Sebuah Janji dari Palupi“Aku punya sesuatu untukmu, Pi,”kata Warjono d terjemahan - Sebuah Janji dari Palupi“Aku punya sesuatu untukmu, Pi,”kata Warjono d Inggris Bagaimana mengatakan

Sebuah Janji dari Palupi“Aku punya

Sebuah Janji dari Palupi
“Aku punya sesuatu untukmu, Pi,”kata Warjono di bawah pohon trembesi yang sangat rimbun daunnya. Seratusan meter dari gedung SD Muhammadiyah. Dari pasar dia pulang dulu ke rumah, menyerahkan radio yang dia beli dari kios Mbah Tumbu. Tanpa menunggu Palupi pulang dari sekolah, dia langsung meluncur ke SD Muhammadiyah. Dia sungguh tak sabar untuk segera menyerahkan ikat rambut warna pelangi. Untuk itu, dia harus rela bergelantungan di truk yang akan membawanya ke SD Muhammadiyah. Anak itu memang sering kali rela melakukan apa pun untuk Palupi. Sebuah perbuatan yang cukup memusingkan untuk orang dewasa.
Sudah beberapa saat Warjono tiba di sekolah miskin itu. Ketika dia melihat Palupi masih belajar di kelas, maka dia memutuskan untuk menunggu hingga istirahat tiba.
Dibawah pohon trembesi, mereka hanya berdua. Warjono merasa malu jika harus menyerahkan ikat rambut pelangi itu pada Palupi sementara ada banyak teman Palupi disana.
“Wah, bagus sekali ikat rambut ini, War! Warnanya bermacam-macam begini!” Palupi riang ketika menerima ikat rambut itu. Dia tak tahu jika ikat rambut itu dibeli Warjono dengan uang curian.
“Iya warnanya seperti kluwung / pelangi.”
“Kamu beli dimana, War?” Tanya Palupi lagi.
“Di Pasar Wagenan.”
“Ehmm terima kasih ya, War. Aku senang sekali.”
Warjono salah tingkah .Entah apa maknanya.
“Ehmm kok ndak kerumahku atau rumah Mbah Atmo memberikan ikat rambut ini?’’
Warjono menggeleng. Dia tak punya jawaban yang tepat. Senyum anehnya muncul kemudian. Palupi menunduk. Malu. Entah apa yang membuat dirinya malu.
“Tadi ada pelajaran apa, Pi?” Warjono mencoba menyelamatkan dirinya dengan mengalihkan sementara tema perbincangan.
“IPS, War.Tadi aku dan teman-teman ditunjuki peta oleh Bu Ningsih.”
“Peta?” Tanya Warjono heran. Kata itu masih asing baginya. Dia dulu memang pernah sekolah, tapi tak sampai selesai kelas satu lalu dikeluarkan.
“Iya. Bentuk pulau-pulau. Ternyata, Pulau Jawa itu bentuknya mirip badak yan panjang badannya,” jelas Palupi.
Warjono mengangguk. Entah paham atau tidak. Mereka diam sesaat. Tak lama kemudian, terdengar bunyi lonceng dari sekolah. Tanda jam istirahat selesai. Dari kejauhan, terlihat anak-anak berlarian masuk kelas.
“LOnceng sudah berbunyi. Aku masuk dulu ya, War! Nanti kalau telat dimarahi sama Bu Guru!” Palupi berdiri dan segera memulai langkahnya.
“Pi!” seru Warjono.
Palupi menghentikan langkahnya dan membalikkan badan. Gerakan itu sudah lebih cukup untuk mewakili kalimat, “Ada apa? Mengapa kamu memanggilku?”
Warjono kebingungan. “Ehh tidak kok,”
Palupi menggelengkan kepalanya. Heran pada sikap Warjono yang menurutnya sedikit aneh. “Ya sudah, War. Aku masuk dulu,” kata Palupi tergesa-gesa. Takut terlambat masuk kelas.

“Mbah Atmo! Mbah Atmo!” teriak Pak Dukuh berkali-kali didepan gubuk yang hampir ambruk. Rumah itu sepertinya tinggal menghitung mundur saja untuk benar-benar menyatu dengan tanah. Di belakang Pak Dukuh, ada Jumino, Topo, Wiyono serta beberapa warga. “Mbah Atmo! Cepat keluar, Mbah Atmo!!!”
Mbah Atmo yang baru saja turun dari cempluk, mengumpulkan ranting-ranting untuk menyalakan api tampak terperangah. Selama bertahun-tahun, selama puluhan tahun, baru sekali ini pintu rumahnya digedor bertalu-talu. Diteriaki orang-orang.
“Woo,Pak Dukuh. Nuwun sewu/excuse me, Pak Dukuh. Ada apa ya?”
“Hei, Mbah Atmo! Dimana bocah maling itu?!”
Mbah Atmo kian terkejut. “Mak…maksudnya apa ya, Pak Dukuh?”
“Ya si Warjono. Maling kurang ajar itu!” jawab Pak Dukuh dengan suara meninggi.
“Warjono? Ada apa dengan dia, Pak?”
“Dia telah mencuri ayam-ayam saya! Sampean / anda jangan coba-coba menyembunyikannya, Mbah Atmo!”
Di dusun ini, Warjono telah mendapatkan reputasi buruk di mata masyarakat. Jika da pencurian dan kenakalan lain, tuduhan pertama akan mengarah padanya. Di samping itu, pagi tadi, setelah ayam-ayamnnya hilang, Pak Dukuh langsung menuju pasar. Dia menebak, si pencuri akan menjualnya ke Pasar Wagenan. Dan, tebakannya tak meleset. Disana, Pak Dukuh menemukan dua ayamnya yang hilang. Dari hasil penelusuran, maka sampai kesimpulan bahwa yang telah berani mencuri ayam-ayam jagonya tak lain adalah Warjono. Namun, sayangnya Pak Dukuh terlambat. Beberapa jam sebelumnya, Warjono telah meninggalkan pasar.
Deg! Merah padam muka Mbah Atmo. Hatinya seperti tersilet. Dia baru menyadari jika radio yang diberikan Warjono padanya tadi pagi dibeli dengan uang hasil curian. Awalnya, dia telah menduga demikian, namun Warjono berhasil meyakinkan bahwa radio itu dibeli dari hasil penjualan kayu akasia di pekarangan rumah Warjono. Mbah Atmo baru sadar jika dirinya telah ditipu.
“War.. Warjono mencuri, Pak?”
“Kalau bukan Warjono, mau siapa lagi?”
Mbah Atmo tertunduk lesu.
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Inggris) 1: [Salinan]
Disalin!
A promise from P"I've got something for you, Pi," said Warjono under a very lush trembesi tree leaves. A hundred metres from the ELEMENTARY SCHOOL Muhammadiyah. From the market he came home first to the home, handing over the radio that he bought from stalls Tumbu Mbah. Without waiting for P came home from school, she immediately slid to SD Muhammadiyah. He's really looking forward to soon submit a bunch of hair colors of the Rainbow. For that, he must willingly hanging on the truck that will take him to the SD Muhammadiyah. The child was indeed often willing to do anything to P. A deed which is quite confusing for adults.It's been a while Warjono arrived in poor schools. When she saw P still learning in class, so he decided to wait until intermission arrived.Under a tree, they just both trembesi. Warjono embarrassed if must submit a hairgrip Rainbow on P while there is a lot of P."Wow, nice bunch of this hair, War! Color assortment of this! " P cheerfully when receiving a bunch of hair it is. He had no idea if it's purchased hairgrip Warjono with money stolen."Yeah its color as a rainbow/kluwung.""You buy where, War?" Tanya P again."Wagenan In The Market.""Ehmm thanks Yes, War. I'm so glad. "Warjono wrong behavior. Whatever its meaning."Ehmm kok ndak kerumahku or Mbah Atmo give these hair tie? ''Warjono menggeleng. Dia tak punya jawaban yang tepat. Senyum anehnya muncul kemudian. Palupi menunduk. Malu. Entah apa yang membuat dirinya malu.“Tadi ada pelajaran apa, Pi?” Warjono mencoba menyelamatkan dirinya dengan mengalihkan sementara tema perbincangan.“IPS, War.Tadi aku dan teman-teman ditunjuki peta oleh Bu Ningsih.”“Peta?” Tanya Warjono heran. Kata itu masih asing baginya. Dia dulu memang pernah sekolah, tapi tak sampai selesai kelas satu lalu dikeluarkan.“Iya. Bentuk pulau-pulau. Ternyata, Pulau Jawa itu bentuknya mirip badak yan panjang badannya,” jelas Palupi.Warjono mengangguk. Entah paham atau tidak. Mereka diam sesaat. Tak lama kemudian, terdengar bunyi lonceng dari sekolah. Tanda jam istirahat selesai. Dari kejauhan, terlihat anak-anak berlarian masuk kelas.“LOnceng sudah berbunyi. Aku masuk dulu ya, War! Nanti kalau telat dimarahi sama Bu Guru!” Palupi berdiri dan segera memulai langkahnya.“Pi!” seru Warjono.Palupi menghentikan langkahnya dan membalikkan badan. Gerakan itu sudah lebih cukup untuk mewakili kalimat, “Ada apa? Mengapa kamu memanggilku?”Warjono kebingungan. “Ehh tidak kok,”Palupi menggelengkan kepalanya. Heran pada sikap Warjono yang menurutnya sedikit aneh. “Ya sudah, War. Aku masuk dulu,” kata Palupi tergesa-gesa. Takut terlambat masuk kelas.“Mbah Atmo! Mbah Atmo!” teriak Pak Dukuh berkali-kali didepan gubuk yang hampir ambruk. Rumah itu sepertinya tinggal menghitung mundur saja untuk benar-benar menyatu dengan tanah. Di belakang Pak Dukuh, ada Jumino, Topo, Wiyono serta beberapa warga. “Mbah Atmo! Cepat keluar, Mbah Atmo!!!”Mbah Atmo yang baru saja turun dari cempluk, mengumpulkan ranting-ranting untuk menyalakan api tampak terperangah. Selama bertahun-tahun, selama puluhan tahun, baru sekali ini pintu rumahnya digedor bertalu-talu. Diteriaki orang-orang.“Woo,Pak Dukuh. Nuwun sewu/excuse me, Pak Dukuh. Ada apa ya?”“Hei, Mbah Atmo! Dimana bocah maling itu?!”Mbah Atmo kian terkejut. “Mak…maksudnya apa ya, Pak Dukuh?”“Ya si Warjono. Maling kurang ajar itu!” jawab Pak Dukuh dengan suara meninggi.“Warjono? Ada apa dengan dia, Pak?”“Dia telah mencuri ayam-ayam saya! Sampean / anda jangan coba-coba menyembunyikannya, Mbah Atmo!”Di dusun ini, Warjono telah mendapatkan reputasi buruk di mata masyarakat. Jika da pencurian dan kenakalan lain, tuduhan pertama akan mengarah padanya. Di samping itu, pagi tadi, setelah ayam-ayamnnya hilang, Pak Dukuh langsung menuju pasar. Dia menebak, si pencuri akan menjualnya ke Pasar Wagenan. Dan, tebakannya tak meleset. Disana, Pak Dukuh menemukan dua ayamnya yang hilang. Dari hasil penelusuran, maka sampai kesimpulan bahwa yang telah berani mencuri ayam-ayam jagonya tak lain adalah Warjono. Namun, sayangnya Pak Dukuh terlambat. Beberapa jam sebelumnya, Warjono telah meninggalkan pasar.Deg! Merah padam muka Mbah Atmo. Hatinya seperti tersilet. Dia baru menyadari jika radio yang diberikan Warjono padanya tadi pagi dibeli dengan uang hasil curian. Awalnya, dia telah menduga demikian, namun Warjono berhasil meyakinkan bahwa radio itu dibeli dari hasil penjualan kayu akasia di pekarangan rumah Warjono. Mbah Atmo baru sadar jika dirinya telah ditipu.
“War.. Warjono mencuri, Pak?”
“Kalau bukan Warjono, mau siapa lagi?”
Mbah Atmo tertunduk lesu.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2024 I Love Translation. All reserved.

E-mail: