3. Sumber KolonialDalam argumen tim ahli asistensi Jambi, sejumlah sum terjemahan - 3. Sumber KolonialDalam argumen tim ahli asistensi Jambi, sejumlah sum Inggris Bagaimana mengatakan

3. Sumber KolonialDalam argumen tim

3. Sumber Kolonial
Dalam argumen tim ahli asistensi Jambi, sejumlah sumber dari masa kolonial Belanda dikutip. Pertama-tama adalah Encyclopaedie van Nederlandsch Indie karya Dr. J. Paulus (terbitan Martinus Nijhoff, ‘s Gravenhage, 1917). Paulus memang menyebutkan bahwa secara administratif pulau Berhala termasuk wilayah Afdeeling Jambi. Ketika diadakan penelitian terhadap arsip-arsip pemerintahan Karesidenan Jambi, tidak ada ditemukan kata Berhala dalam keputusan pemerintah kolonial. Demikian pula dengan komentar Paulus yang menyebutkan bahwa penduduk Berhala termasuk suku yang berbudaya Bangka. Hal ini jelas merupakan suatu kesalahan karena tidak ada bukti lain yang menyatakan bahwa penduduk pulau Berhala terkena pengaruh kebudayaan Bangka. Sebagai perbandingan di sini D.G. Stibbe dalam Encyclopaedie van Nederlandsch Indie tahun 1919 dengan penerbit yang sama menyampaikan bahwa penduduk Pulau Berhala memiliki kemiripan secara antropologis dan linguistis dengan penduduk Singkep karena jaraknya yang dekat dan seringnya kunjungan orang-orang Singkep ke pulau ini. Ditinjau dari kajian ilmiah, pernyataan Stibbe lebih dapat dibenarkan. Namun demikian karya ini tidak dilihat oleh tim pengkajian historis Jambi.
Dalam penggunaan khasanah kartografi, tim peneliti sejarah Jambi menyebutkan bahwa pada tahun 1922 dalam Schetskaart Residentie Djambie yang disusun oleh biro ensiklopedi di Batavia gugusan pulau Berhala masuk dalam wilayah Karesidenan Jambi. Hal ini tidak bisa dibuktikan kebenarannya, mengingat pada tahun 1922 pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan yang memasukan pulau Berhala bersama Blakang Daik ke dalam wilayah Onderafdeeling Lingga. Keputusan ini dimuat dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie over het jaar 1922 nomor 66 (Lembaran Negara Hindia Belanda) dan didukung dengan peta Residentie van Riouw en Onderhoorigheden. Dalam kajian kartografi nampak jelas bahwa letak gugusan Pulau Berhala dengan mercu suarnya berada di atas garis batas yang memisahkan antara Karesidenan Riau dan Karesidenan Jambi dan dimasukan dalam wilayah Riau.
Dalam peraturan baru tahun 1924, yang dimuat dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie nomor 201 tentang pembagian administrasi Karesidenan Riau, Pulau Berhala tetap dimasukan dalam wilayah Onderafdeeling Lingga. Hal serupa terulang kembali ketika pemerintah Belanda merombak pembagian administrasi Karesidenan Riau dengan menghapuskan Onderafdeling Pulau Tujuh pada tahun 1932. Pulau Berhala tetap menjadi bagian dari Onderafdeling Lingga yang diperintah oleh seorang Kontrolir dengan kedudukan di Pulau Penuba. Dalam peraturan ini, yang dibuat berdasarkan Besluit van Gouverneur Generaal tanggal 8 Agustus 1932 nomor 5 lengkap dengan peta terlampir, dijelaskan bahwa Blakang Daik dan Pulau Berhala bersama gugusan Pulau Tujuh termasuk dalam wilayah Lingga. Hal ini tidak berubah sampai pembentukan Propinsi Riau dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1957 nomor 78 (peta terlampir). Dengan demikian pernyataan dari tim sejarah Jambi yang bertumpu pada sumber kartografi tidak terbukti kebenarannya.
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Inggris) 1: [Salinan]
Disalin!
3. Colonial SourcesA team of experts assisting argument in Jambi, a number of sources of the colonial Netherlands cited. Encyclopaedie van Nederlandsch is the first Indie work of Dr. j. Paul (Martinus Nijhoff Publications, 's Gravenhage, 1917). Paul did mention that administratively the island Idols including Afdeeling Jambi. When held against the research archives, Jambi Residency rule, no found the idol in the decision said the colonial Government. Likewise with Paul's comment mentions that the inhabitants of Idols including cultured tribes Bangka. It is definitely a mistake because there is no other evidence to the effect that islanders exposed cultural Idols of Bangka. For comparison here D.G. Stibbe Encyclopaedie van Nederlandsch Indie in 1919 with the same Publisher conveys that the Islanders have Idols of anthropological resemblance and linguistis with inhabitants of Singkep due to close proximity and often visits people to this island of Singkep. Review of scientific studies, the more justifiable Stibbe statement. However this work is not seen by a team of historical study of Jambi.In the use of the Treasury of cartography, the history of Jambi team of researchers mention that in 1922 in Schetskaart Residentie Djambie compiled by the Bureau of encyclopedias in Batavia, a cluster of islands in the region of Residency Idols Jambi. This can not be confirmed, given in 1922 Netherlands Government issued regulations that place the island of Blakang Informed shared Idols into the realm of Onderafdeeling Linga. This decision was published in the Staatsblad van Nederlandsch Indie over het jaar 1922 number 66 (Netherlands Indies State Gazette) and supported by map Residentie van en Onderhoorigheden Riouw. In the study of cartography saw clearly that the layout of the Island cluster of Idols with mercu suarnya is above the boundary line that separates between a Resident of Riau and Jambi Residency and placed in the region of Riau.In 1924, the new rules published in the Staatsblad van Nederlandsch Indie number 201 about the Division of administration of the Resident of Riau Island Idols keep listed the Onderafdeeling Lingam. Similar things happen again when the Netherlands Government overhaul the Administration abolishes Onderafdeling Dis Riau with Seven Island in 1932. Idol island remains a part of the Onderafdeling Lingam which was ruled by a Controller with the position on the island of Penuba. In these regulations, made under the Besluit van Gouverneur Generaal 8 August 1932 number 5 with the attached map, explained that the Idol and the island of Blakang Informed with a cluster of Seven Islands included in the Lingam. This did not change until the formation of the province of Riau in Indonesia Republic Gazette in 1957 the number 78 (map attached). Thus statements of the history of Jambi team resting on cartographic sources do not prove to be true.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
Hasil (Inggris) 2:[Salinan]
Disalin!
3. Sumber Kolonial
Dalam argumen tim ahli asistensi Jambi, sejumlah sumber dari masa kolonial Belanda dikutip. Pertama-tama adalah Encyclopaedie van Nederlandsch Indie karya Dr. J. Paulus (terbitan Martinus Nijhoff, ‘s Gravenhage, 1917). Paulus memang menyebutkan bahwa secara administratif pulau Berhala termasuk wilayah Afdeeling Jambi. Ketika diadakan penelitian terhadap arsip-arsip pemerintahan Karesidenan Jambi, tidak ada ditemukan kata Berhala dalam keputusan pemerintah kolonial. Demikian pula dengan komentar Paulus yang menyebutkan bahwa penduduk Berhala termasuk suku yang berbudaya Bangka. Hal ini jelas merupakan suatu kesalahan karena tidak ada bukti lain yang menyatakan bahwa penduduk pulau Berhala terkena pengaruh kebudayaan Bangka. Sebagai perbandingan di sini D.G. Stibbe dalam Encyclopaedie van Nederlandsch Indie tahun 1919 dengan penerbit yang sama menyampaikan bahwa penduduk Pulau Berhala memiliki kemiripan secara antropologis dan linguistis dengan penduduk Singkep karena jaraknya yang dekat dan seringnya kunjungan orang-orang Singkep ke pulau ini. Ditinjau dari kajian ilmiah, pernyataan Stibbe lebih dapat dibenarkan. Namun demikian karya ini tidak dilihat oleh tim pengkajian historis Jambi.
Dalam penggunaan khasanah kartografi, tim peneliti sejarah Jambi menyebutkan bahwa pada tahun 1922 dalam Schetskaart Residentie Djambie yang disusun oleh biro ensiklopedi di Batavia gugusan pulau Berhala masuk dalam wilayah Karesidenan Jambi. Hal ini tidak bisa dibuktikan kebenarannya, mengingat pada tahun 1922 pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan yang memasukan pulau Berhala bersama Blakang Daik ke dalam wilayah Onderafdeeling Lingga. Keputusan ini dimuat dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie over het jaar 1922 nomor 66 (Lembaran Negara Hindia Belanda) dan didukung dengan peta Residentie van Riouw en Onderhoorigheden. Dalam kajian kartografi nampak jelas bahwa letak gugusan Pulau Berhala dengan mercu suarnya berada di atas garis batas yang memisahkan antara Karesidenan Riau dan Karesidenan Jambi dan dimasukan dalam wilayah Riau.
Dalam peraturan baru tahun 1924, yang dimuat dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie nomor 201 tentang pembagian administrasi Karesidenan Riau, Pulau Berhala tetap dimasukan dalam wilayah Onderafdeeling Lingga. Hal serupa terulang kembali ketika pemerintah Belanda merombak pembagian administrasi Karesidenan Riau dengan menghapuskan Onderafdeling Pulau Tujuh pada tahun 1932. Pulau Berhala tetap menjadi bagian dari Onderafdeling Lingga yang diperintah oleh seorang Kontrolir dengan kedudukan di Pulau Penuba. Dalam peraturan ini, yang dibuat berdasarkan Besluit van Gouverneur Generaal tanggal 8 Agustus 1932 nomor 5 lengkap dengan peta terlampir, dijelaskan bahwa Blakang Daik dan Pulau Berhala bersama gugusan Pulau Tujuh termasuk dalam wilayah Lingga. Hal ini tidak berubah sampai pembentukan Propinsi Riau dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1957 nomor 78 (peta terlampir). Dengan demikian pernyataan dari tim sejarah Jambi yang bertumpu pada sumber kartografi tidak terbukti kebenarannya.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2025 I Love Translation. All reserved.

E-mail: