Asal Usul Desa UjungsemiUjungsemi adalah sebuah nama Desa yang diambil terjemahan - Asal Usul Desa UjungsemiUjungsemi adalah sebuah nama Desa yang diambil Inggris Bagaimana mengatakan

Asal Usul Desa UjungsemiUjungsemi a

Asal Usul Desa Ujungsemi

Ujungsemi adalah sebuah nama Desa yang diambil dari nama orang yang bebabak atau membangun desa. Orang yang membangun Desa Ujungsemi adalah Nyi Mas Ratu Tunjung Semirah ( Nama yang diberikan oleh Mbah Kuwu Cirebon ) yang nama aslinya Nyi Zainatul Khafsah, beliau adalah istri dari seorang Patih Kerajaan Islam Cirebon yang kemudian memakai nama belakang istrinya yaitu Ki Patih Semi. Nama asli Patih kerajaan Islam Cirebon itu sendiri adalah Syarif Thoyib / Syekh Jamalullah / Syekh Abdus Salam. Ki Patih Semi dan Nyi Patih Semi adalah pasangan suami istri yang berasal dari Bani Israil. Konon ceritanya setelah Syarif Hidayatullah Putra Nyi Mas Rara Santang yang berganti nama Syarifah Mudaim hasil perkawinanya dengan mendiang Sultan Hut dari Bani Israil. Atas izin Ibundanya, Syarif Hidayatullah pergi ke Pulau Jawa untuk membantu Uwaknya Ki Somadullah / Pangeran Walang Sungsang / Mbah Kuwu Cirebon untuk menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa. Setelah kepergian Syarif Hidayatullah, Nyi Syarifah Mudaim merasa tidak tega dan khawatir, kemudian sang ibu memerintahkan sanak keluarganya untuk mencari jejak Syarif Hidayatullah, diantara sanak keluarga tersebut ikut serta Ki Patih Semi dan istrinya. Keberangkatan Keluarga dari Bani Israil dengan menaiki perahu melalui lautan, akan tetapi Ki Patih Semi melalui dirgantara dengan menaiki sorban sedangkan Nyi Patih Semi melalui lautan dengan menaiki kerudungnya sebagai perahu. Ketika Syekh Jamalullah ( Ki Patih Semi ) dengan istrinya sampai di tanah jawa, Syarif Hidayatullah telah diangkat dan dinobatkan menjadi Sultan di Kerajaan Islam Cirebon dengan gelar Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati merasa senang atas kehadiran sepasang suami istri yang telah dikenalya di tanah Bani Israil sebagai satria yang sakti mandraguna. Ki Patih Semi Mendapat Tugas Membantu Kerajaan Demak. Pada suatu hari setelah Syekh Jamalullah beserta istri menetap di Keraton Cirebon, di Keraton Cirebon kedatangan utusan dari kerajaan Demak yang maksudnya meminta bantuan kepada Sunan Gunung Jati sehubungan kerajaan Demak sedang dilanda kekacauan. Pengacau di Kerajaan Demak mengaku bernama Sunda Lelanang yang datangnya dari hamparan gunung Pajajaran. Sunda Lelanang menginginkan Putri Sultan Demak yang bernama Nyi Ratu Mas Nyawa,tetapi Putri Sultan Demak menolaknya sehingga Sunda Lelanang membuat keributan dan kekacauan di daerah Kesultanan Demak. Para Ksatria Demak sendiri belum bisa membekuknya, sehingga meminta bantuan kepada Sultan Cirebon. Syekh Jamalullah dan beberapa Gegeden Cirebon yang mendapat perintah dari Sultan Cirebon untuk menangkap Pengacau Sunda Lelanang segera pergi ke Demak dan di terima baik oleh Sultan Demak. Selanjutnya Syekh Jamalullah berperang tanding melawan Sunda Lelanang, mereka adu kesaktian di darat, di laut dan di udara. Dalam adu tanding tersebut keduanya sangat sakti dan tidak terkalahkan. Tetapi akhirnya perang tanding yang memakan waktu lama dan masing-masing mengeluarkan ilmu kedigjayaan dan kesaktian, Sunda Lelanang dapat di lumpuhkan oleh Syekh Jamalullah dan diseret ke Keraton Demak. Ki Patih Semi Ikut Menyerang Portugis di Sunda Kelapa. Pada Tahun 1521 Masehi, saat itu Kerajaan Islam Demak sedang dirongrong oleh penjajah Portugis yang berkedudukan di Malaka, Portugis telah mengadakan persahabatan dengan Kerajaan Hindu Blambangan yang berada di sebelah timur Kerajaan Islam Demak, Portugis juga mengadakan persahabatan dengan kerajaan Hindu Pajajaran disebelah Barat Kerajaan Islam Demak dan Cirebon. Portugis akan membuat benteng di wilayah timur yang berpusat di Pasuruan atas izin Raja Hindu Blambangan, dan akan membuat benteng di wilayah barat yang berkedudukan di Sunda Kelapa atas izin dari Raja Hindu Pajajaran. Rencana Portugis setelah berdirinya kedua benteng pertahanan tersebut akan mengadakan penyerangan kewilayah Kesultanan Demak dari arah timur dan kesultanan Cirebon dari arah barat. Mendengar rencana Portugis yang sudah matang itu, Sultan Trenggono dari Kesultanan Demak tidak tinggal diam, beliau menyiapkan pasukan besar yang akan dikirim kedua arah tersebut. Pengiriman Pasukan ke arah timur (Pasuruan) akan dipimpin oleh Sultan Trenggono sendiri, sedangkan pengiriman pasukan ke arah barat (Sunda Kelapa) akan dipimpin oleh Panglima Muda yang sangat alim yaitu Fadhillah Khan yang diberi nama Fatahillah. Beliau adalah menantu adik ipar Sultan Trenggono keturunan asal Negeri Aceh yang masih ada hubungan keluarga dengan Syarif Hidayatullah Sultan Cirebon dari jalur nenek yaitu Nyai Subang Keranjang, Ibu dari Pangeran Walang Sungsang dan Nyi Mas Rarasantang (Syarifah Mudaim). Pada tahun 1523 Masehi, Pasukan Perang yang dipimpin oleh Panglima Fatahillah berangkat meninggalkan Istana Demak menuju Sunda Kelapa, kepergiannya dilepas oleh Sultan Trenggono dan doa seluruh rakyat Demak dengan harapan agar Fatahillah dalam tugasnya yang sangat berat itu dapat selamat dengan hasil kemenangan yang gilang gemilang. Panglima Fatahillah berangkat ke arah bar
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Inggris) 1: [Salinan]
Disalin!
The Origin Of The Village UjungsemiUjungsemi adalah sebuah nama Desa yang diambil dari nama orang yang bebabak atau membangun desa. Orang yang membangun Desa Ujungsemi adalah Nyi Mas Ratu Tunjung Semirah ( Nama yang diberikan oleh Mbah Kuwu Cirebon ) yang nama aslinya Nyi Zainatul Khafsah, beliau adalah istri dari seorang Patih Kerajaan Islam Cirebon yang kemudian memakai nama belakang istrinya yaitu Ki Patih Semi. Nama asli Patih kerajaan Islam Cirebon itu sendiri adalah Syarif Thoyib / Syekh Jamalullah / Syekh Abdus Salam. Ki Patih Semi dan Nyi Patih Semi adalah pasangan suami istri yang berasal dari Bani Israil. Konon ceritanya setelah Syarif Hidayatullah Putra Nyi Mas Rara Santang yang berganti nama Syarifah Mudaim hasil perkawinanya dengan mendiang Sultan Hut dari Bani Israil. Atas izin Ibundanya, Syarif Hidayatullah pergi ke Pulau Jawa untuk membantu Uwaknya Ki Somadullah / Pangeran Walang Sungsang / Mbah Kuwu Cirebon untuk menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa. Setelah kepergian Syarif Hidayatullah, Nyi Syarifah Mudaim merasa tidak tega dan khawatir, kemudian sang ibu memerintahkan sanak keluarganya untuk mencari jejak Syarif Hidayatullah, diantara sanak keluarga tersebut ikut serta Ki Patih Semi dan istrinya. Keberangkatan Keluarga dari Bani Israil dengan menaiki perahu melalui lautan, akan tetapi Ki Patih Semi melalui dirgantara dengan menaiki sorban sedangkan Nyi Patih Semi melalui lautan dengan menaiki kerudungnya sebagai perahu. Ketika Syekh Jamalullah ( Ki Patih Semi ) dengan istrinya sampai di tanah jawa, Syarif Hidayatullah telah diangkat dan dinobatkan menjadi Sultan di Kerajaan Islam Cirebon dengan gelar Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati merasa senang atas kehadiran sepasang suami istri yang telah dikenalya di tanah Bani Israil sebagai satria yang sakti mandraguna. Ki Patih Semi Mendapat Tugas Membantu Kerajaan Demak. Pada suatu hari setelah Syekh Jamalullah beserta istri menetap di Keraton Cirebon, di Keraton Cirebon kedatangan utusan dari kerajaan Demak yang maksudnya meminta bantuan kepada Sunan Gunung Jati sehubungan kerajaan Demak sedang dilanda kekacauan. Pengacau di Kerajaan Demak mengaku bernama Sunda Lelanang yang datangnya dari hamparan gunung Pajajaran. Sunda Lelanang menginginkan Putri Sultan Demak yang bernama Nyi Ratu Mas Nyawa,tetapi Putri Sultan Demak menolaknya sehingga Sunda Lelanang membuat keributan dan kekacauan di daerah Kesultanan Demak. Para Ksatria Demak sendiri belum bisa membekuknya, sehingga meminta bantuan kepada Sultan Cirebon. Syekh Jamalullah dan beberapa Gegeden Cirebon yang mendapat perintah dari Sultan Cirebon untuk menangkap Pengacau Sunda Lelanang segera pergi ke Demak dan di terima baik oleh Sultan Demak. Selanjutnya Syekh Jamalullah berperang tanding melawan Sunda Lelanang, mereka adu kesaktian di darat, di laut dan di udara. Dalam adu tanding tersebut keduanya sangat sakti dan tidak terkalahkan. Tetapi akhirnya perang tanding yang memakan waktu lama dan masing-masing mengeluarkan ilmu kedigjayaan dan kesaktian, Sunda Lelanang dapat di lumpuhkan oleh Syekh Jamalullah dan diseret ke Keraton Demak. Ki Patih Semi Ikut Menyerang Portugis di Sunda Kelapa. Pada Tahun 1521 Masehi, saat itu Kerajaan Islam Demak sedang dirongrong oleh penjajah Portugis yang berkedudukan di Malaka, Portugis telah mengadakan persahabatan dengan Kerajaan Hindu Blambangan yang berada di sebelah timur Kerajaan Islam Demak, Portugis juga mengadakan persahabatan dengan kerajaan Hindu Pajajaran disebelah Barat Kerajaan Islam Demak dan Cirebon. Portugis akan membuat benteng di wilayah timur yang berpusat di Pasuruan atas izin Raja Hindu Blambangan, dan akan membuat benteng di wilayah barat yang berkedudukan di Sunda Kelapa atas izin dari Raja Hindu Pajajaran. Rencana Portugis setelah berdirinya kedua benteng pertahanan tersebut akan mengadakan penyerangan kewilayah Kesultanan Demak dari arah timur dan kesultanan Cirebon dari arah barat. Mendengar rencana Portugis yang sudah matang itu, Sultan Trenggono dari Kesultanan Demak tidak tinggal diam, beliau menyiapkan pasukan besar yang akan dikirim kedua arah tersebut. Pengiriman Pasukan ke arah timur (Pasuruan) akan dipimpin oleh Sultan Trenggono sendiri, sedangkan pengiriman pasukan ke arah barat (Sunda Kelapa) akan dipimpin oleh Panglima Muda yang sangat alim yaitu Fadhillah Khan yang diberi nama Fatahillah. Beliau adalah menantu adik ipar Sultan Trenggono keturunan asal Negeri Aceh yang masih ada hubungan keluarga dengan Syarif Hidayatullah Sultan Cirebon dari jalur nenek yaitu Nyai Subang Keranjang, Ibu dari Pangeran Walang Sungsang dan Nyi Mas Rarasantang (Syarifah Mudaim). Pada tahun 1523 Masehi, Pasukan Perang yang dipimpin oleh Panglima Fatahillah berangkat meninggalkan Istana Demak menuju Sunda Kelapa, kepergiannya dilepas oleh Sultan Trenggono dan doa seluruh rakyat Demak dengan harapan agar Fatahillah dalam tugasnya yang sangat berat itu dapat selamat dengan hasil kemenangan yang gilang gemilang. Panglima Fatahillah berangkat ke arah bar
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
Hasil (Inggris) 2:[Salinan]
Disalin!
Origins of the Village Ujungsemi Ujungsemi is a village whose name is taken from the name of the person who bebabak or build a village. People who build Ujungsemi village is Nyi Mas Queen Tunjung Semirah (name provided by Mbah Kuwu Cirebon) whose real name Nyi Zainatul Khafsah, she was the wife of an Islamic Empire Patih Cirebon who then put on the back of his wife's name is Ki Patih Semi. Surname Patih Islamic empire of Cirebon itself was Syarif Thoyib / Sheikh Jamalullah / Sheikh Abdus Salam. Ki Patih Semi and Semi Patih Nyi are couples who came from the Children of Israel. Said that the story after Syarif Hidayatullah son Nyi Mas Rara Santang which was renamed Syarifah Mudaim perkawinanya results with the late Sultan Hut of the Children of Israel. His mother permission, Syarif Hidayatullah go to Java to help Uwaknya Ki Somadullah / Prince Walang Breech / Mbah Kuwu Cirebon to broadcast Islam in Java. After the departure of Syarif Hidayatullah, Nyi Syarifah Mudaim feel the heart and worry, then the mother instructed relatives to search for traces of Syarif Hidayatullah, among the family members participate Ki Patih Semi and his wife. The family's departure from the Children of Israel by boat through the ocean, but Ki Patih Semi aerospace by climbing through a turban while Nyi Semi Patih through the ocean with her ​​hood up as a boat. When Sheikh Jamalullah (Ki Patih Semi) with his wife to the ground java, Syarif Hidayatullah has been appointed and crowned Sultan in Cirebon Islamic kingdom with the title of Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati get excited over the presence of a couple who had been on the ground dikenalya Children of Israel as the powerful knight mandraguna. Ki Patih Semi Gets Assist Task kingdom of Demak. One day after Jamalullah Sheikh and his wife settled in the Palace Cirebon in Cirebon palace of the kingdom of Demak envoy that means asking for help to Sunan Gunung Jati respect Demak Kingdom was chaotic. Vandals in Demak kingdom called Sunda Lelanang admitted that the arrival of the mountain stretch of Padjadjaran. Sunda Lelanang want Princess Sultan of Demak named Nyi Ratu Mas Life, but Princess Sultan of Demak reject so Sunda Lelanang make noise and chaos in the Sultanate of Demak. The Knights of Demak itself has not been able to membekuknya, so that recourse to the Sultan of Cirebon. Shaykh Jamalullah and some Gegeden Cirebon who had orders from the Sultan of Cirebon to capture Pengacau Sunda Lelanang immediately go to Demak and was well received by the Sultan of Demak. Furthermore, Sheikh Jamalullah fought match against Sunda Lelanang, they shoot magic on land, at sea and in the air. In the contest of the match both very powerful and invincible. But finally a duel that takes a long time and each issued kedigjayaan science and magic, Sunda Lelanang can be immobilized by Sheikh Jamalullah and dragged to the palace Demak. Ki Strike Portuguese Patih Semi Participate in Sunda Kelapa. In the year 1521 AD, when the Islamic kingdom of Demak is being undermined by the Portuguese colonists based in Malacca, the Portuguese had held a friendship with the Hindu Kingdom Blambangan located in the east of the kingdom of Islam Demak, Portuguese also hold friendship with the Hindu kingdom of Padjadjaran next to the West Islamic kingdom of Demak and Cirebon. Portuguese would create a fortress in the eastern region, based in Pasuruan permission Blambangan Hindu king, and will create a fortress in the western region, located in the Sunda Kelapa permission of the King of Hindu Pajajaran. The Portuguese plan after the founding of the fortress will hold Demak Sultanate kewilayah attack from the east and from the west Cirebon sultanate. Hearing the Portuguese plan that has been cooked, the Sultan of the Sultanate of Demak Trenggono not stay silent, he prepared a large army to be sent in both directions are. Delivery forces to the east (Pasuruan) will be led by Sultan Trenggono himself, while sending troops to the west (Sunda Kelapa) will be led by Commander Young very pious namely Fadhillah Khan named Fatahillah. He was the son-in-law brother Sultan Trenggono descent from the State of Aceh are still no family relationship with Sultan Syarif Hidayatullah Cirebon of lines that Nyai Subang Basket grandmother, mother of Prince Walang Breech and Nyi Mas Rarasantang (Syarifah Mudaim). In 1523 AD, War troops led by Commander Fatahillah departing leave palace Demak towards Sunda Kelapa, departure Trenggono released by the Sultan of Demak and prayers of all the people in the hope that Fatahillah in very heavy duties that can survive with the result that a glorious victory. Fatahillah commander set off towards the bar

Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2024 I Love Translation. All reserved.

E-mail: