Padrao yang terlantarJoaquim Moreira juga menceritakan kesedihannya me terjemahan - Padrao yang terlantarJoaquim Moreira juga menceritakan kesedihannya me Inggris Bagaimana mengatakan

Padrao yang terlantarJoaquim Moreir

Padrao yang terlantar

Joaquim Moreira juga menceritakan kesedihannya melihat terbengkalainya benda bersejarah Portugis yang berharga yaitu Padrao yang diberikan oleh Raja Portugis kepada Prabu Siliwangi pada tahun 1522. Padrao tersebut yang dikenal sebagai Luso Sundanese Padrao merupakan suatu prasasti perjanjian kerjasama antara Portugis dengan Kerajaan Sunda.

Padrao termasuk peninggalan sejarah yang langka dan sangat dihargai oleh sejarawan Portugis maka ketika Joaquim Moreira mulai bertugas di Indonesia, dia membawa sejarawan Portugis mengunjungi Museum Nasional dimana padrao tersebut disimpan. Ternyata petugas museum tidak tahu tentang padrao sampai akhirnya ada satu staf yang mengerti apa yang dimaksud dan membawa mereka masuk ke suatu gudang terkunci yang gelap dan sumpek dimana padrao itu digeletakkan begitu saja di belakang pintu.

“Kalau diperbolehkan Museum Nasional, saya mengimpikan untuk menampilkan peninggalan sejarah Portugis di Indonesia dalam suatu ruangan khusus dengan tujuan pembelajaran bagi masyarakat Indonesia tentang sejarah hubungan kedua negara dan akulturasi yang terjadi,” ungkap duta besar yang simpatik dan ramah ini.

Tradisi Kampung Tugu

Salah satu peninggalan bangsa Portugis di Jakarta yang masih hidup sampai sekarang adalah Kampung Tugu dimana tinggal sekelompok orang keturunan Portugis. Kampung Tugu terletak di kawasan Jakarta Utara, sekitar empat kilometer sebelah tenggara dari Pelabuhan Tanjung Priok.

Johan Sopaheluwakan, Sekretaris Ikatan Keluarga Besar Tugu mengungkapkan nama kampung mereka berasal dari kata Kampung Portugis, yang lama kelamaan disingkat menjadi Kampung Tugu seperti dikenal sekarang. Nenek moyang mereka adalah 23 keluarga Portugis yang bermigrasi dari Gowa (India) pada tahun 1661.

Keroncong Tugu disajikan dalam acara Talk Show Akulturasi Budaya Portugis di Indonesia, di Auditorium Gedung Yustinus Lantai 15 Kampus Semanggi Unika Atma Jaya (30/4). (Foto Royani Lim/Sesawi.Net)

Salah satu kesenian yang bertahan sampai sekarang adalah kesenian Keroncong Tugu. Keunikan lain Kampung Tugu adalah acara Rabo-rabo yaitu tradisi silaturahmi beramai-ramai ke seluruh rumah di kampung tersebut pada saat Tahun Baru. Selain itu, ada juga tradisi yang disebut Mandi-mandi yaitu upacara saling memaafkan satu sama lain dengan memberi tanda kapur di wajah.

“Sejarah dan budaya unik Kampung Tugu merupakan potensi untuk dijadikan destinasi wisata. Maka tujuan lain acara ini adalah sebagai ajang pertemuan antara Komunitas Tugu, pemerintah, dan masyarakat,” demikian dijelaskan Yanti, Kepala PKBB yang juga berprofesi sebagai dosen program studi bahasa Inggris Atma Jaya tersebut.

Akulturasi budaya Portugis

Pemaparan tentang akulturasi budaya Portugis dalam budaya Indonesia dikemukakan oleh mantan Duta Besar Indonesia untuk Portugis (2000 – 2004) Harry P. Haryono yang juga menjadi Ketua Asosiasi Persahabatan dan Kerja Sama Indonesia Portugal.

Pakar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia ini menjelaskan pengaruh Portugis di Jakarta bisa dilihat nyata pada Kampung Tugu dan Meriam si Jagur di Jakarta. Selain di Jakarta, alkulturasi juga tampak di daerah lain seperti Yogyakarta dengan bangunan Istana Tamansari. Sedangkan di Flores terlihat jelas pada nama-nama keluarga masyarakat Flores dan tradisi perarakan patung peninggalan Portugis pada saat perayaan Paskah, serta di Maluku yang memiliki topi helm Portugis sebagai bagian dari baju tradisionalnya.

“Indonesia tidak pernah dijajah Portugis, tetapi pengaruh budayanya besar disini. Pengenalan budaya tersebut awalnya lewat para pastor dan pelaut yang datang ke Indonesia ratusan tahun lalu itu,” jelas Harry Haryono.

Selain itu tentu saja kita menemukan banyak kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Portugis, seperti boneka, pigura, bola, meja, sepatu, jendela, keju, dan armada. Total ada sekitar 300 kata yang berasal dari akulturasi budaya Portugis tersebut.
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Inggris) 1: [Salinan]
Disalin!
The displaced padraoJoaquim Moreira also recounts his sadness to see terbengkalainya historical objects valuable Portuguese Padrao is given by King Prabu Siliwangi to Portuguese in 1522. Padrao is known as the Luso Sundanese Treaty inscription Padrao is a cooperation between the Portuguese with the Sunda Kingdom.Padrao including historical relics that are rare and highly valued by the Portuguese historian Joaquim Moreira started then when serving in Indonesia, he brought the Portuguese historian visiting the National Museum where padrao are stored. Museum officials apparently didn't know about padrao until finally there is one staff who understand what it is and bring them into a locked shed that dark and suffocating, where the digeletakkan granted padrao behind the door."If possible, I envisioned a vast National Museum to display relics of the history of the Portuguese in Indonesia in a special room with the intention of learning for the community of Indonesia about the history of the relations of the two countries and acculturation that occurred," said the Ambassador who is sympathetic and friendly.The Tradition Of Kampung TuguOne of the legacies of the Portuguese in Jakarta that are still alive till now is Kampung Tugu, where live a group of people of Portuguese descent. Kampung Tugu is located in North Jakarta District, about four kilometers southeast of the port of Tanjung Priok.Johan Sopaheluwakan, Secretary of the family ties of the Monument reveal their village's name is derived from the Portuguese Village, which was eventually shortened to Kampung Tugu as known today. Their ancestors are the 23 families of Portuguese who migrated from the Kingdom of Gowa (India) in 1661.Kroncong Tugu is presented in the Talk Show Acculturation Portuguese in Indonesia, in the Auditorium of the building Floor 15 Justin Campus Clover Unika Atma Jaya (30/4). (Sang Lim Photo/Sesawi.Net)One of the arts that survived until now is the art of the romantic Keroncong Tugu. Another uniqueness of Kampung Tugu is Rabo-rabo event i.e. the tradition of hospitality to the whole flock home in the village at the time of the new year. In addition, there is also a tradition that is called Mandi-mandi i.e. a ceremonial pardon each other by lime in the face."The history and unique culture of Kampung Tugu is the potential to become a tourist destination. The other purpose of this event is as the meeting between the Community Pillar, Government, and society, "as She explained, the head of the PKBB profession as a lecturer also language courses United Kingdom the Atma Jaya.Acculturation in PortugueseThe exposure of the Portuguese culture acculturation in Indonesia culture expressed by former Ambassador to Indonesia for Portugal (2000 – 2004) Harry p. Haryono, who is also the Chairman of the Association of Friendship and cooperation Indonesia Portugal.Expert on international law from the University of Indonesia, describes the influence of Portuguese in Jakarta could be seen in Kampung Tugu tangible and Ordnance si Jagur in Jakarta. Besides in Jakarta, alkulturasi also appear in other regions such as Yogyakarta with the building of the Palace of Tamansari. Whereas in Flores is clearly visible on the family names society Flores and the tradition of the procession of the Statue remains of Portuguese at the time of the Passover feast, as well as in the Moluccas that has the hat helm Portuguese as part of the traditional dress."Indonesia never conquered by the Portuguese, but its cultural influence is big here. Introduction the culture originally passed by the pastor and Mariner who came to Indonesia hundreds of years ago was, "explained Harry Haryono.In addition of course we find many words in the language of Indonesia that derived from Portuguese, such as dolls, frame, balls, shoes, table, window, cheese, and fleet. In total there are approximately 300 words derived from Portuguese culture acculturation.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2024 I Love Translation. All reserved.

E-mail: