Kebanggaan Tiga Orang Ibu
Jia Xiang - Pada sebuah musim kering yang berkepanjangan, sumur-sumur milik penduduk banyak yang mengering. Untuk mendapatkan air, setiap hari mereka harus menimba air di sumur umum milik desa yang airnya masih terus tersedia.
Suatu hari terdapat serombongan yang terdiri atas tiga orang ibu. Mereka bersama-sama pergi untuk menimba air di sumur tersebut. Tak jauh dari tempat mereka terdapat seorang kakek sedang duduk-duduk beristirahat di atas sebuah batu. Sambil bergantian menimba air, mereka saling bertukar cerita.
Nyonya A mengawali pembicaraan, berkata: “Putra saya sangat pandai dan kuat, tiada yang bisa menandinginya”. Tak mau kalah, Nyonya B berkata: “Putra saya pandai bernyanyi, suaranya sangat merdu. Siapa pun tidak dapat menandingi keindahan suaranya.”
Diantara ketiga orang wanita, hanya ada seorang wanita yang tidak banyak berkomentar. Nyonya A dan nyonya B berkata kepada nyonya WMF: “Mengapa engkau diam saja? Bagaimana dengan putra mu? Ceritakanlah kepada kami”.
Nyonya WMF berkata: “Putra saya biasa-biasa saja, tidak ada yang dapat dibanggakan. “Selesai menimba, mereka mengangkat ember masing-masing untuk pulang. Sang kakek juga ikut beranjak dari tempatnya, diam-diam mengikuti rombongan mereka. Karena berat, mereka berjalan lambat, sebagian air yang ada dalam ember tumpah ke jalan. Di tengah perjalanan, tiba-tiba muncullah ketiga orang anak lelaki mereka.
Anak pertama tubuhnya tegap dan besar. Melihat anaknya datang, nyonya A tersenyum. Anak kedua penampilannya bagaikan seorang artis, nyonya B dengan gembira segera bergegas mendekati putranya. Anak ketiga, segera berlari menuju ke arah ibunya. Tanpa diminta dan berkata apa-apa, ia langsung menggantikan sang ibu untuk membawa air.
Mereka diam-diam segera pergi meninggalkan rombongan. Di tempat itu, nyonya A dan nyonya B masih sibuk dan asyik membanggakan putranya masing-masing. Nyonya A dan nyonya B secara bersama-sama bertanya kepada sang kakek: ”Bagaimana pendapat anda tentang putra kami?”
Sang kakek menjawab: ”Putra yang mana? Sejak tadi saya hanya melihat ada seorang putra. Ia telah kembali ke rumah bersama sang ibu.”
“Di mata orang tua, seorang anak adalah kebanggaan mereka. Akan tetapi, sebagai seorang anak sudah layakkah kita untuk dibanggakan? Marilah bersama-sama introspeksi diri.”