sangat kurang informasi penggunaan pestisida yang baik dan benar oleh pemerintah.(Pascale
R Salamah, 2003)
Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut,
kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam
tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan
kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang
lama, setelah berbulan atau bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti,
karena efek racun dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh),
mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran
anak cacad dari ibu yang keracunan).
Dampak pada Lingkungan
Residu pestisida telah diketemukan di dalam tanah, ada di air minum, air sungai, air sumur,
maupun di udara. Dan yang paling berbahaya racun pestisida kemungkinan terdapat di dalam
makanan yang kita konsumsi sehari-hari, seperti sayuran dan buah-buahan.
Aplikasi pestisida dari udara jauh memperbesar resiko pencemaran, dengan adanya
hembusan angin. Pencemaran pestisida di udara tidak terhindarkan pada setiap aplikasi
pestisida. Sebab hamparan yang disemprot sangat luas. Sudah pasti, sebagian besar pestisida
yang disemprotkan akan terbawa oleh hembusan angin ke tempat lain yang bukan target
aplikasi, dan mencemari tanah, air dan biota bukan sasaran.
Pencemaran pestisida yang diaplikasikan di sawah beririgasi sebahagian besar menyebar
di dalam air pengairan, dan terus ke sungai dan akhirnya ke laut. Memang di dalam air terjadi
pengenceran, sebahagian ada yang terurai dan sebahagian lagi tetap persisten. Meskipun
konsentrasi residu mengecil, tetapi masih tetap mengandung resiko mencemarkan lingkungan.
Sebagian besar pestisida yang jatuh ke tanah yang dituju akan terbawa oleh aliran air irigasi.
Di dalam air, partikel pestisida tersebut akan diserap oleh mikroplankton-mikroplankton.
Oleh karena pestisida itu persisten, maka konsentrasinya di dalam tubuh mikroplankton akan
meningkat sampai puluhan kali dibanding dengan pestisida yang mengambang di dalam air.
Mikroplankton-mikroplankton tersebut kelak akan dimakan zooplankton. Dengan demikian
pestisida tadi ikut termakan. Karena sifat persistensi yang dimiliki pestisida, menyebabkan
konsentrasi di dalam tubuh zooplankton meningkat lagi hingga puluhan mungkin ratusan kali
dibanding dengan yang ada di dalam air. Bila zooplankton zooplankton tersebut dimakan oleh
ikan-ikan kecil, konsentarsi pestisida di dalam tubuh ikan-ikan tersebut lebih meningkat lagi.
Demikian pula konsentrasi pestisida di dalam tubuh ikan besar yang memakan ikan kecil
tersebut. Rantai konsumen yang terakhir yaitu manusia yang mengkonsumsi ikan besar, akan
menerima konsentrasi tertinggi dari pestisida tersebut.
Dari hasil penelitian terdapat bahwa endosulfan terdeteksi pada semua titik (1,2 - 12,9 ppb).
Jenis organoklorin lain yang terdeteksi yaitu aldrin dan heptaklor di 12 titik, dieldrin di 9 titik, dan
DDT di 10 titik. Endosulfan juga merupakan organoklorin dengan konsentrasi rata-rata tertinggi
(4,246 ppb). Pada musim hujan, jenis organoklorin yang paling banyak ditemukan pada sampel
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..