Secara politik, memang tantangan Jokowi untuk meloloskan seluruh program kebijakannya adalah kekuatan Koalisi Merah Putih (KMP) yang menguasai parlemen. Banyak pihak menilai KMP akan menjadi sandungan bagi lolosnya kebijakan Jokowi, terutama yang langsung memerlukan persetujuan parlemen. Seperti langkah untuk menaikkan harga BBM dan kebijakan fiskal.Dalam hemat saya, realitas politik tentu harus dibaca secara dinamis. Sistem politik yang tidak sepenuhnya presidensil menjadikan kekuatan parlemen dan pemerintah harus seimbang sehingga mampu menjadi check and balance untuk menopang pemerintahan yang efektif. Bukan eksekutif yang super power sebagaimana kekuasaan Orde Baru, ataupun kekuasaan yang didominasi oleh legislatif.Karena itu, kekhawatiran yang berlebihan kepada KMP adalah sesuatu pendangkalan dalam membaca realitas politik. Pendangkalan (trivialisasi) politik ini hanya akan membangun proses pendewasaan politik yang tidak efektif. Seolah, Jokowi adalah pemimpin yang seluruh keputusan politik harus didukung, dan kekuasan KMP di parlemen adalah ancaman bagi Jokowi dan distigmaisasi sebagai “orang jahat” yang harus di jaga tingkah lakuknya.Sesungguhnya tantangan politik bagi Jokowi adalah harapan publik yang menumpuk pada dirinya. Dan sebagai presiden baru, maka Jokowi harus mampu menjawab ekspektasi rakyat yang besar itu. Daripaa sibuk pada dinamika politik yang mempertentangkan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) maka Jokowi harus lebih focus pada kerja nyata untuk rakyat. Publik juga harus realistis, sekaligus kritis dalam menyikapi seluruh kebjiakan politik Jokowi kedepan. Sebagaimana yang sering disebutkan Jokowi, ia sangat bergantung pada dukungan rakyat, karena itu ia harus mampu menjawab semua harapan rakyat itu sendiri.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..