Buku ini merupakan kumpulan dari ceramah Syed Hossein Nasr selama berada di Universitas Amerika, Beirut. Judul aslinya adalah Ideal and Realities of Islam, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Abdurrahman Wahid bersama Hasyim Wahid. Terdiri dari enam bab yang kesemuanya menjabarkan perihal Islam yang sebenarnya dan Islam yang sekarang ada. Bukan mengenai kesenjangan antara keduanya, melainkan tentang bagaimana keislaman pada masa Rasulullah dan perkembangannya pada masa sekarang yang semakin kompleks.Syed Hossein Nasr, dalam buku ini, seakan mengajak kita untuk mendalami Islam yang terkenal memiliki dimensi luas. Ia menyajikan hal-hal apa saja yang menjadi fokus perhatian Islam selama empat belas abad perjalanannya. Selain itu, penulis juga mengungkapkan pelbagai pemikiran dalam Islam, baik dalam konteks tasawuf-spiritual yang umum dijalani oleh para sufi, maupun dalam konteks syari’at-hukum melalui batas-batas yang harus ditaati oleh kaum Muslim.Sebagai guru besar Studi Islam, Syed Hossein Nasr sangat gamblang menjelaskan perihal al-Qur’an yang menjadi pedoman kaum Muslim, sekaligus kitab primer yang banyak dikutip dalam buku ini. Ia beranggapan bahwa al-Qur’an merupakan sumber dari segala pegetahuan, baik itu meliputi sumber pengetahuan metafisis maupun religius. (hlm. 32)Islam is different from other religions, in which not only manages about spirituality, but also regulate human relations, even to the Affairs of the mattress. All of that entry in the Shari'ah. It seems like a lot of rules so rigid and binding are impressed. But in setting a law, can not disamaratakan to all communities and groups. It should also think about a matter of custom, habit, a State of society, or commonly called by ' urf. E.g. how close the nakedness of women in Islam, scholars have various opinions with much considerationE.g. in Arabic, they should wear a veil, or a burka is even cover the whole body from the tip of the hair to toe. Whereas in Indonesia will be very less relevant if such law must be applied as well. Just imagine the farmers in the villages every day must be farmed for rice field to the next →, or to the River to bathe a Buffalo they had to wear a veil or even wearing a burka.Islam does not decrease the value of everything being substantial and material uniformity, but rather do intregrasi up everything but still preserve the original is his character (p. 22). Why is this book relevant? One of them because the quote the sentence above.Di tengah-tengah zaman yang manusianya sudah semakin radikal dan reaksioner terhadap segala sesuatu yang baru dan beda, buku ini memberi penjelasan bahwa agama Islam tidak harus seragam, asalkan tetap mempertahankan perwatakanya semula. Jadi apakah masih menjadi masalah jika ada ustadz memberi makan anjing –hewan dengan strata kenajisan tertinggi dalam Islam- yang kelaparan dan penuh luka? Toh dalam Islam juga diajarkan cara membersihkan najisnya bukan? Masyarakat muslim diibaratkan sebagai lingkaran, dan jari-jari lingkaran tersebut merupakan jalan menuju pusat, menuju Tuhan. Para sufi mengatakan bahwa jalan yang menuju Tuhan sama banyaknya dengan jumlah keturunan Adam. Di sini saya simpulkan bahwa setiap orang mempunyai hak dan caranya masing-masing untuk meningkatkan level ketuhanan mereka.Ada yang merasa harus memakai jilbab sepanjang lutut, ada juga yang biasa saja. Ada yang berjenggot, ada yang tidak. Ada yang celananya panjang ada yang tidak terlalu. Ada yang pakai doa qunut ada yang tidak, dan masih banyak contoh lainya. Saling menghargai dan toleransi akan menjadi pilihan terbaik yang bisa dilakukan.Selain mengurai penyikapan terhadap perbedaan internal dalam Islam, Syed Hossein Nasr juga menjelaskan secara mendasar tentang kepribadian Nabi Muhammad Saw. yang sama sekali lain dengan tokoh-tokoh “istimewa” di luar Islam. Melalui wawasannya yang luas terhadap agama maupun aliran kepercayaan lain, penulis mampu menjelaskan panjang-lebar kepribadian Nabi yang menjadi panutan dalam Islam ini.“Kepribadian Nabi yang sebenarnya tidak dapat dipahami dengan membandingkan Nabi dengan Kristus atau Buddha, yang ajarannya diturunkan terutama untuk orang-orang suci. Kristus dan Buddha mendirikan komunitas agama yang didasarkan pada kehidupan biara yang kemudian menjadi norma seluruh masyarakat.” (hlm. 48)Syed Hossein Nasr menganggap bahwa tokoh yang mempunyai peranan ganda sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat jarang dikenal dalam dunia Kristen Barat, terutama di jaman modern ini, di mana kehidupan politik telah terpisah dari prinsip spiritual. Sedangkan Nabi Muhammad sendiri memiliki peran yang cukup besar. Ia ikut serta sepenuhnya dalam kehidupan sosial. Ia merupakan seorang suami, ayah, kepala Negara, hakim, dan panglima perang.Pada dasarnya, buku ini mencakup penjelasan yang mudah dicerna dan luas dalam memahami Islam. Secara garis besar buku ini bisa dikat
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
