UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM CERPEN

UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM CERPEN “AṬ-ṬĀJIN WAṢALA..!”
DALAM ANTOLOGI ‘ADĀLAH WA FANN KARYA TAUFĪQ AL-ḤĀKIM:
ANALISIS STRUKTURAL
BAB I
PENDAHULUAN
Sastra adalah suatu kegiatan kreatif dan sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1993:3). Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Sumardjo dan Saini, 1988:3). Sastra memiliki produk berupa karya sastra. Salah satu produk karya sastra adalah cerpen. Cerpen adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek. “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” adalah cepen yang bercerita tentang kehidupan manusia yang dihadapkan pada masalah makanan. Mereka menganggap urusan makanan lebih penting dari pada pekerjaanya. Setiap kali mereka bekerja, mereka selalu memikirkan makanan.
Robert Stanton (2012:11) membagi unsur intrinsik fiksi menjadi tiga bagian yaitu: fakta cerita, sarana cerita, dan tema. Fakta cerita terbagi menjadi tiga, yaitu alur, karakter, dan latar. Ketiganya merupakan unsur-unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain dalam membentuk makna. Satu unsur dengan yang lainnya tidak dapat berdiri sendiri.
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” karya Taufīq al-Ḥakīm serta bagaimanakah keterkaitan anatarunsurnya. Adapun tujuan adalah untuk mengungkapkan dan mendiskripsikan unsur-unsur intrinsik dalam cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” serta keterkaitan antarunsur yang ada dalam cerpen ini.
Cerpen “Aṭ-Ṭajin Waṣala” karya Taufīq al-Ḥakīm ini belum pernah dilakukan oleh mahasiswa di Universitas manapun di Indonesia yang menyelenggarakan program Bahasa dan Sastra Arab.
Fakta cerita terbagi menjadi tiga, yaitu alur, karakter, dan latar. Fakta cerita terbagi menjadi tiga, yaitu alur, karakter, dan latar. Alur merupakan rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita yang terhubung secara kausal (Stanton, 2012:26). Karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita (Stanton, 2012: 33). Latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita (Stanton, 2012:35). Latar terbagi menjadi tiga, yaitu: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Sarana sastra dapat diartikan sebagai metode pengarang memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Dalam penelitian ini penulis hanya memusatkan perhatian pada unsur judul, sudut pandang, dan ironi sebagai unsur yang berpengaruh dalam menentukan tema. Stanton (2012:51-52) menyatakan judul berhubungan dengan cerita secara keseluruhan. Sudut pandang merupakan posisi pusat seorang pembaca memahami peristiwa-peritiwa dalam cerita (Stanton, 2012:53). Ironi merupakan cara untuk menunjukkan sesuatu berlawanan dengan sesuatu yang sudah ada sebelumnya (Stanton, 2012:71). Tema merupakan aspek yang sejajar dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia (Stanton, 2012:37).
Sistematika penulisan pada penelitian terbagi menjadi empat bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan dan pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab II memuat biografi Taufīq al-Ḥakīm dan sinopsis cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!”. Bab III analisis struktural cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” yang berisi unsur-unsur intrinsik dan keterkaitan antarunsur-unsurnya. Adapun bab IV kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan serta diikuti oleh daftar pustaka dan ringkasan dalam bahasa Arab.
BAB II
BIOGRAFI PENGARANG DAN SINOPSIS CERPEN “AṬ-ṬĀJIN WAṢALA..!”
2.1 Biografi Pengarang
Taufīq al-Ḥakīm dilahirkan tahun 1898 di Iskandariyah, Mesir. Ayahnya keturunan arab Mesir dan Ibunya keturunan Turki. Orang tua Taufīq al-Ḥakīm termasuk keluarga petani kaya. Ayahnya bekerja sebagai hakim. (www.Geocities.com/penerbit_navilla/profil/Taufik_Hakim.htm).
Lulus dari sekolah menengah, Taufīq al-Ḥakīm melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Hukum. Sementara bakat seni dan sastranya mulia bangkit, kemudian beliau bergabung dengan para seniman muda sebayanya, seperti di antaranya Maḥmūd Taimur.
Pada tahun 1922, Taufīq menyusun beberapa naskah lakon (skenario drama) yang dipentaskan dalam oleh grup teater Ukasyah di gedung teater Al-Azbekiyah (Atho’illah, 2007: 145).
Karya-karya Taufīq al-Ḥakīm di antaranya: Ahlu al-Kahf (novel-1933), ‘Audat ar-Rūh (novel-1933), Syahrazād (novel-1934), Usfūr min asy-Syarq (novel-1938), Ahlul-Fan (kumpulan dari: tiga fragmen naskah lakon, sebuah cerpen komendi, dan dua cerpen), Al-Qaṣrul-Maṣur (novel bersama Ṭaha Ḥusain-1936), Muhammad (biografi nabi Muhammad ṣalallāhu ‘alaihi wasallam dalam bentuk cerita-1936), ‘Abdusy-syaiṭān (kumpulan cerpen-cerpen sosial-1938), Sulaimānul-Ḥakim (naskah lakon), Al-Malik Ūdib (novel-1949). Sebagian karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis, Inggris, Rusia, dan Spanyol (Syafiq, 1967: 559).
2.2 Sinopsis
Cerita ini bermula ketika Jaksa dan kedua temannya yang bernama Hakim al-Bandar dan Hakim Ῑtāy al-Bārūd tinggal di Damanhūr. Kehidupan mereka selalu disibukkan dengan urusan makanan. Mereka menganggap makanan lebih penting dari pada pekerjaanya.
Ketika berada di pengadilan mereka selalu memikirkan makanan. Hakim Ῑtāy al-Bārūd selalu pulang lebih awal agar mendapat daging panggang sehingga Hakim al-Bandar dan Jaksa resah ketika melakukan persidangan.
Ketika Hakim al-Bandar dan Jaksa menangani sebuah kasus seorang Tersangka dan dia seorang pembuat nampan tembaga, keduanya mengalihkan persidangan dengan membahas nampan tembaga sampai keduanya mendapatkan yang diinginkannya.
BAB III
ANALISIS STRUKTURAL CERPEN “AṬ-ṬĀJIN WAṢALA..!”
Pada bab ini akan dijelaskan unsur-unsur intrinsik “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!”. Penelitian ini dimulai dari pembahasan unsur-unsur intrinsik yaitu pada fakta cerita, tema, dan sarana sastra berupa judul dan sudut pandang pengarang serta keterkaitan antarusurnya. Fakta cerita terdiri dari alur, karakter dan latar.
Pada cerpen ini tokoh utama adalah Hakim al-Bandar. Tokoh tambahan yaitu Jaksa, Hakim Ῑtāy al-Bārūd, Pengatur Sidang, Tersangka dan Pengacara.
Tahap penyituasian ini diawali dengan pengenalan tokoh Jaksa dan kedua temannya yang bernama Hakim al-Bandar dan Hakim Ῑtāy al-Bārūd yang selalu menyibukkan diri dengan urusan makanan. Tahap pemunculan konflik dimulai ketika ketika Hakim al-Bandar dan Hakim Ῑtāy al-Bārūd dan Jaksa semakin lama kehilangan ciata rasa makanan dan ingin membeli nampan tembaga untuk mendapatkan makanan yang lebih lezat. Tahap peningkatan konflik ditandai dengan Hakim al-Bandar, Hakim Ῑtāy al-Bārūd dan Jaksa ingin membeli nampan tembaga, tetapi mereka tidak memiliki uang yang cukup. Tahap klimaks ditandai dengan ketika Hakim al-Bandar dan Jaksa mengalihkan persidangan kasus pelanggaran hukum seorang Tersangka dengan membahas nampan tembaga. Tahap penyelesaian ditandai dengan Hakim al-Bandar dan Jaksa sepakat membeli nampan tembaga.
Latar tempat yaitu di kota Damanhūr, Mesir. Detailnya di rumah makan dan persidangan. Latar waktu yaitu siang hari, diambil dari salah satu peristiwa katika para tokoh sedang bekerja di pengadilan. Latar sosial yaitu sebuah masyarakat kota Damanhūr yang berada di tingkat ekonomi yang bawah.
Tema yang terkandung di dalam cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” adalah terpenuhinya kebutuhan pokok seseorang berpengaruh terhadap kinerjanya.
Cerpen yang berjudul “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan “Gerabah Telah Tiba..!”. Judul ini mengacu kepada keadaan para tokoh yang selalu menyibukkan diri dengan urusan makanan sehingga urusan makanan menjadi lebih penting daripada pekerjaannya.
Sudut pandang yang dipakai dalam cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” adalah orang pertama-sampingan. Ironi dalam cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” adalah profesi sebagai hakim yang pada umumnya memiliki gaji yang besar dan membuatnya mampu apa yang ia mau, ternyata tidak mampu seketika membeli nampan tembaga dengan harga yang mahal.
Tema cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” memiliki keterkaitan erat dengan karakter para tokoh, judul, alur, judul cerpen, dan ironi. Tema cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” berkaitan dengan karakter para tokoh yang tidak profesional karena selalu menyibukkan diri dengan urusan makanan. Tema cepen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” berkaitan dengan alur cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” yang menunjukkan urusan pemenuhan kebutuhan makanan pokok terbukti ada pada setiap tahap. Tema cepen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” berkaitan dengan judul cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan “Gerabah Telah Tiba..!” karena para tokoh selalu menyibukkan diri dengan gerabah yang berisi makanan. Tema cepen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” berkaitan dengan ironi cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” yang menggambarkan kehidupan para tokoh yang berprofesi sebagai hakim, namun tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya terutama urusan makanan.
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah dianalisis cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” terdapat katerkaitan antara tema dengan karakter para tokoh, tema dengan alur, tema dengan judul, dan tema dengan ironi sehingga saling keterkaitan antara satu unsur dengan yang lain menghasilkan makna yang utuh.

Hasil (Inggris) 1:

THE INTRINSIC ELEMENTS IN THE SHORT STORY "AṬ-ṬĀJIN WAṢALA ..!" IN THE ANTHOLOGY ' ADĀLAH WA FANN TAUFĪQ WORK AL-ḤĀKIM:STRUCTURAL ANALYSIS CHAPTER IINTRODUCTIONLiterature is a creative activity and a work of art (Warren and Wellek, 1993:3). Literature is an expression of the human person in the form of experience, thoughts, feelings, ideas, enthusiasm, and belief in a form of concrete imagery that evokes a fascination with language tools (Sumardjo and Saini, 1988:3). Literature has a product in the form of literary works. One of the products of a literary work is the short story. Short story is a story shaped prose that is relatively short. "Aṭ-Ṭājin Waṣala ..!" was a recent story of a human life is faced with the problem of food. They consider the Affairs of food is more important than improvements. Each time they work, they are always thinking about food.Robert Stanton (2012:11) split the intrinsic elements of fiction into three parts, namely: the facts of the story, the story means, and themes. The fact the story is divided into three, namely plots, characters, and setting. All three elements is interconnected between one another in the form of meaning. One element to another cannot stand on its own. The issue will be examined in this study are intrinsic elements contained in the short story "Aṭ-Ṭājin Waṣala ..!" al-Ḥakīm Taufīq works as well as how the Association anatarunsurnya. Now the goal is to reveal and mendiskripsikan intrinsic elements in the short story "Aṭ-Ṭājin Waṣala ..!" as well as linkages to existing antarunsur in this short story.The short stories "Ṭajin Aṭ-Waṣala" by Taufīq al-Ḥakīm this has never been done by a student at any University in Indonesia which hosted the Arab language and literature program.The fact the story is divided into three, namely plots, characters, and setting. The fact the story is divided into three, namely plots, characters, and setting. The Groove is a series of events in a story that linked causally (Stanton, 2012:26). The characters refer to individuals who appear in the story (Stanton, 2012:33). The setting is the environment that covers an event in the story (Stanton, 2012:35). The setting is divided into three, namely: setting the background of a place, time, and social background. Sarana sastra dapat diartikan sebagai metode pengarang memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Dalam penelitian ini penulis hanya memusatkan perhatian pada unsur judul, sudut pandang, dan ironi sebagai unsur yang berpengaruh dalam menentukan tema. Stanton (2012:51-52) menyatakan judul berhubungan dengan cerita secara keseluruhan. Sudut pandang merupakan posisi pusat seorang pembaca memahami peristiwa-peritiwa dalam cerita (Stanton, 2012:53). Ironi merupakan cara untuk menunjukkan sesuatu berlawanan dengan sesuatu yang sudah ada sebelumnya (Stanton, 2012:71). Tema merupakan aspek yang sejajar dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia (Stanton, 2012:37).Sistematika penulisan pada penelitian terbagi menjadi empat bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan dan pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab II memuat biografi Taufīq al-Ḥakīm dan sinopsis cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!”. Bab III analisis struktural cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” yang berisi unsur-unsur intrinsik dan keterkaitan antarunsur-unsurnya. Adapun bab IV kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan serta diikuti oleh daftar pustaka dan ringkasan dalam bahasa Arab.BAB IIBIOGRAFI PENGARANG DAN SINOPSIS CERPEN “AṬ-ṬĀJIN WAṢALA..!” 2.1 Biografi Pengarang Taufīq al-Ḥakīm dilahirkan tahun 1898 di Iskandariyah, Mesir. Ayahnya keturunan arab Mesir dan Ibunya keturunan Turki. Orang tua Taufīq al-Ḥakīm termasuk keluarga petani kaya. Ayahnya bekerja sebagai hakim. (www.Geocities.com/penerbit_navilla/profil/Taufik_Hakim.htm). Lulus dari sekolah menengah, Taufīq al-Ḥakīm melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Hukum. Sementara bakat seni dan sastranya mulia bangkit, kemudian beliau bergabung dengan para seniman muda sebayanya, seperti di antaranya Maḥmūd Taimur. Pada tahun 1922, Taufīq menyusun beberapa naskah lakon (skenario drama) yang dipentaskan dalam oleh grup teater Ukasyah di gedung teater Al-Azbekiyah (Atho’illah, 2007: 145). Karya-karya Taufīq al-Ḥakīm di antaranya: Ahlu al-Kahf (novel-1933), ‘Audat ar-Rūh (novel-1933), Syahrazād (novel-1934), Usfūr min asy-Syarq (novel-1938), Ahlul-Fan (kumpulan dari: tiga fragmen naskah lakon, sebuah cerpen komendi, dan dua cerpen), Al-Qaṣrul-Maṣur (novel bersama Ṭaha Ḥusain-1936), Muhammad (biografi nabi Muhammad ṣalallāhu ‘alaihi wasallam dalam bentuk cerita-1936), ‘Abdusy-syaiṭān (kumpulan cerpen-cerpen sosial-1938), Sulaimānul-Ḥakim (naskah lakon), Al-Malik Ūdib (novel-1949). Sebagian karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis, Inggris, Rusia, dan Spanyol (Syafiq, 1967: 559). 2.2 Sinopsis Cerita ini bermula ketika Jaksa dan kedua temannya yang bernama Hakim al-Bandar dan Hakim Ῑtāy al-Bārūd tinggal di Damanhūr. Kehidupan mereka selalu disibukkan dengan urusan makanan. Mereka menganggap makanan lebih penting dari pada pekerjaanya. Ketika berada di pengadilan mereka selalu memikirkan makanan. Hakim Ῑtāy al-Bārūd selalu pulang lebih awal agar mendapat daging panggang sehingga Hakim al-Bandar dan Jaksa resah ketika melakukan persidangan. Ketika Hakim al-Bandar dan Jaksa menangani sebuah kasus seorang Tersangka dan dia seorang pembuat nampan tembaga, keduanya mengalihkan persidangan dengan membahas nampan tembaga sampai keduanya mendapatkan yang diinginkannya.BAB IIIANALISIS STRUKTURAL CERPEN “AṬ-ṬĀJIN WAṢALA..!” Pada bab ini akan dijelaskan unsur-unsur intrinsik “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!”. Penelitian ini dimulai dari pembahasan unsur-unsur intrinsik yaitu pada fakta cerita, tema, dan sarana sastra berupa judul dan sudut pandang pengarang serta keterkaitan antarusurnya. Fakta cerita terdiri dari alur, karakter dan latar. Pada cerpen ini tokoh utama adalah Hakim al-Bandar. Tokoh tambahan yaitu Jaksa, Hakim Ῑtāy al-Bārūd, Pengatur Sidang, Tersangka dan Pengacara. Tahap penyituasian ini diawali dengan pengenalan tokoh Jaksa dan kedua temannya yang bernama Hakim al-Bandar dan Hakim Ῑtāy al-Bārūd yang selalu menyibukkan diri dengan urusan makanan. Tahap pemunculan konflik dimulai ketika ketika Hakim al-Bandar dan Hakim Ῑtāy al-Bārūd dan Jaksa semakin lama kehilangan ciata rasa makanan dan ingin membeli nampan tembaga untuk mendapatkan makanan yang lebih lezat. Tahap peningkatan konflik ditandai dengan Hakim al-Bandar, Hakim Ῑtāy al-Bārūd dan Jaksa ingin membeli nampan tembaga, tetapi mereka tidak memiliki uang yang cukup. Tahap klimaks ditandai dengan ketika Hakim al-Bandar dan Jaksa mengalihkan persidangan kasus pelanggaran hukum seorang Tersangka dengan membahas nampan tembaga. Tahap penyelesaian ditandai dengan Hakim al-Bandar dan Jaksa sepakat membeli nampan tembaga. Latar tempat yaitu di kota Damanhūr, Mesir. Detailnya di rumah makan dan persidangan. Latar waktu yaitu siang hari, diambil dari salah satu peristiwa katika para tokoh sedang bekerja di pengadilan. Latar sosial yaitu sebuah masyarakat kota Damanhūr yang berada di tingkat ekonomi yang bawah. Tema yang terkandung di dalam cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” adalah terpenuhinya kebutuhan pokok seseorang berpengaruh terhadap kinerjanya. Cerpen yang berjudul “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan “Gerabah Telah Tiba..!”. Judul ini mengacu kepada keadaan para tokoh yang selalu menyibukkan diri dengan urusan makanan sehingga urusan makanan menjadi lebih penting daripada pekerjaannya. Sudut pandang yang dipakai dalam cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” adalah orang pertama-sampingan. Ironi dalam cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” adalah profesi sebagai hakim yang pada umumnya memiliki gaji yang besar dan membuatnya mampu apa yang ia mau, ternyata tidak mampu seketika membeli nampan tembaga dengan harga yang mahal.
Tema cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” memiliki keterkaitan erat dengan karakter para tokoh, judul, alur, judul cerpen, dan ironi. Tema cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” berkaitan dengan karakter para tokoh yang tidak profesional karena selalu menyibukkan diri dengan urusan makanan. Tema cepen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” berkaitan dengan alur cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” yang menunjukkan urusan pemenuhan kebutuhan makanan pokok terbukti ada pada setiap tahap. Tema cepen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” berkaitan dengan judul cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan “Gerabah Telah Tiba..!” karena para tokoh selalu menyibukkan diri dengan gerabah yang berisi makanan. Tema cepen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” berkaitan dengan ironi cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” yang menggambarkan kehidupan para tokoh yang berprofesi sebagai hakim, namun tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya terutama urusan makanan.
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah dianalisis cerpen “Aṭ-Ṭājin Waṣala..!” terdapat katerkaitan antara tema dengan karakter para tokoh, tema dengan alur, tema dengan judul, dan tema dengan ironi sehingga saling keterkaitan antara satu unsur dengan yang lain menghasilkan makna yang utuh.

Hasil (Inggris) 2:

INTRINSIC ELEMENTS IN A Short Story "at-starch WAṢALA ..!"
IN ANTOLOGI 'is WA Fann WORKS Taufiq al-Hakim:
STRUCTURAL ANALYSIS
CHAPTER I
INTRODUCTION
Literature is a creative activity and a work of art (Wellek and Warren, 1993: 3) , Literature is an expression of the human person in the form of experiences, thoughts, feelings, ideas, passion, and belief in a form that evokes a concrete picture of the fascination with language tools (Sumardjo and Saini, 1988: 3). Literature has a product in the form of literature. One product is a literary short stories. The short story is a story in prose that is relatively short. "At-starch Waṣala ..!" Is cePen which tells the story of human life faced with the problem of food. They consider the matter of food is more important than the job. Every time they work, they are always thinking about food.
Robert Stanton (2012: 11) divides the intrinsic elements of fiction into three parts: the facts of the story, the story means, and themes. The fact the story is divided into three, namely groove, character, and setting. All three elements are interrelated with each other in the form of meaning. One element to another can not stand alone.
Issues that will be examined in this study are intrinsic elements contained in the short story "at-starch Waṣala ..!" by Taufiq al-Hakim as well as how the linkage anatarunsurnya. The goal is to reveal and describe the intrinsic elements in the short story "at-starch Waṣala ..!" As well as the linkages between elements that exist in this short story.
Short Story "at-starch Waṣala" Taufiq al-Hakim's work has not been done by students in any universities in Indonesia which organizes Arabic Language and Literature program.
The fact the story is divided into three, namely plot, character, and setting. The fact the story is divided into three, namely groove, character, and setting. Workflow is a series of events in a story that is causally connected (Stanton, 2012: 26). Character refers to the individuals who appear in the story (Stanton, 2012: 33). Background is the environment that surrounds an event in the story (Stanton, 2012: 35). Background is divided into three, namely: a background, the background of the time, and social background.
Means literary authors can be interpreted as a method of selecting and preparing detailed story in order to achieve meaningful patterns. In this study the authors only concentrated on the elements of the title, viewpoints, and irony as an influential element in determining the theme. Stanton (2012: 51-52) claimed the title relates to the overall story. Viewpoint is the position of the center of a reader to understand the events did in the story (Stanton, 2012: 53). Irony is a way to show something as opposed to something that already exists (Stanton, 2012: 71). The theme is an aspect that is aligned with the 'meaning' of human experience (Stanton, 2012: 37).
Systematics of writing the research is divided into four chapters. The systematics of writing is as follows. Chapter I is an introduction that contains the background of the problem, formulation of the problem, research objectives, literature review, the basic theory, research methods, systematic writing and Arab-Latin transliteration guidelines. Chapter II contains the biographies of Taufiq al-Hakim and synopses of short stories "at-starch Waṣala ..!". Chapter III of structural analysis of the short story "at-starch Waṣala ..!" Which contains elements of intrinsic and linkages between elements-elements. As for chapter IV conclusions from the analysis that has been done and is followed by a bibliography and a summary in Arabic.
CHAPTER II
BIOGRAPHY AUTHOR AND SYNOPSIS Short Story "at-starch WAṢALA ..!"
Author Biography 2.1
Taufiq al-Hakim was born in 1898 in Alexandria, Egypt , Egyptian Arab father and mother offspring of Turkish descent. Parents Taufiq al-Hakim including wealthy Quaker family. His father worked as a judge. (Www.Geocities.com/penerbit_navilla/profil/Taufik_Hakim.htm).
Graduated from high school, Taufiq al-Hakim continued his studies at the College of Law. While the artistic and literary talent noble rose, then he joined the young artists peers, such as in between Mahmud Taimur.
In 1922, Taufiq arrange some play script (screenplay drama) are staged in the theater group at the theater Ukasyah Al-Azbekiyah ( Atho'illah, 2007: 145).
The works Taufiq al-Hakim of them: Ahlu al-Kahf (novel 1933), 'Audat ar-Ruh (novel 1933), Scheherazade (novel 1934), Usfūr min ash -Syarq (novel 1938), Ahlul-Fan (set of: three fragments play script, a komendi short stories, and two short stories), Al-Qaṣrul-Masur (novel together Taha Husain-1936), Muhammad (biography of the Prophet Muhammad ṣalallāhu ' alaihi wasallam in the form of story-1936), 'Abdusy-devil (a collection of short stories socio-1938), Sulaimānul-Hakim (play script), Al-Malik Ūdib (novel 1949). Most of his work has been translated into French, English, Russian, and Spanish (Shafiq, 1967: 559).
2.2 Synopsis
The story begins when the prosecutor and his two friends were named Hakim al-Bandar and al-Hakim Ῑtāy Bārūd live in Damanhur. Their lives are always occupied with the food. They consider food more important than his job.
When he was in court they are always thinking about food. Ῑtāy Hakim al-Bārūd always leave early in order to get the roast beef so Hakim al-Bandar and Attorney fret when doing the trial.
When Hakim al-Bandar and prosecutors to handle a case of a suspect and he was a maker of copper trays, both divert the trial to discuss a tray copper until they get what they want.
CHAPTER III
ANALYSIS OF STRUCTURAL Short Story "at-starch WAṢALA ..!"
In this chapter will explain the intrinsic elements "at-starch Waṣala ..!". This study starts from the discussion of the intrinsic elements are in fact stories, themes, and literary devices such as the title and author's perspective as well as linkages antarusurnya. The fact the story consists of a groove, the character and background.
In this short story the main character is Hakim al-Bandar. Additional characters is prosecutor, judge Ῑtāy al-Bārūd, Session Manager, the suspect and the lawyer.
Phase penyituasian begins with the introduction of the Prosecutor and the other two characters named Hakim al-Bandar and al-Hakim Ῑtāy Bārūd who always concern themselves with matters of food. Stage appearance of conflict began when when Hakim al-Bandar and al-Hakim Ῑtāy Attorney Bārūd and the longer lose ciata taste of food and want to buy a copper tray to get food more delicious. Stage increase in conflicts marked by Hakim al-Bandar, Hakim al-Bārūd Ῑtāy and prosecutors want to buy a copper tray, but they did not have enough money. Climax stage is characterized by when Hakim al-Bandar and Attorney divert trial of a suspected violation of the law by discussing a copper tray. Completion stage marked by Hakim al-Bandar and prosecutors agreed to buy a copper tray.
Background place in town that Damanhur, Egypt. Details are at home eating and trial. Background time is during the day, taken from one of the events Katika leaders are working in the courts. Social background ie a society Damanhur city located in the lower economic level.
The themes contained in the short story "at-starch Waṣala ..!" is the fulfillment of basic needs of a person affect the performance.
short story titled "AT-starch Waṣala ..! "translated into Indonesian by" Pottery Has Arrived ..! ". This title refers to the state of the figures that are always occupied with the affairs of the food so that the food business is becoming more important than his job.
Viewing angles are used in the short story "at-starch Waṣala ..!" is the first-side. Irony in the short story "at-starch Waṣala ..!" Is a profession as a judge, which generally has a high salary and enabled him to what he wanted, was not able to immediately buy a copper tray with an expensive price.
The theme of short stories "at-starch Waṣala ..! "has a close relationship with the character of the characters, the title, the groove, the title of the short story, and irony. The theme of the short story "at-starch Waṣala ..!" Relates to the character of the characters who are not professional because it is always concern themselves with matters of food. CePen theme "at-starch Waṣala ..!" With regard to the flow of short stories "at-starch Waṣala ..!" Which shows the affairs of the fulfillment of basic food proved to exist at each stage. CePen theme "at-starch Waṣala ..!" Relates to the title of the short story "at-starch Waṣala ..!" Translated into Indonesian by "Pottery Has Arrived ..!" Because the characters are always fussing with vessels containing food. CePen theme "at-starch Waṣala ..!" Irony associated with the short story "AT-starch Waṣala ..!" Which depicts the lives of the characters who work as a judge, but was unable to meet the basic needs especially food affairs.
CHAPTER IV
Conclusion
Having analyzed stories "At-starch Waṣala ..!" katerkaitan contained between the theme with the character of the characters, the theme of the groove, with the title theme, and the theme with irony that the interconnections between one element with another to produce meaning intact.