RINGKASANRobert Durianto, 2014, Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalu terjemahan - RINGKASANRobert Durianto, 2014, Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalu Inggris Bagaimana mengatakan

RINGKASANRobert Durianto, 2014, Pem

RINGKASAN

Robert Durianto, 2014, Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Klinik IPTEK Mina Bisnis (Studi di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lamongan dan di Desa Weru Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan). Prof. Dr. Agus Suryono, MS, Dr. Hermawan, S.IP, M.Si, 272 Hal + xx.

Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) yang dibentuk melalui Surat Keputusan Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) Nomor 12.1/BALITBANGKP/RS.210/I/2012, adalah wadah komunikasi, advokasi/pendampingan, serta konsultasi antara kelompok masyarakat nelayan di daerah pesisir dengan stakeholder terkait, melalui pendekatan technopreneurship. Desa Weru berdasarkan Naskah Perjanjian Kerjasama antara Kabupaten Lamongan dengan BBPSEKP Nomor 24.1/BBPSEKP/TU.330/2012 sebagai lokasi KIMBis sebab memiliki potensi yang dapat dikembangkan, yaitu adanya tempat pendaratan ikan dan produk pengolahan hasil tangkap cukup berkembang, sebaliknya cenderung bernilai ekonomis rendah dan ikan yang dihasilkan sebagian besar dijual begitu saja tidak ada nilai tambah dan manfaat optimal bagi masyarakat pesisir terutama masyarakat miskin. Terlebih dari itu, pendapatan rata-rata tiap kepala keluarga (KK) adalah Rp. 700.000,- maka tingkat kesejahteraan penduduk cukup rendah sebesar 20,8% dari total 1.318 KK (Profil Desa Weru, 2012). Sehingga, KIMBis di Desa Weru didorong kearah tumbuhnya entrepreneurship dalam masyarakat nelayan/pesisir dengan memanfaatkan IPTEK melalui pendampingan dari stakeholder atau agency (pengurus KIMBis) di lokasi dengan membantu meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat.
Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan hanya dibatasi pada dua fokus penelitian, yaitu (1) kegiatan KIMBis sebagai wadah pemberdayaan masyarakat nelayan meliputi komunikasi, advokasi/ pendampingan, dan konsultasi, serta ketercapaian hasil pemberdayaan dilihat dari kemampuan ekonomi dan eksternalitas sosial; (2) faktor-faktor pendukung dan penghambat meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Sedangkan, analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Pelaksanaan KIMBis di Kabupaten Lamongan dilakukan diantara kelompok-kelompok masyarakat, meliputi kelompok pengolah/pelaku usaha, budidaya, dan garam dengan stakeholders terkait melalui pelatihan dan pendampingan dalam proses komunikasi. Nilai inovasi dan teknologi pada kegiatan KIMBis ini adalah agar masyarakat dapat berkelompok dan mampu memecahkan masalah perikanan yang dihadapinya untuk meningkatkan kapasitas ekonomi. Pada aspek advokasi/pendampingan dilakukan pengurus KIMBis terhadap masyarakat, meliputi penguatan kapasitas pelaku usaha pengolahan, pengurusan sertifikasi PIRT bagi pelaku usaha, peningkatan kualitas usaha pengolahan garam tradisional, transfer teknologi pembuatan pakan buatan dan pemijahan lele, fasilitasi permohonan kebutuhan teknologi, dan membuka akses peluang pasar berupa pameran dan pemasaran keliling. Pada aspek konsultasi dimana menjadi bagian dari komunikasi, sejauh ini belum maksimal hanya sebatas pelatihan untuk masyarakat. Beroperasinya KIMBis melalui pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dengan pelatihan dan pendampingan hal yang dapat dicapai adalah orientasi kewirausahaan meningkat dan kondisi kualitas SDM berkembang cukup baik.
Terdapat faktor-faktor yang mendukung dan menghambat, faktor internal yang mendukung adalah adanya keuntungan dari peran Manajer klinik sebagai penyuluh dan ketua UPT Dinas KP Kecamatan. Sedangkan faktor penghambat internal adalah kurangnya intensitas komunikasi diantara masyarakat dengan stakeholder dan adanya tool penunjang KIMBis berupa petunjuk teknis kurang sesuai dengan lokasi atau realitas di lapangan. Sedangkan faktor eksternal yang mendukung adalah adanya dukungan dan komitmen Kabupaten Lamongan yang cukup besar. Sedangkan faktor eksternal yang menghambat adalah adanya resistensi dan respon dari masyarakat sasaran dan belum adanya regulasi lanjutan ataupun kebijakan yang menguatkan KIMBis di Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis memberikan beberapa rekomendasi, diantaranya perlu meningkatkan pemahaman konsep dan komitmen stakeholder yang terlibat pada kegiatan KIMBis di Kabupaten Lamongan. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kelembagaan agar kinerja KIMBis menjadi lebih baik dan bisa terdukung pemberdayaan. Selain itu mengefektifkan komunikasi antar stakeholder, sosialisasi program kepada masyarakat, dan tindak lanjut dengan pendampingan agar masyarakat menjalankan proses pemberdayaan yang di sosialisasikan, sehingga capaian dapat efektif. Dan, perlu juga adanya regulasi ataupun kebijakan yang menguatkan KIMBis di Kabupaten Lamongan.

Kata kunci: Pemberdayaan, Agency, Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis).
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Inggris) 1: [Salinan]
Disalin!
SUMMARYRobert Durianto, 2014, the fishing community empowerment Through SCIENCE and TECHNOLOGY Business of Mina Clinic (studies in the Department of marine and Fisheries and in the village of Lamongan Weru Subdistrict Paciran Lamongan). Prof. Dr. Agus Suryono, MS, Dr. Hermawan, s. IP,, M.Si 272 P. + xx.The SCIENCE and Business of Mina clinic (KIMBis) which was formed through the decision letter of the head of the Center for socio-economic Research Of marine and Fisheries (BBPSEKP) number 12.1/BALITBANGKP/RS. 210/I/2012, communication, advocacy is a container/mentoring, and consultation between the fishing communities in coastal areas with related stakeholders, through approaches technopreneurship. The village of Weru Script based on a cooperation agreement between Lamongan with BBPSEKP Number BBPSEKP/TU/24.1.330/2012 as the location for the KIMBis have potential that can be developed, namely the existence of a fish landing and processing product returns developing quite a catch, on the contrary tend to value low-budget and generated most of the fish sold for granted there is no added value and optimal benefits for coastal communities, especially the poor. First off it, the average income per head of household (HH) was Rp 700.000,-then the level of well-being of the population is quite low of 20.8% of total 1.318 KK (Weru Village Profile, 2012). So, KIMBis in the village of Weru are driven towards the growth of entrepreneurship in the fishing communities of coastal/SCIENCE and TECHNOLOGY by leveraging through mentoring of stakeholders or agency (KIMBis officers) on site and help improve the economic quality of the community.This research is qualitative, descriptive and delimited on two focus research, namely (1) the activities of KIMBis as a container of fishermen community empowerment include advocacy/communication, mentoring, and consulting, as well as the empowerment the results seen from the ketercapaian the ability of economic and social externalities; (2) supporting factors and a barrier to include internal factors and external factors. Meanwhile, an analysis of the data used is an interactive model of data analysis with the stages of data collection, data presentation, data reduction, and withdrawal of the conclusion.The implementation of KIMBis in Lamongan conducted among community groups, including a group of businessmen/processing, cultivation, and salt with related stakeholders through training and mentoring in the communication process. The value of innovation and technology in activities this KIMBis is so that the community can be in a group and be able to solve the problems facing fisheries in order to increase the capacity of the economy. On the advocacy/mentoring is done KIMBis on the Community Board, include strengthening the capacity of trade processing, clearance certification PIRT for businessmen, business quality improvement processing traditional salt, artificial feed manufacturing technology transfer and spawning catfish, facilitation of application technology needs, and open access market opportunities in the form of a travelling exhibition and marketing. On the consultation which becomes part of the communication, so far has not been fullest only limited training to the community. Operation of KIMBis through community empowerment which is carried out by training and mentoring that can be achieved are increased entrepreneurial orientation and the conditions of the quality of human resources is growing pretty well.There are factors that support and hinder, internal factors that support is an advantage of the role of Manager of the clinic as extension officers and Chairman of the UPT Service KP Subdistrict. While the internal barrier is the lack of factor intensity of communication among stakeholders and the community with a tool supporting KIMBis in the form of less technical instructions according to the location or the reality on the ground. While external factors that support is the support and commitment of the Lamongan big enough. While external factors that impede is resistance and response from the community goals and yet further regulation or policy that strengthens KIMBis in Lamongan.Based on the above description, the author provides some recommendations, including the need to improve the understanding and commitment of the stakeholders involved in the activities of the KIMBis in Lamongan. In addition, the need for capacity building of human resources (HR) and institutional performance in order for KIMBis to be better supported and can be empowering. Moreover enables faster communication between stakeholders, the socialization of the program to the community, and follow-up with the accompaniment to the community empowerment process socialised, so nothing can be effective. And, it should be also regulation or policy that strengthens KIMBis in Lamongan.Keywords: empowerment, Clinical SCIENCE and TECHNOLOGY Agency, Mina business (KIMBis).
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2024 I Love Translation. All reserved.

E-mail: