehidupan di rumah. Waktu mengaji kitab tiga kali (setelah shalat subuh, Ashar dan Magrib) dan kegiatan di pondok begitu menyenangkan.
Kalau ditelusuri banyak sekali kesan yang saya rasakan. Hampir semua catatan penting ketika pesantren saya tuliskan di beberapa buku harian. Membaca catatan tersebut mengingatkan masa-masa sulit ketika belajar di pesantren. Jauh dari orang tua dan belajar mandiri sulit dilakukan oleh saya yang biasanya serba enak ketika di rumah. Semua aktivitas dilakukan sendiri. Hal-hal kecil seperti mencuci, masak dilakukan sendiri. Kalau uang berlebih sih kadang-kadang bisa di simpan.
Keinginan kuat untuk masuk pesantren baru saya rasakan ketika kelas tiga SD. Saya tak pernah tahu mengapa saya ingin masuk ke pesantren. Saya cuma punya gambaran singkat mengenai pesantren dari kakak yang sejak lulus SD masuk pesantren. Selain itu tak ada gambaran mengenai kehidupan pesantren. Gambaran lainnya adalah cerita dari salah satu guru ngaji saya,
Ketika teman-teman SD bercerita tentang sekolah-sekolah unggulan yang menjadi target setelah lulus, saya hanya mendengarkan cerita-cerita mereka. Saya cuma mengatakan ingin masuk pesantren. Ketika kelas 3 SD, keingintahuan saya untuk belajar agama semakin membara. Entah kenapa. Saya mulai rajin membeli majalah-majalah islam. Seingat saya yang membuat saya tertarik membaca buku-buku atau majalah islam.