Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. McIntosh (1977) dan Murphy (1985, cf. Sharpley, 1994) mengatakan bahwa motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar, yaitu sebagai berikut.
1. Physical or physiological motivation ( motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk berelaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan berolahraga, bersantai, dan sebagainya.
2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya (monumen bersejarah).
3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan, dan seterusnya.
4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis.
Dampak Sosial Ekonomi Pariwisata
Dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar (Cohen, 1984), yaitu:
1. Dampak terhadap penerimaan devisa
2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat
3. Dampak terhadap kesempatan kerja
4. Dampak terhadap harga-harga
5. Dampak terhadap distribusi manfaat / keuntungan
6. Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol
7. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya
8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah
(dalam Pitana, I Gde & Putu G Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi: Yogyakarta).